ILMU JIWA UMUM (pengenalan)

Pengaruh tri pusat pendidikan terhadap perkembangan individu:

• Keluarga memiliki fungsi dan peranan yang tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga saja, tetapi keluarga juga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Keikutsertaan keluarga itu meliputi tahap perencanaan pemantauan dalam pelaksanaan, maupun dalam evaluasi dan perkembangan. Keluarga sangat berperan terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian individu. Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak lebih bersikap menentukan watak budi pekerti, latihan ketrampilan, pendidikan kesosialan dan pendidikan keagamaan.
• Sekolah menjadi menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia sebagai individu warga masyarakat, warga negara dan warga dunia pada masa depan. Sekolah memberikan pendidikan selanjutnya dalam berbagai kecakapan dan ilmu yang tidak dapat diberikan oleh orang tua karena adanya keterbatasan. Menjadikan individu lebih cerdas dalam berfikir da mengaplikasikan apa yang aa didalam dirinya sehingga melahirkan berbagai jarya dari hasil pemikirannya.
• Masyarakat merupakan tempat atau unsur yang sangat berperan penting dalam pendidikan. Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan dari masyarakat beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya. Masyarakat menjadikan individu lebih berbuaya dan lebih berjiwa social , serta mengajarkan keada setiap individu untuk patuh dan taat terhadap noram dan adat istiadat yang telah disepakati bersama. Ada 2 fungsi utama dari masyarakat yaitu Mengawasi jalannya nilai sosio-budaya dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Fungsi –fungsi inilah yang membuat suatu individu jika dalam suatu pergaulan tidak dapat memfilterisasi apa yang baik dan yang buruk untuk diterimanya, akan menjadikan ia terjerumus dalam pergaulan kemaksiatan.

Pendapat para ahli mengenai tri pusat pendidikan:
Keluarga:
Menurut Drs. Jalaluddin, "Kebiasaan yang dimiliki anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga", sedangkan Comenius berpendapat bahwa pendidikan keluarga itu penting bagi anak-anak yang sedang berkembang, tingkatan permulaan bagi anak-anak yaitu didalam lingkungan keluarga.
Sekolah:
Menurut H.M. Arifin M. Ed. mengatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah, pendidikan merupakan sarana (alat) yang menentukan sampai dimana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai. Menurut Prof. Dr. Sikun Pribadi menyatakan bahwa orang tua tidak mampu memberikan pendidikan selanjutnya dalam berbagai kecakapan dan ilmu. Kita dapat menggambarkan masyarakat tanpa sekolah. Di dalam sekolah bekerja orang-orang khusus didik untuk keperluan mengajar.
Masyarakat:
Menurut Dr. Hidayat Nataatmadja Pada dasarnya ilmu pengetahuan, tekhnologi dan seni adalah atribut yang memadai kemampuan kreatif manusia di dalam usahanya menciptakan berbagai corak kebudayaan, didalam beberapa tahapan kebudayaan budaya usaha untuk menemukan serta menciptakan tatanan baru yang memiliki makna dan nilai-nilai terus berlangsung secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.

