KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Assalamu Alaikum dan Selamat Datang…!.

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Jika ada yang merasa filenya tercopy paste atau materi tidak sesuai, saya dengan penuh hormat meminta maaf.

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Silahkan Melihat-lihat barangkali saja ada yang menarik, hehehegg….

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Anda sedang mencari tugas mengenai tugas tarbiyah? Mungkin ini bisa membantu….

KUMPULAN TUGAS TARBIYAH, BAHASA INGGRIS DAN FILE PRIBADI

Kritik dan saran bisa anda kirimkan ke https://plus.google.com/+MarconiKamal/posts atau fadilmarco@yahoo.com .

Bahasa Dan Kepribadian

A. Pengertian Bahasa
Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya
Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa bunyi atau suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (mulut), selain itu bahasa juga dapat dilakukan dengan cara menggerakkan tubuh manusia atau yang lebih populer dikenal sebagai bahasa tubuh (body language)
a. fungsi bahasa dalam masyarakat
1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.
2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.
3. Alat untuk mengidentifikasi diri.
b. Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa
1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb.
2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.
3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.
4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.
5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.
6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal (tidak baku).
c. Jenis bahasa terbagi atas dua yaitu:

1. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.
2. Bahasa isyarat atau gesture atau bahasa tubuh adalah salah satu cara bekomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh. Bahasa isyarat akan lebih digunakan permanen oleh penyandang cacat bisu tuli karena mereka memiliki bahasa sendiri. Bahasa isyarat akan dibahas pada artikel lain di situs organisasi.org ini. Selamat membaca.

B. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
1. Kepribadian menurut pengertian sehari-hari
Disamping itu kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
2. Kepribadian menurut psikologi
Berdasarkan penjelasan Gordon Allport tersebut kita dapat melihat bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan
a. Faktor-faktor penentu kepribadian antara lain
1. Faktor keturunan
Keturunan merujuk pada faktor genetis seorang individu. Tinggi fisik, bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan tidak begitu memengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain, kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor lingkungan
Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier.
3. Warisan sosial (social heritage)
Kebudayaan yang merupakan warisan sosial sangat berpengaruh pada proses sosialisasi manusia Misalnya, teknologi yang dimiliki oleh sekelompok masyarakat, akan diserap individu yang mengalami proses sosialisasi dalam masyarakat tersebut dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kelompok manusia
Kehidupan seseorang sangat dipengaruhi oleh kelompoknya. Setiap anggota kelompok memiliki peranan-peranan yang diwariskan kepada anggota kelompoknya. Kelompok manusia pertama adalah keluarga, tetangga, teman sepermainan, teman sekolah, lingkungan kerja, dan media massa.
Tiap kelompok dihadapkan pada anggapan-anggapan, nilai-nilai, norma-norma, dan adat istiadat Setiap kelompok manusia, apakah disadari atau tidak, akan memengaruhi anggota-anggotanya sehingga para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya. Hal itu menimbulkan kepribadian khas dari kelompok masyarakat tersebut
b. Sifat-sifat kepribadian
Berbagai penelitian awal mengenai struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk mengidentifikasikan dan menamai karakteristik permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.
c. Cara identifikasi kepribadian
Terdapat sejumlah upaya awal untuk mengidentifikasi sifat-sifat utama yang mengatur perilaku. Seringnya, upaya ini sekadar menghasilkan daftar panjang sifat yang sulit untuk digeneralisasikan dan hanya memberikan sedikit bimbingan praktis bagi para pembuat keputusan organisasional. Dua pengecualian adalah Myers-Briggs Type Indicator dan Model Lima Besar. Selama 20 tahun hingga saat ini, dua pendekatan ini telah menjadi kerangka kerja yang dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan sifat-sifat seseorang.
 Myers-Briggs Type Indicator
Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah tes kepribadian menggunakan empat karakteristik dan mengklasifikasikan individu ke dalam salah satu dari 16 tipe kepribadian. Berdasarkan jawaban yang diberikan dalam tes tersebut, individu diklasifikasikan ke dalam karakteristik ekstraver atau introver, sensitif atau intuitif, pemikir atau perasa, dan memahami atau menilai. Instrumen ini adalah instrumen penilai kepribadian yang paling sering digunakan. MBTI telah dipraktikkan secara luas di perusahaan-perusahaan global seperti Apple Computers, AT&T, Citgroup, GE, 3M Co., dan berbagai rumah sakit, institusi pendidikan, dan angkatan bersenjata AS.
 Model Lima Besar
Myers-Briggs Type Indicator kurang memiliki bukti pendukung yang valid, tetapi hal tersebut tidak berlaku pada model lima faktor kepribadian -yang biasanya disebut Model Lima Besar.Selama beberapa tahun terakhir, sejumlah besar penelitian mendukung bahwa lima dimensi dasar saling mendasari dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam kepribadian manusia. Faktor-faktor lima besar mencakup ekstraversi, mudah akur dan bersepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi, dan terbuka terhadap hal-hal baru.
d. Sifat kepribadian utama yang memengaruhi perilaku antara lain
• Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan] mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali.Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
• Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses.Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan
• Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya
• Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah. Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil.Karakteristik tipe A adalah:
• selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat;
• merasa tidak sabaran;
• berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan;
• tidak dapat menikmati waktu luang;
• terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh.
• Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.
e. Perkembangan kepribadian
Menurut Erikson, perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian, kesetiaan dan kebijaksanaan. Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu (psikologis) dan proses di luar diri
individu (sosial). Dengan demikian, perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi
aktif.
Remaja menurut Erikson, memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan.
Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila individu berhasil menjawabnya
akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka
akan menimbulkan kebingungan identitas di mana individu tidak berhasil menjawab siapa
dirinya yang sebenarnya. Apabila seorang individu tidak berhasil menemukan identitas
dirinya, maka ia akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama
dalam hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam
pernikahan.

