KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Assalamu Alaikum dan Selamat Datang…!.

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Jika ada yang merasa filenya tercopy paste atau materi tidak sesuai, saya dengan penuh hormat meminta maaf.

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Silahkan Melihat-lihat barangkali saja ada yang menarik, hehehegg….

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Anda sedang mencari tugas mengenai tugas tarbiyah? Mungkin ini bisa membantu….

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Kritik dan saran bisa anda kirimkan ke https://plus.google.com/+MarconiKamal/posts atau fadilmarco@yahoo.com .

Metodologi study islam

Metodologi Penelitian berasal dari kata ”metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan ”logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan.
Menurut David H.Penny, penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pmecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta. Menurut Sutrisno Hadi MA, sesuai dengan tujuannya penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Sedangkan menurut Mohammad Ali, penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sehingga diperoleh pemecahannya.
Metodologi penelitian pada hakikatnya merupakan operasionalisasidari epistemologi ke arah pelaksanaan penelitian. Epistemologi memberi pemahaman tentang cara atau teorimenemukan dan menysun pengetahuan dari ide. Materi dari kedua-duanya serta merujuk pada penggunaan rasio, intuisi, fenomena, atau dengan metode ilmiah(Rusidi, 2004: 3). Sehingga sebagaimana menemukan atau menyusun pengetahuan memerlukan kajian atau pemahaman tentang metode-metode.
Dalam pengertian ini perlu dibedakan antara metode dan tehnik secara keilmuan, metode dapat diartikan sebagai cara berfikir, sedangkan teknik diartikan sebagai cara melaksanakan hasil berfikir. Jadi dengan demikian metodolgi itu diartikan sebagai pemahaman metode-metode penelitian dan pemahaman teknik-teknik penelitian. Makna penelitian secara sederhana adalah bagaimana mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis.


Studi Islam (Islamic Studies) adalah salah satu studi yang mendapat perhatian dikalangan ilmuwan. Jika ditelusuri secara mendalam, nampak bahwa studi Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi-studi lainnya. Dengan demikian, studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu favorit. Artinya, studi Islam telah mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan.     

Islam sebagai agama ajaran-ajaran tidak hanya mencakup persoalan yang trasedental akan tetapi mencakup pula berbagai persoalan seperti  ekonomi, social, budaya, dan dimensi-dimensi lain dalam kehidupan manusia. Jika tinjau dari perkembangan Islam masa awal  telah mengalami perkembangan, terkait erat dengan persoalan-persoalan historis cultural. Perkembangan tersebut dapat diamati dari praktek-praktek keagamaan diberbagai wilayah Islam, dimana antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda-beda dalam praktek social keagamaan, sehingga benang merah yang memisahkan antara wilayah agama an sich, dan wilayah-wilayah social dan budaya yang telah menyatu dengan agama itu sendiri, menjadi tidak jelas.

Islam seperti agama-agama lainnya pada level historis empiris sarat dengan berbagai kepentingan yang menempel dalam ajaran dan batang tubuh ilmu-ilmu keagamaan itu sendiri. Campur aduk dan berkait kelindannya “agama” dengan berbagai “kepentingan” social kemasyarakatan menambah rumitnya mengatasi persoalan agama.

Perjalanan panjang sejarah Islam yang terhitung mulai dari abad 7 H sampai dengan abad ke 15 H dewasa ini, menjadikan Islam sebagai agama yang merambah keberbagai wilayah didunia, karena sesuai dengan misinya sebagai agama rahmatan lil alamin. Islam pun pernah menjadi kekuatan dan  bagian penting dalam sejarah peradaban dunia.

Salah satu persoalan mendesak untuk segera dipecahkan adalah masalah metodologi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, kelemahan dikalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komperehensif adalah tidak menguasai metodologi. Kelemahan ini semakin terasa manakala umat Islam, khususnya di indonesia, tidak menjadi produsen pemikiran akan tetapi konsumen pemikiran. Jadi kelemahan umat islam bukan terletak pada kurangnya penguasaan materi namun lebih pada cara-cara penyajian materi yang dikuasai.

Kedua, ada anggapan bahwa studi Islam dikalangan   ilmuwan telah merambah ke berbagai wilayah. Misalnya, studi Islam sudah masuk kestudi kawasan, filologi, dialog, agama, antropologi, arkeologi, dsbnya.  

