Secara psikologis ada beberapa hal yang menjadi landasan seseorang meraih kesuseannya dalam belajar. Khususnya para pelajar di STAIN Parepare, dorongan dari dalam hati adalah salah satu hal yang paling sering miliki dalam mencapai tujuan yang mereka inginkan. Diakui ada berbagai jenis manusia yang berkarateristik berbeda oleh sebab itupula motivasi yang dimilki setiap orang pun berbeda satu sama lain.
Ada berbagai persoalan yang harus dipecahkan , kenapa dalam satu waktu ada orang yang bekerja sebagai petani, dan ibu-ibu rumah tangga yang santai, ada pemuda yang terbuai dengan lamunan. Mengapa mereka rela melakukan perbuatan-perbuatan itu? Apa yang mempengaruhi jiwa mereka sehingga terlahir perilaku yang berbeda-beda? Dari sudut pandang psikologis, pertanyaan-pertanyaan diatas sangatlah erat kaitannya dengan istilah motivasi.
Melihat pentingnya motivasi dalam keberhasilan belajar, kami tertarik untuk menyusun sebuah makalah dengan judul “Motivasi Belajar”.
1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756).
Beberapa pakar psikologi ada yang membedakan istilah motif dan motivasi, sebagaimana Henry E. Garret dalam general psychology menjelaskan bahwa motive is a need, aspiration, or purpose. Motive initiate behavior. Motivation is a term which refered “set” or drive within organism wich impel to action.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak, pendorong tingkah laku dan pemberi rangsang baik dari dalam diri maupun dari luar yang memunculkan motif yang mengacu pada tingkah laku dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Pengertian belajar menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3).Sedangkan menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak, pemberi rangsang dan penggerak tingkah laku baik dari dalam diri maupun dari luar siswa dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai dengan baik.
2. Teori-Teori Motivasi
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Beriktu beberapa teori dari ahli:
Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Teori Motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Teori Motivasi Douglas McGregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
Teori Motivasi Vroom (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.
Achievement Theory (Teori achievement) Mc Clelland (1961),
Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur).
Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
3. Macam-Macam Motivasi
Menurut Sardiman (2001), macam-macam motivasi yaitu :
a). Motivasi Ekstrinsik dan intrinsik
Macam – macam motivasi menurut Abdul Rahman Saleh, ada beberapa psikolog yang mengatakan motivasi terbagi kedalam dua, yakni:
• Motivasi Intrinsik
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.
• Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.
b). Motivasi Jasmaniah dan rohaniah
Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu.Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah seperti momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan.
c). Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
• Motif atau kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.
• Motif-motif darurat meliputi dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, dan untuk memburu
• Motif-motif objektif menyangkutkebutuhan untuk melakkan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.
d). Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
• Motif-motif bawaan. Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir. Sebagai contoh dorongan untuk bekerja, dorongan untuk makan dan minum, dorongan untuk bekerja, dorongan seksual.
• Motif-motif yang dipelajari.Motif ini timbul karena dipelajari. Sebagai contoh, dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.
4. Motivasi Belajar Dalam Perspektif Islam
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik apabila orang-orang Islam tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan fikiran yang sehat. Oleh karena itu pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.
Dalam belajar (menuntut ilmu), Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana sabdanya, yang berarti:
“Dari Anas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim ” (HR. Baihaqi)
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan yang beriman kepada Allah, dan orang Islam yang menuntut ilmu berarti ia telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, karena Allah memerintahkan kepada setiap mukmin untuk menuntut ilmu. Tanpa ada pembedaan, agama Islam menganjurkan setiap lelaki dan perempuan belajar serta menggunakan ilmu yang dimilikinya, juga untuk mengembangkan dan menyebarkan ilmunya. Islam tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki supaya seseorang ituterus menerus melakukan pembahasan, research dan studi. Nabi bersabda:
“Seseorang itu dapat dianggap seorang yang alim dan berilmu, selama ia masih terus belajar, apabila ia menyangka bahwa ia sudah serba tahu, maka ia sesungguhnya seorang jahil”.