f. Tahap perkembangan kepribadian
Tahap-tahap perkembangan kepribadian setiap individu tidak dapat disamakan satu dengan yang lainnya. Tetapi secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut.
a. Fase Pertama
Fase pertama dimulai sejak anak berusia satu sampai dua tahun, ketika anak mulai mengenal dirinya sendiri. Pada fase ini, kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu sebagai berikut.
1) Bagian yang pertama berisi unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut dengan attitudes yang kurang lebih bersifat permanen dan tidak mudah berubah di kemudian hari. Unsur-unsur itu adalah struktur dasar kepribadian (basic personality structure) dan capital personality . Kedua unsur ini merupakan sifat dasar dari manusia yang telah dimiliki sebagai warisan biologis dari orang tuanya.
2) Bagian kedua berisi unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang lebih fleksibel yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali di kemudian hari.
b. Fase Kedua
Fase ini merupakan fase yang sangat efektif dalam membentuk dan mengembangkan bakat-bakat yang ada pada diri seorang anak. Fase ini diawali dari usia dua sampai usia remaja. Fase ini merupakan fase perkembangan di mana rasa aku yang telah dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya, termasuk struktur tata nilai maupun struktur budayanya.
Fase ini berlangsung relatif panjang hingga anak menjelang masa kedewasaannya sampai kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe-tipe perilaku yang khas yang tampak dalam hal-hal berikut ini.
1) Dorongan-Dorongan (Drives)
Unsur ini merupakan pusat dari kehendak manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang selanjutnya akan membentuk motif-motif tertentu untuk mewujudkan suatu keinginan. Drivers ini dibedakan atas kehendak dan nafsu-nafsu. Kehendak merupakan dorongan-dorongan yang bersifat kultural, artinya sesuai dengan tingkat peradaban dan tingkat perekonomian seseorang. Sedangkan nafsu-nafsu merupakan kehendak yang terdorong oleh kebutuhan biologis, misalnya nafsu makan, birahi (seksual), amarah, dan yang lainnya.
2) Naluri (Instinct)
Naluri merupakan suatu dorongan yang bersifat kodrati yang melekat dengan hakikat makhluk hidup. Misalnya seorang ibu mempunyai naluri yang kuat untuk mempunyai anak, mengasuh, dan membesarkan hingga dewasa. Naluri ini dapat dilakukan pada setiap makhluk hidup tanpa harus belajar lebih dahulu seolah-olah telah menyatu dengan hakikat makhluk hidup.
3) Getaran Hati (Emosi)
Emosi atau getaran hati merupakan sesuatu yang abstrak yang menjadi sumber perasaan manusia. Emosi dapat menjadi pengukur segala sesuatu yang ada pada jiwa manusia, seperti senang, sedih, indah, serasi, dan yang lainnya.
4) Perangai
Perangai merupakan perwujudan dari perpaduan antara hati dan pikiran manusia yang tampak dari raut muka maupun gerak-gerik seseorang. Perangai ini merupakan salah satu unsur dari kepribadian yang mulai riil, dapat dilihat, dan diidentifikasi oleh orang lain.
5) Inteligensi (Intelligence Quetient-IQ)
Inteligensi adalah tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh seseorang. Sesuatu yang termasuk dalam intelegensi adalah IQ, memori-memori pengetahuan, serta pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama melakukan sosialisasi.
6) Bakat (Talent)
Bakat pada hakikatnya merupakan sesuatu yang abstrak yang diperoleh seseorang karena warisan biologis yang diturunkan oleh leluhurnya, seperti bakat seni, olahraga, berdagang, berpolitik, dan lainnya. Bakat merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam mengembangkan keterampilan-keterampilan yang ada pada seseorang. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda, walaupun berasal dari ayah dan ibu yang sama.
c. Fase Ketiga