Disamping itu juga, perbedaan bentuk ekspresi dan karakteristik Islam antara satu wilayah dengan yang lainnya membuka wacana mengenai hubungan antara hal-hal yang bersifat normatif dan historis dari agama. Atas dasar itu, pemahaman terhadap persoalan hubungan antara normativitas dan historisitas sangat penting dalam rangka menguraikan esensi atau substansi dari ajaran yang nota benenya sudah terlembagakan, apalagi dalam konteks saat ini.

Selain itu, untuk menghidari terjadinya pemahaman yang bersifat campur aduk, tidak dapat menunjukkan secara distingtif mana wilayah agama dan mana wilayah tradisi atau budaya. Bila pencampuradukan itu terjadi, selanjutnya tidak akan bisa dihindari munculnya pemahaman yang distortif terhadap konsep kebenaran, antara yang absolut dan relatif.
Manfaat mempelajari Metodologi Studi Islam.
  • Dengan mempelajari metodologi studi Islam akan memberikan ruang dalam pemikiran yang lebih kritis terhadap persoalan agama, sehingga tidak menganggap bahwa ajaran Islam klasik dianggap sebagai taken for granted. Hal ini didasari atas adanya  pujian paradoksal terhadap dunia Islam. Dikatakan, salah satu penyebab kegagalan Islam dewasa ini justru disebabkan oleh keberhasilannya yang gilang gemilang pada masa lalu. Baik karena keyakinan akan ajarannya yang sudah mutlak sempurna serta warisan budaya masa lalu yang amat kaya dan menakjubkan, maka seakan tidak ada lagi ruang bagi umat Islam dewasa ini untuk melakukan inovasi, yang ada adalah melakukan konservasi, revitalisasi, dan kembali kepada kaidah-kaidah lama yang dipersepsikan sebagai zaman keemasan. Kuatnya memori of the past yang kemudian menjadi semacam ideologi yang disakralkan, maka dunia Islam secara psikologis merasa memiliki dunia tersendiri. Sikap ketertutupan ini pada urutannya membatasi kita untuk bisa melihat dan menerima realita dunia baru. Bahwa dunia pada abad lalu bukanlah dunia yang kita huni hari ini.  
  • Mengimbangi alur pemikiran keagamaan yang seringkali menonjolkan warna pemikiran keagamaan yang bersifat teologis-partikularistik. Hampir semua pengamatan sosial keagamaan sepakat bahwa pemikiran teologi, seringkali membawa kearah ketersekatan’ umat. Ketersekatan dan keterkotak-kotakan yang tidak dapat terhindarkan. (Amin Abdullah, Studi Agama, Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 13) Lebih lanjut Amin Abdullah menjelaskan ada dua ciri menonjol corak pemikiran teologis. Pertama, pemikiran teologis menekankan perlunya personal commintment terhadap ajaran agama yang dipeluknya. Agama adalah persoalan hidup dan mati (ultimate concern). Pemeluk agama tertentu akan akan mempertahankan ajaran-ajaran agamanya dengan gigih hingga rela berkorban. Di sini agama erat kaitannya dengan emosi. Kedua, ‘bahasa” yang digunakan pemeluk agama adalah bahasa seorang pelaku” atau pemain” (actor) bukan bahasa pengamat atau peneliti dari luar (spectator). Karenanya kesetiaan pada agama berimplikasi menyeluruh terhadap kehidupannya (Ibid, 50)
  • Dapat mendialogkan ilmu humaniora klasik seperti Fikih, Hadits, Kalam, Ulumul Qur’an dengan ilmu-ilmu humaniora kotemporer sehingga Islam dapat dijadikan sebagai ajaran yang mampu menjadi obat mujarab dalam mengatasi masalah kekinian.
Objek Pembahasan Metodologi Studi Islam

Islam sebagai agama tidak datang ke dalam “ruangan” dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan keyakinan, tradisi dan praktik-praktik kehidupan. Masyarakat saat itu bukan tanpa ukuran moralitas tertentu, namun sebaliknya inheren di dalam diri mereka standar nilai dan moralitas.

Kemudian Dalam perjalanan panjang Islam, Islam mengalami asimilasi, perkembangan-perkembangan akibat adanya berbagai macam pemahaman yang dikembangkan oleh para tokoh-tokoh agama, ulama, pemikir-pemikir Islam. Dalam istilah Komarudin Hidayat Wahyu  ketika dilangit bersifat maskulin (tunggal), namun ketika membumi bersifat feminis. Hal ini berarti bahwa penafsiran terhadap wahyu al-Qur’an mengalami perkembangan  tidak hanya tekstual tetapi memahami wahyu al-Qur’an secara kontekstual.