A. Ketererkaitan antara watak , kepribadian dan tempramen:
Antara kepribadian, tempramen dan karakter/watak memiliki kaitan yang sangat erat dalam kehidupan seseorang. Seseorang dapat dibedakan dari yang lainnya melalui ketiga hal ini, meskipun adapula beberapa kesamaan diantara setiap orang. Tipe orang dengan karakter tertentu merupakan bawaan lahir yang memang tidak mudah untuk diubah, tempramen yang sudah mengalami pembentukan melalui lingkungan seperti lingkungan pendidikan, agama dan kebiasaan-kebiasaan hidup lainnya disebut karakter. Lebih luas dibandingkan tempramen dan karakter yaitu kepribadian. Kepribadian lebih merupakan penampilan diri yang diperlihatkan kepada orang lain. Kepribadian mewakili watak dan tempramen yang benar-benar kita miliki dan dapat pula hanya berupa tampilan sementara agar orang memiliki kesan tertentu terhadap diri kita.
Pendapat para ahli mengenai peranan watak , kepribadian dan tempramen:
- “Kepribadian adalah organisasi dinamis di dalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan tingkah-laku dan pikirannya secara karakteristik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.“ (G. Allport).
- “Character is personality evaluated and personality is character devaluated”. Allport beranggapan bahwa watak (character) dan kepribadian (personality) adalah satu dan sama, akan tetapi, dipandang dari segi yang berlainan. Kalau orang hendak mengadakan penilaian (jadi mengenakan norma), maka lebih tepat dipakai istilah “watak”; tapi kalau bermaksud menggambarkan bagaimana adanya (jadi tidak melakukan penilaian) lebih tepat dipakai istilah “kepribadian.”
-Menurut Allport: “Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah-tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan.”Menurut G. Ewald: “Temperamen adalah konstitusi psikis yang berhubungan dengan konstitusi jasmani.”Dalam kaitan dengan watak, G. Ewald lebih melihat temperamen sebagai yang tetap seumur hidup, yang tak mengalami perkembangan, karena temperamen bergantung pada konstelasi hormon-hormon, sedangkan konstelasi hormon-hormon itu tetap selama hidup. Sebaliknya watak, walaupun pada dasarnya telah ada tetapi masih mengalami pertumbuhan atau perkembangan.Watak sangat bergantung pada faktor-faktor eksogen (lingkungan pendidikan, pengalaman, dan sebagainya).

Faktor yang menyebabkan pendidikan kurang mampu merubah prilaku seseorang
Banyak hal yang menyebabkan pendidikan kurang mampu mengubah perilaku seseorang, dari segi externalnya pendidikan belum menunjukkan usaha yang berkesinambungan dan belum mempunyai tujuan dan arah yang jelas, serta disebabkan lingkungan pendidikan yang belum mampu mendorong pengembangan prilaku seseorang. Dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa fungsi dan peran tri pusat pendidikan belum maksimal dalam usaha untuk membentuk kepribadian yang baik seseorang. Kebanyakan model pendidikan yang diterapkan sekarang adalah hanya menitik beratkan pada perkembangan dan penguasaan aspek teoritis terhadap suatu cabang ilmu, sangat jarang menyinggung sisi pengembangan ahlak dan kepribadiannya akibatnya banyak orang yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi tidak memiliki perilaku yang baik. Disamping itu, faktor internal juga sangat berpengaruh dalam merubah perilaku seseorang sebab seberapa pun usaha dari para pendidik untuk membentuk kepribadian dan ahlak yang baik, kesemuanya itu akan kembali ke setiap individunya masing-masing. Seseorang yang memiliki tekad dan keinginan kuat untuk merubah prilakunya pada akhirnya akan mampu merubahnya secara perlahan-lahan.