Pada proses perkembangan kepribadian seseorang, fase ini merupakan fase terakhir yang ditandai dengan semakin stabilnya perilaku-perilaku yang khas dari orang tersebut.
Pada fase ketiga terjadi perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya perilaku-perilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Setelah kepribadian terbentuk secara permanen, maka dapat diklasifikasikan tiga tipe kepribadian, yaitu kepribadian normatif, kepribadian otoriter, dan kepribadian perbatasan.
1) Kepribadian Normatif ( Normative Man )
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang ideal, di mana seseorang mempunyai prinsip-prinsip yang kuat untuk menerapkan nilai-nilai sentral yang ada dalam dirinya sebagai hasil sosialisasi pada masa sebelumnya. Seseorang memiliki kepribadian normatif apabila terjadi proses sosialisasi antara perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata nilai yang ada di dalam masyarakat. Tipe ini ditandai dengan kemampuan menyesuaikan diri yang sangat tinggi dan dapat menampung banyak aspirasi dari orang lain.
2) Kepribadian Otoriter ( Otoriter Man )
Tipe ini terbentuk melalui proses sosialisasi individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Situasi ini sering terjadi pada anak tunggal, anak yang sejak kecil mendapat dukungan dan perlindungan yang lebih dari lingkungan orang-orang di sekitarnya, serta anak yang sejak kecil memimpin kelompoknya.
3) Kepribadian Perbatasan ( "text-align: justify;")
Kepribadian ini merupakan tipe kepribadian yang relatif labil di mana ciri khas dari prinsip-prinsip dan perilakunya seringkali mengalami perubahan-perubahan, sehingga seolah-olah seseorang itu mempunyai lebih dari satu corak kepribadian. Seseorang dikatakan memiliki kepribadian perbatasan apabila orang ini memiliki dualisme budaya, misalnya karena proses perkawinan atau karena situasi tertentu hingga mereka harus mengabdi pada dua struktur budaya masyarakat yang berbeda.
C. Pengaruh Bahasa terhadap Kepribadian
Penggunaan bahasa yang lembut dan santun akan membentuk kepribadian anak yang sopan dan hormat kepada yang tua. Penggunaan bahasa yang baik dan sesuai dengan anak akan menumbuhkan sikap-sikap terpuji dan melatih anak untuk dapat mengendalikan emosi dan kesabaran. Sebaliknya dengan bahasa yang kasar secara tidak langsung mengajarkan anak untuk bersikap emosional, temperamental, keras, dan merangsang tindakan-tindakan kekerasan.
Di beberapa daerah yang mempunyai bahasa dan logat keras berimplikasi pada penggunaan bahasa yang kasar dan meledak-ledak sangat berpotensi membentuk karakter-karakter keras dan temperamen pada generasi-generasi mudanya. Semisal Makassar, daerah yang terkenal keras dan kasar dalam penggunaan bahasa sehari-harinya berimbas pada munculnya kakarakter-karakter keras yang tidak kenal kompromi, hal ini seringkali kita lihat di media elektronik maupun media massa.
Sebaliknya jika kita amati daerah yogyakarta dengan adat dan kejawaannya yang kental, bahasa yang digunakan cenderung santun dan lembut. Dan implikasinya adalah kesantunan dan kelembutan seringkali ditonjolkan oleh masayarakat daerah tersebut. Sehingga membetuk karakter generasi muda yang sopan dan lembut.
Contoh lain kota Solo misalnya, bahasa yang mereka tunjukkan sangat lemah gemulai, santun dan bersahaja sehingga terbawa pada karakter mereka sehari-hari yang penuh kesantunan dan kesopanan. Demikian juga dengan bahasa yang lembut ini mempengaruhi karakter generasi muda mereka yang kalem dan penuh kesantunan.
Kedua perbedaan tersebut (antara logat keras dan lembut) tidak dapat digeneralisasi, hanya dianalisis secara umum dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Bahasa yang keras memang belum tentu membentuk karakter anak yang keras dan temperamen. Demikian juga bahasa yang lembut tidak sepenuhnya akan menjadikan karakter anak lembut dan santun.