Oleh sebab itu, Obyek kajian dalam Islam tidak hanya membahas tentang persoalan trasedental namun membahas hal lain yang menyangkut persoalan-persoalan ketika agama membumi. Berikut obyek kajian dalam studi Islam :
  • Komunitas setiap tradisi memiliki suatu komunitas keagamaan (gereja, masjid, ummah) yang memiliki beragam cabang dan yang membawa umat beriman ke dalam suatu konteks global.
  • Ritual yang dapat dipahami dalam tiga aspek; penyembahan yang terus menerus, sakramen, dan upacara-upacara. Sakramen biasanya berkaitan dengan perjalanan kehidupan yang luar biasa, kelahiran, inisiasi (upacara tapabrata), perkawinan dan kematian. Upacara-upacara sering merayakan tanggal kelahiran atau peristiwa-peristiwa besar lainnya dari kehidupan tokoh-tokoh-tokoh besar seperti yesus, Musa, Muhammad, Krishna dan Budha. Aktivitas penyembahan, sangat beragam dari segi frekuensi, watak, dan signifikansinya namun seluruh agama memilikinya.
  • Etika; seluruh tradisi memiliki keinginan mengkonseptualisasikan dan membimbing kearah kehidupan yang baik, dan  semua menyepakati persoalan-persoalan dasar seperti keharusan menghindari kebohongan, mencuri, pembunuhan, membawa aib keluarga, mengingkari cinta. Tradisi-traisi monoreistik menyerukan agar mencintai manusia dan Tuhan, sedang tradisi-tradisi timur lebih cendrung menyerukan concernetis kepada alam.
  • Keterliban social dan politis; komunitas-komunitas keagamaan merasa perlu terlibat dalam masyarakat yang lebih luas untuk mempengaruhi, mereformasi, atau beradaftasi dengannya kecuali jika agama dan masyarakat saling terpisah seperti dalam agama-agama primal.
  • Kajian teks dan Kitab suci, termasuk mite atau sejarah suci dalam kitab suci atau tradisi oral yang dengannya masyarakat hidup, dengan mengenyampingkan agama-agama primal, kebanyakan tradisi memiliki kitab-kitab sebagai suatu canon (peraturan-peraturan). (Di Jerman, hingga hari ini, kajian-kajian terhadap bahasa, budaya dan agama merupakan inti dari studi Islam yang dipelajari, dan di universitas lebih dikenal sebagai Orientalische Seminar. Diantara pemula pakar bahasa Arab dari Jerman adalah Johan Jokab Reiske (1716-1774). Kajian-kajian bahasa Arab berkembang secara luas di Eropa sejak permulaan abad ke-19. Salah satu dari ahli-ahli dalam bidang ini adalah seorang sarjana Perancis A.I. Sylvestre de Sacy. Lihat Jacques Waardenburg, Studi Islam di Jerman, dalam Azim Nanji (ed),  Peta Studi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka baru, 2003), 3)
  • Konsep atau doktrin
  • Estetika; dalam tingkat akar rumput di sepanjang sejarah, estetika merupakan hal yang signifikan. Ikonografi di taj mahal dan parmadani di Persia
  • Spiritualitas yang menekankan sisi dalam (batin) dari agama. (Frank Whaling, Pendekatan Teologis, dalam Peter Connoly (ed.) Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: LKIS, 1999), 321) Spritualitas Muslim dalam makna luas dengan jelas mengekpresikan dirinya dalam berbagai cara dan bentuk yang sangat berbeda, dari kesalehan yang lebih tradisional kepada bentuk-bentuk pengalaman mistik pribadi, dalam berbagai ekspresinya yang berbeda, dari pengalaman Hadis kepada puisi yang mengisyaratkan pada yang absolut. Meskipun selalu ada banyak referensi bagi ‘’isyarat-isyarat” Tuhan, isyarat-isyarat tersebut memainkan peran yang sangat berbeda dalam berbagai cara yang berbeda pula. (Lihat Jacques Waardenburg, Studi Islam dan sejarah Agama-Agama, Sebuah Evaluasi, dalam Azim Nanji (ed),  Peta Studi Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka baru, 2003), 308)
bacaan lebih lanjut: SARJANAKU