Pendapat para ahli tentang peran pendidikan
Segi sosial keagamaan:
-Prof. Dr. H. Jalaluddin: Pendidikan sosial ialah usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya.
-Abdullah Nasih Ulwan berpendapat: Pendidkan sosial ialah mendidik anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan prilaku sosial yang utama, dasar-dasar kejiwaan yang mulai dan bersumber pada aqidah islamiyyah yang kekal dan kesadaran iman yang mendalam agar di tengah-tengah masyarakat nanti ia mampu bergaul dan berperilaku sosial yang baik, memiliki keseimbangan akal yang matang dan tindakan yang bijaksana.
-Santoso S. Hamidjoyo sebagaimana yang dikutip Soelaiman Yoesoef menjelaskan: Pendidikan sosial didefinisikan sebagai suatu proses yang diusahakan dengan sengaja di dalam masyarakat untuk mendidik atau membina, membimbing dan membangun individu dalam lingkungan sosial dan alamnya supaya bebas dan bertanggung jawab menjadi pendorong ke arah perubahan dan kemajuan.
-M. Ngalim Purwanto juga menjelaskan: Pendidikan sosial ialah pengaruh yang disengaja yang datang dari pendidik-pendidik itu sendiri, dan pengaruh itu berguna untuk: pertama, menjadikan anak itu anggota yang baik dalam lingkungannya. Kedua, mengajar anak itu supaya dengan sabar berbuat sosial dalam masyarakat.
- Abdurrahman An Nahlawi berpendapat: Pendidikan sosial ialah pendidikan yang dijalankan atas dasar perasaan-perasaan sosial agar anak tumbuh berkembang dalam suatu masyarakat yang padu dengan mengutamakan yang lain, jauh dari sifat egoisme, selalu menolong orang lain demi kebenaran dan kebaikan, membuat orang lain gembira dan menyingkirkan berbagai kesusahan.
Segi sosial politik:
-Ki Supriyoko: Pendidikan nasional dapat dilihat dari berbagai dimensi, dari berbagai sudut pandang, dari banyak sisi, atau dari berbagai jenis "kaca mata". Memang pendidikan nasional itu bersifat "multifaset", dapat diteropong dari banyak segi. Karena pendidikan nasional itu sendiri mencakup banyak aspek, terkadang hasil peneropongan satu segi dengan segi yang lain menghasilkan gambaran yang tidak sama bahkan berbeda sama sekali. Dalam hal ini diperlukan suatu analisis yang komprehensif untuk memperoleh hasil teropong yang utuh dan tidak sepotong-sepotong. Hal itu sangat penting apabila pendidikan nasional dikaitkan dengan berbagai kepentingan terhadapnya khususnya kepentingan sosial politik suatu bangsa. Hasil teropong yang utuh dan obyektif akan memperjelas analisis kepentingan terhadap pendidikan nasional itu sendiri; dan sebaliknya hasil teropong yang tidak utuh dan apa lagi tidak obyektif akan memperburam analisis kepentingan terhadap pendidikan nasional itu sendiri.

Faktor psikologi dalam peningkatan SDM
Sumber Daya Manusia (SDM) tidak dapat terlepas dari faktor psikologis. Usaha-usaha untuk meningkatkan SDM tentunya akan membicarakan mengenai subjek pelaku SDM yang merupakan objek kajian dari psikologi. Faktor psikologi termasuk kemampuan seseorang meningkatkan potensi yang dimilikinya, menekan segala ego dan emosinya, berfikir terbuka, tidak mudah berputus asa, serta memiliki kepribadian yang ulet, tekun dan sabar. Yang kesemuanya itu untuk membuat suatu intuisi atau kelembagaan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Pendapat para ahli peningkatan SDM berdasarkan faktor psikologis
- “Psychology is the science of human and animal behavior, it includes the application of this science to human problems” (Morgan, King, dan Robinson, 1979) Psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku manusia dan hewan, yang mencakup penerapannya untuk (mengatasi) permasalahan manusia. Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an.)
- Drs. Agung Sigit Santoso, P.Si., M.Si. mengatakan bahwa fakultas yang meliputi: berpikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi lagi menjadi beberapa subfakultas: kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imaginer, dan sebagainya. Ia menambahkan fungsi psikologi sebagai ilmu Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu :
1. Menjelaskan Yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
2. Memprediksikan Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
3. Pengendalian Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervesi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.
Dalam kaitannya dengan tingkah laku individu dalam lingkungan tertentu atau lingkungan kerja seperti di perusahaan / atau organisasi, maka pendekatan psikologi sosial menjadi acuan untuk menjelaskan tingkah laku individu. Psikologi sosial mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :
- Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, atribusi (sifat).
-Studi tentang proses-proses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial, perilaku meniru dan lain-lain.
-Studi tentang interaksi kelompok, misalnya : kepemimpinan, komunikasi hubungan kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, persaingan, konflik Aspek manusia berkaitan dengan lingkungannya sebagai fokus psikologi sosial juga dipelajari oleh antropologi dan sosiologi.

(by: MARCONI KAMAL)