Kalau diperhatikan dengan seksama, dalam al-Hadits akan dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Beberapa ungkapan yang dapat menjadi motivasi belajar, antara lain:
• Perbandingan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Perbedaan antara keduanya, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits:
“Dari Abu Umamah ra: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (tanpa ilmu) itu seperti seperti kelebihan saya dari orang yang paling rendah dari para shahabatku”. (HR. At-Tarmidzi, hadits Hasan). Maksudnya bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
• Mendorong orang menuntut ilmu dengan janji pemberian beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu dan beriman. Di antara derajat yang diperoleh orang yang berilmu itu ialah mereka termasuk pewaris para Nabi. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Darda’, katanya Rasulullah saw bersabda:
“Ulama itu pewaris para Nabi”. (HR. Abu Dawud, at-Tarmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
• Orang yang beriman dan berilmu itu termasuk orang terdekat kepada derajat para Nabi.
Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda:
“Manusia yang paling dekat kepada derajat kenabian itu ialah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang berjihad. Adapun orang-orang yang berilmu, maka mereka itu memberi petunjuk kepada manusia berdasarkan apa yang dibawa oleh para Rasul. Sedangkan orang-orang yang berjihad itu berjuang dengan pedang-pedang mereka untuk membela apa yang dibawa oleh para Rasul itu”.
Status sosial yang sangat terhormat bagi orang-orang yang berilmu itu menjadi motivasi yang kuat bagi orang-orang yang beriman untuk terus menuntut ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat kelak.
• Menuntut ilmu itu mengandung nilai jihad yang tinggi.
Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Mu’adz yang bersambung sanadnya hingga Rasulullah saw, beliau bersabda:
“Pelajarilah ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah takut kepada Allah.Menuntutnya adalah ibadah; mengulang-ulangnya adalah tasbih; pembahasannya adalah jihad; mengajarkannya kepada orang yang tidak tahu menjadi sedeqah; memberikannya kepada ahlinya adalah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu itu teman sewaktu sendirian, dan sahabat sewaktu kesepian, …”. (HR. Ibnu Hibban & Mu’adz)
• Ilmu yang bermanfaat itu termasuk salah satu (dari tiga) amalan yang terus berguna hingga mati.
Dasarnya hadits berikut ini:
“Dari Abu Hurairah ra, katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila manusia sudah mati, maka putuslah pahala amalnya selain dari tiga yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang shaleh yang mendo’akan”. (HR. Muslim)
Selain beberapa point motivasi belajar yang telah dipaparkan tersebut, perlu ditekankan kembali bahwa di antara ajaran Islam yang mengajak masyarakat untuk melahirkan berbagai pemikiran dan karya ilmiah ialah memasyarakatkan pendidikan dan memberantas kebodohan.
Kemudian di antara ajaran terpenting untuk mewujudkan suasana ilmiah ialah belajar bahasa asing jika dipandang perlu –khususnya bila pemilik bahasa itu mempunyai ilmu yang harus dipelajari, atau memiliki hikmah yang bisa dipetik manfaatnya– sehingga tidak ada jalan lain untuk memanfaatkan kelebihan mereka tanpa memahami bahasa mereka. Islam tidak hanya tidak melarang umatnya mempelajari bahasa asing, bahkan menganjurkan mempelajari berbagai bahasa, karena bahasa merupakan sarana terpenting untuk menyebarkan dakwah ke seluruh dunia.
Demikian beberapa hal mengenai motivasi belajar yang dapat dirangkum berdasarkan penafsiran yang dapat dipahami secara umum dan dianggap bisa mewakili perspektif Islam tentang motivasi dalam menuntut ilmu.
5. Pengukuran Motivasi
Pengukuran motivasi disini maksudnya adalah yang berhubungan dengan efektifitas motivasi dalam mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Motivasi menjadi efektif dan tepat sasaran ketika dilakukan sesuai dengan teori dan ditarafkan pada objek yang tepat. Anak didik memiliki motivasi yang kuat dan jelas, pasi akan tekun dan berhasil dalam belajarnya. Kepastian itu imungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi berikut:
• Penolong untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
• Penentu arah perbuatan yakni kearah yang akan di capai.
• Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan manusia senantias selektif dan tetap terarah kepadatujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian, jika didapati manusia yang dalam sikap dan tingkah lakunya tidak terarah dan tanpa tujuan, dapat dipastikan orang tersebut tidak memiliki motivasi.
Daftar Pustaka
• Al-gazali, Muhammad. 1993. Akhlak Seorang Muslim. (terjemahan: Moh. Rifa’i). Semarang: Wicaksana.
• http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/
• http://:images.sitizubaidah53.multiply.multiplycontent.com/
• http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/05/27/macam-macam-motivasi/
• http://supiani.staff.gunadarma.ac.id/
• Rahman, Saleh Abdul. 2004. Psikologi “Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam”. Jakarta: Prenada Media Group.