cerita best friendku ELLA

“ SEJAK AKU MENGENALMU ”
Matahari masih malu-malu menampakkan dirinya seolah membuatku berkhayal. Dinginnya udara pagi melambangkan suasana dinginnya hatiku membayangkan kisah-kisah dulu yang teramat indah membuatku senyum. Kemudian senyum itu perlahan berubah menjadi tetesan air bening yang melewati pipiku ketika membayangkan wajah-wajah temanku yang mengalami kegagalan di penghujung masa SMA. Masa itu yang dikatakan oleh orang-orang adalah masa yang paling indah. Itu memang benar. Begitu banyak kenangan yang aku dapat dari bangku SMA. Canda tawa,suka duka, kenakalan (yang masih di batas kewajaran) malas, kocak, dan prestasi yang kuraih, sampai pada kenangan saat aku mengagumi seseorang.dan sekali lagi itu semua memang indah dan menjadi kenangan yang manis bagiku. Tapi,ada beberapa hal yang membuatku sangat menyesal pada waktu itu yakni ketika menyaksikan tangisan teman-temanku yang mengalami kegagalan dalam UAN. Hal itu sangat menyakitkan bagiku. Namun nasi telah menjadi bubur, semuanya telah terjadi dan tak ada yang mampu merubahnya. Kecuali hari yang kemarin masih bisa kembali lagi. Namun itu sekali lagi tidak mungkin, mustahil. Yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana melangkahkan kaki untuk masa depan. ”Oh, my friends, I missing to you all. Oh, my bestfriends….”,sepatah lagu yang sering kami nyanyikan di dalam kelas, kami anak-anak kelas Bahasa.
“Hei…bengong aja!” Winni datang mengagetkan aku entah dari mana.
“Astagfirullah, kamu membuatku kaget, “jawabku yang masih duduk di kirsi teras rumah dan masih memegangi dada karena masih kaget.
“Eh, btw, kamu mau lanjut di mana?”dWinni duduk di kursi sampingku.
“Insya Allah aku mau lanjut di STAIN Parepare. Kebetulan saya punya keluarga alumni di sana dan sekarang dia sudah mengajar, jawabku.
“Terus-terus apa kelebihan yang ada di STAIN Parepare tersebut?”Winni bertanya dengan penuh semangat. Tampaknya dia tertarik.
“STAIN itu salah satu Sekolah Tinggi Negeri di bawah naaungan pemerintah, terus biayanya juga erjangkau terutama bagi kita yang memiliki ekonomi menengah. Bagaimana?”jawabku meyakinkan.
“Iya deh! Kita coba-coba ambil formulir di sana,”jjawabnnnya yakin. Formulir pendaftaran itupun kami dapatkan dari keluargaku yang alumni STAIN. Jadi, Kami tidak perlu lagi ke Parepare untuk mengambil formulir tersebut.

Beberapa hari kemudian, setelah mengisi formulir dan melengkapi semua syarat-syarat pendaftaran, dengan semangat kami start dari Sidrap menuju Parepare. Matahari memancarkan cahaya dan kehangatannya dengan cukup menyengat kulit. Namun itu tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap melangkahkan kaki menuju pintu gerbang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.
“Oh, jadi inilah STAIN Parepare yang disebut sebagai Kampus Hijau?”tanyaku dalam hati. Kampus STAIN mmmemeng mendapat julukan sebagai kampus hijau. Mengapa? Aku juga kurang tahu. Mungkin karena kampus ini terletak di pegunungan yang hijau. Di belakang kampus,gunung-gunung berbaris adalah pemandangan yang utama. Lalu di depan kampus nun tidak terlalu jauh di sana tampak lautan biru dihiasi pulau-pulau.
“Subhanallah! Benar-benar kampus yang dikelelengi oleh keindahan alam!”kataku dalam hati kagi. Kami terus berjalan sambil melihat-lihat sekitar kampus dari luar dan akhirnya kami sampai di pintu gerbang utama. Sebelum masuk kami melapor kepada satpam kampus. Mereka pun dengan ramah menyambut kami. Satpam itu mengantar kami menuju ruang akademik. Pegawai yang ada di ruangan itu menyambut kami dengan baik sambil sesekali memberikan pertanyaan kepada kami tentang asal sekolah, alamat, alas an memilih STAIN,dll. Kami pun menjawabnya dengan tenang dan dihiasi dengan senyum karena kami merasa dihargai. Setelah selesai mengurus pengembalian formulir, kami diberi tahu panitia penerrima mahasiswa baru untuk kembali pada tanggal yang telah ditentukan untuk mengikuti tes wawancara saja. Sampai akhirnya pengumuman kelulusan dan Alhamdulillah namaku di sana Lulus. Maka langkah selanjutnya adalah membayar SPP. Aku dan temanku memperoleh info bahwa pembayarannya dilakukan di Bank BMNI cabang Parepare,kemudian menemui salah satu staf akademik.
“Duh, bagaimana ini Pak? Kami tidak melihat BNI di sini karena kami orang baru. Bagaimana kalau dibayar cash saja di sini Pak?” tanyaku memohon.
“Dik, ini merupakan prosedur jadi tidak bisa diubah, di sampinh itu juga dapat menjamin keamanan. Adik-adik mengerti kan?” menjelaskan dengan sabar.
“Iya Pak, kami mengerti.” Jawab kami berdua.
Setelah itu kami berangkat naik mobil angkot menuju Bank BNI cabang Parepare. Meskipun khawatir, takut kesasar, tapi akhirnya kami bisa menyelesaikan urusan tersebut kemudian pulang kampung.

Tidak terasa bulan Ramadhan telah tiba, bulan di mana umat muslim berlomba-lomba untuk melekukan amalan-amalan kebaikan dan memohon ampunan kepada Sang Khalik. Awal Ramadhan aku masih bersama keluarga melaksanakan aktifitas di bulan Ramadhan. Tetapi ketika dua minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri, aku harus berada di STAIN Parepare untuk mengikuti beberapa kegiatan di antaranya materikulasi yang dibawakan oleh dosen-dosen STAIN, pengisian KRS sebagai bukti bahwa nama kita sudah masuk di akademik. Selain itu kami juga harus mengikuti sosialisasi OSPEK. Dan seterusnya sampai mengikuti kegiatan OSPEK yang ekstra melelahkan selama enam hari dari subuh, pagi, siang, sampai malam. Ditambah lagi dengan penampilan norak nan gila untuk memuaskan hati para panitia. Meskipun OSPEK ini dengan logo tanpa kekerasan,tapi sempat terjadi kekerasan fisik yang dialami oleh sebagian peserta OSPEK. Pada hari ke enam adlah acara penutupan OSPEK.
Hari Senin kami masuk kuliah, meskipun aktifitas kuliah belum benar-benar lancer. Hal itu disebabkan oleh banyak dosen yang mudik dan absen dari akademik belum selesai disusun.
Hari pertama kuliah saya penasaran tentang bagaimana suasananya. Pada saat dosen masuk, kami kelas A-2 sudah siap belajar di tempat masing-masing. Setelah jam kuliah pertama selesai dosen member tugas membuat makalah dan minggu depannya harus selesai dan dipresentasekan. Pada hari berikutnya pun banyak tugas dari dosen lain. Aku merasa stres. Aku berpikir bahwa menjadi mahasiswa itu susah juga. Sampai akhirnya aku bertemu dengan dosen Bahasa Indonesia yang humoris. Otomatis beban stress berkurang karena tertawa. Yang berkesan di hatiku adalah di balik sifat beliau yang suka melucu ternyata beliau juga mengabdi di masyarakat sebagai imam mesjid. Dan yang paling berkesan ketika bertemu beliau adalah saat mendengar pengalaman beliau yang tidak pernah berpacaran semasa remajanya hingga beliau menikah.
“Mudah-mudahan aku bisa mengikuti sifat beliau yang baik itu,” kataku dalam hati.
Kuliah di STAIN membuat saya betah padahal baru kali ini saya meninggalkan keluarga dan kampong halaman demi menuntut ilmu. Meskipun hanya tinggal di asrama yang serba kekurangan. Tapi itu adalah tantangan bagiku, dan aku yakin dengan bersabar semua kekurangan itu akan menuntut ilmu untuk menggapai cita-citaku yakni ingin menjadi guru bahasa Inggris yang professional. Semoga Allah meridhai cita-citaku.Amin.

Urgensi ulumul qur'an

Ulumul Quran berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata yaitu “ulum” dan“quran”. Ulum bentuk jamak dari kata “ ilm” yang berarti ilmu-ilmu, sedangkan Al Quran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai pedoman hidup manusia. Jadi, Ulumul Quran adalah ilmu-ilmu yang membahas tentang AlQuran. Menurut Al Zarqani Ulumul Quran adalah pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan Al Quran dari segi urutan-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemukjizatannya, nasikh mansukhnya serta penolakan terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan keraguan terhadap Al Quran. Definisi yang bervarian tentang Ulumul Quran disebabkan oleh kajian yang berasal dari berbagai sudut pandang.
Latar Belakang Munculnya Ulumul Quran
Sebenarnya Ulumul Qur’an itu sendiri bermula dari Rasulullah SAW, tetapi saat itu Rasulullah S.A.W tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dia selain Qur’an, karena ia khawatir Qur’an akan tercampur dengan yang lain. “ Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id al-khudri, bahwa Rasulullah S.A.W berkata :“Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa yang menuliskan
dari aku selain Qur’an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa
yang dariku; dan itu tiada halangan baginya. Dan barang siapa
yang sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya
di api neraka.”
Maksud dan Tujuan Ulumul Quran
Tujuan Ulumul Quran adalah sebagai alat di dalam memahami Al Quran sehingga melahirkan sebuah pemahaman yang sesuai dengan keinginan Allah.

Selain itu maksud dan tujuan mempelajari UlumulQuran yakni, untuk mengetahui persyaratan-persyaratan dalam menafsirkan Al-Qur’an, untuk memahami kalam Allah SWT , sejalan daengan keterangan dan penjelasan dari Rasulullah SAW , serta sejalan pula dengan keterangan yang dikutip oleh para sahabat dan Thabi’in tentang interpretasi mereka perihal Al-Qur’an, dan yang terakhir yaitu agar mengetahui ilmu-ilmu lain yang dibutuhkan dalam mempelajari ulumul Qur’an.
Materi Kajian Ululmul Quran
1. Ilmu Mawathin al-nuzul
2. Ilmu Tawarikh al-nuzul
3. mu Asbab al-nuzul
4. Ilmu Qira’at
5. Ilmu tajwid.
6. Ilmu Gharib al-qur’an
7. lmu I’rabil qur’an
8. Ilmu Ma’rifat al-muhkam wa al-mutasyabih
9. Ilmu Al-Nasikh wa al-Mansukh
10. Ilmu Bada’I al-qur’an
11. Ilmu I’daz al-qur’an
12. Ilmu Tanasub ayat al-qur’an
13. Ilmu Amtsal al-qur’an.
14. lmu Jidal al-qur’an
15. Ilmu Adab al-tilawah al-qur’anan.

Nuzulul qur'an

Pengertian Nuzulul Qur’an
Secara etimologis, kata Nuzul memiliki beberapa pengertian. Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu’uh, turun dan jatuhnya sesuatu. Sedang menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti al-inhidar min ‘ulw ila asfal,meluncur atau turun daria atsas kebawah. Nuzul dalam pengertian ini dapat di jumpai dalam QS al Baqarah ayat 22.
Kata nuzul, bisa juga berarti singgah atau tiba di tempat tertentu. Pengertian ini, sebagaimana dikatan al-Zamakhsari dalam kitabnya asas al-Balaghah, menganggap pengertian sebagai makna hakiki.
Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan dalam penuturanya yang lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu daria atas kebawah. Lebuh dari itu, Nuzul berarti bergeraknya sesuatu dri dari atas kebawah. Pengertian tersebut tidak tepat atau tidak lazim bagi pengertian Nuzulul qur’an.
D. Bukti Turunnya Al-Qur’an secara bertahap
Sejarah sendiri telah membuktikan bahwa Nabi Muhammad menerima wahyu tidak secara sekaligus, tetapi secara berangsur-angsurdalam jangka waktu lebuih dari 20 tahun. Di samping itu, bukti turunnya al-Qur’an secara bertahab adalah adanya ayat pertama dan terakhir yag diturunkan.
E. Hikmah al-qur’an turun bertahap
Diantara hikmah diturunkannya al-qur’an secara bertahap:
1. Meneguhkan hati Rasulullah saw. Dalam melaksanakan tugasnya, kendati ia menghadapi hambatan dan tantangan (QS. Al-Furqon: 32-33). Disamping itu dapat juga menghibur hati beliau pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orag-orang kafir (QS. Al-Ahqof:5), dan sebaginya.
2. Untuk memudahkan nabi saw. Dalam menghafal lafad al-Qur’an, mengingat al-Qur’an bukan sya’ir atau prosa, tetapi kalam Allah yang sanagat berbobot isi maknanya, sehingga memerlukan hafalan dan kajian secara kusus.
3. Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan segala isinya oleh umat islam.
4. Di antara ayat-ayat al-Qur’an, menurut ulama’ ada yang nasikh dan ada yang mansukh , sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak akan jelas jika al-Qur’an di Nuzulkan secara sekaligus.
5. Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat islam yang hidup semasa semasa dengan nabi.
6. Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk meninggalkan sikap mental atau tradisi-tradisi jahiliyah yang negatif secara berangsur-angsur.
7. Al-Qur’an yang di Nuzulkan berulangkali, sebenarnya mengandung kemukjizatan tersendiri. Bahkan hal itu dapat membangkitkan rasa optimisme pada diri Nabi, sebab setiap persoalan yang dihadapi dapat dicarika jalan keluarnya dari penjelasan al-Qur’an
8. Untuk membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar kalam Allah, bukan kalam Muhammad. Jadi, al-Qur’an secara berangsur-angsur ini utuk menepis anggapan tersebut.
Sejarah Turunnya Al-Qur'an
Al-Qur’an adalah sebagai qalamullah yaitu kumpulan firman-firman Allah. Al-Qur’an juga dapat diartikan sebagai sebuah kitab suci yang berisikan pedoman bagi kehidupan umat islam di seluruh dunia. Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan.

Sejarah lahirnya Al-Qur’an mengalami tiga fase, yaitu:
1. Proses turunnya Al-Qur’an
2. Proses dibukukannya Al-Qur’an
3. Sistematika Ak-Qur’an

1. Proses Turunnya Al-Qur’an
Secara sekaligus, Al-Q ur’an dipustakakan di tempat yang tidak akan dapat dijangkau oleh makhluk Allah lainnya, yaitu di Lauh Mahfud (Kepustakkaan Allah). Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Proses turunnya Al-Qur’an melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut:

a. Qalam Madlul
Turunnya ayat suci Al-Qur’an secara langsung ditirunkan kepada nabi Muhammad SAW. yang disebut mukzizat

b. Qalam Dal
Pada saat qalam Allah ditrunkan kepada Nabi Muhammad SAW., terdengan gemerincing secara ghaib. Tahap qalam dal ini dianggap sulit atau berat oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi Muhammmad SAW., menerima qalam Allah, tubuh Nabi Muhammad mengeluarkan keringat dan bercahaya. Dan apabila beliau menerima qalam dal dengan keadaan menaiki hewan, maka hewan tersebut akan bersujud dengan sendirinya.

c. Melalui Perantara Malaikat Jibril
Dengan cara ini Malaikat Jibril menyampaikan qalam Allah kepada Nabi Muhammad dengan menjelma wujud makhaluk tertentu maupun berupa cahaya tergantung dengan situasi dan kondisinya.


2. Proses dibukukannya Al-Qur’an
Latar belakang dibukukannya Al-Qur’an adalah karena banyaknya para Suhada yang hafal Al-Qur’an dikarenakan meninggal dunia dalam perang. Lantas Umar bin Khotob mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun tulisan-tulisan Al-Qur’an yang pernah diterima oleh Nabi Muhammad SAW., dan kemudian Zaid bin Tsabit diangkat menjadi ketua panitia dalam menghimpun dan menulis Al-Qur’an.

Pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khotob, ayat-ayat Al-Qur’an (Wahyu) itu berupa lembaran-lembaran. Maka untuk mengamankan dan menjaga kesuiannya dan agar tidak berceceran, Al-Qur’an diperbolehkan untuk dibakar dan abunya dikuburkan.

Pada masa Usman bin Afan, Al-Qur’an telah berhasil dicetak sebanyak lima buah, dan disimpan serta disebarkan kepada:
a. Muskhap Imam (Madinah)
b. Perpustakaan Mekkah
c. Kota Siria
d. Kota Kuffah
e. Kota Bazrah
Semua kota yang mendapat Al-Qur’an pertama kalinya merupakan kholifah dan untuk dipelajari dan disebarkan dengan syarat tidak ada yang dirubah.

3. Sistematika Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut kesepakatan disusun dengan diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Rincian AL-Qur’an terdiri dari:
- 30 juz
- 114 surat
- 6666 ayat