1.Bahasa Keluarga dan Karakter Anak

Bahasa yang digunakan dalam keseharian anak banyak meniru dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk itu orang tua harus mampu berkomunikasi dengan bahasa yang proporsional didepan anak-anak mereka. Mereka harus menyadari apapun perkataan yang dilontarkan dari mulut mereka akan direkam oleh anak dan suatu saat akan dipergunakannya.
Komunikasi antar anggota keluarga terutama antara ibu dan ayah harus ditata sedemikian rupa. Mulai dari pemakaian bahasa yang tepat dan cenderung lembut, pengurangan tekanan tinggi dalam intonasi bahasa, dan kesopanan serta kesantunan dalam pengucapan. Demikian juga jika sedang terjadi konflik antar ibu dan ayah, hendaknya tidak dilakukan didepan anak, karena secara tidak sengaja orang tua akan menggunakan bahasa yang cenderung keras dan meledak-ledak.
Dengan mengimplementasikan tata cara berkomunikasi dan berbahasa seperti yang telah dijelaskan diatas, akan menimbulkan efek yang positif bagi anak-anak. Anak tertua akan mengajarkan kepada adik-adiknya tata cara berbahasa yang baik dan santun, karena mereka belajar dari kedua orangtuanya hingga seterusnya pada anak terkecil akan terbiasa berkomunikasi dengan santun dan sopan.
Dengan terbiasa berbahasa yang lembut dan santun akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter anak. Keluarga yang terbiasa berkomunikasi dengan santun umumnya memiliki karakter yang baik. Kedisiplinan orang tua dalam penyusunan kata-kata dan pemakaian kalimat yang teratur mempunyai peran yang signifikan dalam pembentukan karakter anak. Hal ini bisa buktikan dengan mengambil sampel masyarakat di sekitar atau tetangga kanan kiri.
Jika pada pagi hari terdengar teriakan seorang ibu yang membangunkan anaknya dengan kata-kata kasar atau seringkali memakai nama-nama hewan, maka dipastikan anak akan menyahut tidak jauh dari apa yang dikatakan sang ibu. Misalnya, ibu mengatakan “ayo bangun jangan molor terus seperti kerbau!”, maka anak kan menjawab “iya bu kerbau sebentar lagi, masih pagi ni”!. Contoh komunikasi seperti ini akan mempengaruhi karakter posistif anak yang selanjutnya akan cenderung negatif. Lain halnya dengan komunikasi yang dilakukan oleh keluarga berikut,”nak adzan subuh sudah terdengar, ayo berangkat ke masjid!” kata si ibu. “iya bu saya wudhu dulu sebentar”. Jawab sang anak. Kelembutan dan kesantunan komunikasi yang dilakukan oleh sang ibu melunakkan hati sang anak, sehingga karakter positif yang ada pada anak akan semakin baik dan kelak membentuk karakter yang sabar, ikhlas dan santun.
Para ahli seperti sapir dan worf mengatakan, bahwa tidak ada dua bahasa yang memiliki kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang sama.Sapir dan Worf menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan pikiran.
1. Hipotesis pertama adalah lingusitic realitivity hypotesis yang mengatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara parallel dengan perbedaaan kognitif non bahasa, perbedaan bahasa menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut.
2. Hipotesis yang kedua adalah linguistic determinism yang mengatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi cara individu mempresentasikan dan menalar dunia perceptual. Dengan kata lain, struktur kognisi manusia ditentukan oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa.

Dilihat betapa pentingnya bahasa untuk umat manusia dan begitu banyak ragam bahasa didunia ini, tentu saja bahasa dapat mempengaruhi kepribadian manusia terutama secara individu, karena bahasa yang digunakan manusia banayak sekali ragamnya. Di Negara kita saja ada sekitar 726, terdiri dari 719 bahasa lokal/daerah (masih aktif digunakan sampai sekarang), 2 bahasa sekunder tanpa penutur asli, dan 5 bahasa tanpa diketahui penuturnya. Hal ini tentu dapat mempengaruhi perilaku manusia sebagai pengguna bahasa.

3. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi bahasa dengan kepribadian seseorang, seperti :

1. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi manusia tentu sangat mempengaruhi perilaku manusia, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang biasa dibilang sangat sensitive. Bila seseorang salah mengartikan bahasa orang lain, maka orang tersebut bisa saja menjadi tersinggung atau malah sebaliknya orang tersebut dapat menyinggung bahasa yang salah tersebut sehingga dapat mempengaruhi perilaku manusia baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
2. Begitu banyak ragam bahasa yang dimiliki negara kita ini, karena hal inilah bahasa dapat mempengaruhi pribadi seseorang, biasanya pada saat seseorang dengan suku tertentu berbicara dengan bahasa sukunya, sementara lawan bicaranya tidak mengerti dengan bahasa tersebut, hal itu bisa saja membuat orang tersebut menjadi kesal. Untuk hal yang lebih sederhana seperti pada saat sesorang menggunakan bahasa yang halus maka biasanya orang tersebut memliki kepribadian yang lebih halus dalam artian kehalusannya terlihat dari tutur bahasanya yang halus dan mudah disukai dan diterima oleh masyarakat yang akhirnya membuat orang tersebut lebih percaya diri akan tutur bahasanya yang lembut.
3. Dalam bahasa pasti ada syarat atau aturan tertentu yg sudah ditentukan sebelumnya seperti dalam bahasa indonesia terdapat SPOK (Subjek,Predikat, Objek dan keterangan), selain itu juga aturan yang juga sudah ditetapkan oleh para ahli bahasa indonesia yaitu EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) serta tanda baca.
Adapun hubungan ketiga hal tersebut dengan kepribadian yakni, secara langsung bila seseorang bertutur kata tanpa aturan maka orang lain akan sulit menerima maksud dari perkataan orang tersebut, seperti contoh ketika seseorang berbicara tanpa tanda baca atau ejaan yang benar, maka orang tersebut akan sulit diterima masyarakat, karena tutur bahasanya yang tidak jelas. Hal ini tentu memberi dampak negatif terhadap kepribadian orang tersebut menjadi lebih minder dan cenderung menghindari orang lain.
Secara umum bahasa memang suatu hal yang sangat membantu manusia dalam berinteraksi antar sesama, karena dengan bahasa kita dapat mengerti apa yang kita maupun yang orang lain inginkan, tetapi bila kita tidak dapat mengatur atau menggunakan, bahasa yang baik dan benar, justru itu malah akan merugikan diri kita sendiri dan orang lain karena dapat menyinggung perasaan orang lain.
Secara umum bahasa memang suatu hal yang sangat membantu manusia dalam berinteraksi antar sesama, karena dengan bahasa kita dapat mengerti apa yang kita maupun yang orang lain inginkan, tetapi bila kita tidak dapat mengatur atau menggunakan, bahasa yang baik dan benar, justru itu malah akan merugikan diri kita sendiri dan orang lain karena dapat menyinggung perasaan orang lain









BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Karakter merupakan suatu hal yang bisa digunakan sebagai ciri untuk mengenali seseorang. Karakter mengisyaratkan suatu norma tingkah laku tertentu, dimana seorang individu akan dinilai perbuatannya. Dengan kata lain, karakter merupakan kepribadian yang dievaluasi secara normatif. Sebagai contoh, karakter pemurah hati, penolong; atau bisa pula sebaliknya, karakter pencuri, pembohong, koruptor, dan lain-lain (Seto Mulyadi).
Sedangkan metode pembentukan karakter anak bisa muncul dalam bentuk apa saja, baik melalui bahasa, hiburan, pikiran, sulap, film, kejahatan, dan sebagainya. Memang ada metode pembentukan karakter formal yang umumnya ditemui di sekolah-sekolah dalam bentuk pembelajaran agama atau PPKN. tetapi hal itu memiliki pengaruh yang kurang signifikan terhadap anak, karena porsinya yang sedikit dan kurang memenuhi sasaran, juga oleh anak dianggap sebagai pelajaran atau wacana pengetahuan saja.
Kemudian metode apa yang sangat berperan dalam membentuk karakter positif anak. Salah satunya adalah bahasa, penggunaan bahasa yang tepat, santun, lembut dan sopan, disengaja ataupun tidak, akan mempengaruhi mental dan watak si anak. Begitu juga sebaliknya.
Bahasa sendiri merupakan sesuatu yang selalu digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain yang berwujud suatu kode atau sistem simbol dan urutan kata-kata yang diterima secara konvensional untuk menyampaikan konsep-konsep atau ide-ide dalam berkomunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi juga memiliki karakteristik; bahasa mempunyai kata-kata (words), urutan kata-kata dalam bahasa tersebut merupakan karakteristik yang dikehendaki, bahasa adalah suatu alat yang produktif dan kreatif, bahasa menyampaikan informasi tentang suatu tempat dan waktu yang lain, dan bahasa juga memiliki grammar (tata bahasa).
Dengan pemakaian bahasa yang kreatif, sistematis, proporsional, sesuai situasi dan kondisi, terutama pada kondisi ketika berhadapan dengan anak akan berimplikasi terhadap pembentukan karakter anak. Hal ini dapat terjadi, baik disengaja maupun tidak. Anak merupakan media imitasi dari orangtua dan lingkungan, jika orangtua terbiasa menggunakan bahasa yang santun dan ditunjang dengan lingkungan yang senantiasa berkomukasi dengan bahasa sopan, maka anak akan meniru apa yang dilakukan. Hal tersebut tentunya berimplikasi pada karakter anak. Keluarga dan lingkungan baik, karakter yang muncul pada anak tentu adalah karakter positif, sebaliknya jika keluarga dan lingkungan kurang baik, akan terbentuk karakter anak yang negatif.
Yang perlu digarisbawahi adalah peranan bahasa pada pembentukan karakter anak adalah sesuatu yang nyata dan terjadi di masyarakat Indonesia. Dan tidak bisa dipungkiri baik secara langsung ataupun tidak langsung bahasa akan mempengaruhi karakter anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Jika bahasa yang digunakan penuh dengan muatan positif, maka akan memacu timbulnya karakter-karakter positif anak bangsa. Bahasa dengan muatan negatif akan menghancurkan perjalanan watak dan karakter anak. Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya, bahasa sebagai identitas bangsa harus digunakan sesuai dengan cita-cita luhur bangsa Indonesia yakni mencerdaskan generasi penerus. Dengan penggunaan bahasa yang mencerminkan karakter bangsa yang sesuai dengan adat ketimuran Indonesia, berarti ikut berpartisipasi dalam membentuk generasi penerus yang berakhlaq mulia, berbudi pekerti yang luhur, dan beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Metode Pendidikan Islam

Dalm proses pendidikan Islam, matode mempunyai kedudukan yang sangat signifikan untuk mencapai tujuan. Bahkan metode sebagai seni dalam mentransfer ilmu pengetahuan/materi pelajaran kepada peserta didik. Materi yang kurang baik namun disampaikan dengan cara menarik dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik. Sebaliknya, materi yang cukup baik disampaikan dengan cara yang kurang menarik mka materi itu sendiri kurang dapat dicerna oleh peserta didik. Oleh karena itu penerapan metode yang tepat sangat mempengaruhi pencapaian keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Penggunaan metode dalam satu mata pelajaran bisa lebih dari mata pelajaran (bervariasi). Metode yang variatif dapat membamgkitkan motivasi belajar anak didik. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus mempertimbangkan aspek evektifitasnya dan relevansinya denagan materi yang disampaikan.
Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses pembalajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi suatu keberhasilan suatu pendidikan. Sehingga matode pandidikan islam yang dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan. Secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan.


A. PENGERTIAN METODE PENDIDIKAN ISLAM
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdidri dari dua suku kata yaitu: “metha” yang berarti melelui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut “Thariqat”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “matode” adalah: “Cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud”. Jadi dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.
Menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya :
1. Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
2. Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur
3. Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
4. Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
1. Adanya tujuan yang hendak dicapai
2. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
3. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
4. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan islam yaitu cara yang dapat ditempuh dalam memudahkan pencapaian tujuan pendidikan islam.

B. DASAR-DASAR METODE PENDIDIKAN ISLAM
Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.

1. Dasar Agamis. Maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan Hadits.
2. Dasar Biologis. Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani.
4. Dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.

Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.


C. MACAM-MACAM METODE PENDIDIKAN ISLAM
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits. Diantara metode- metode tersebut adalah:
a. Metode pembiasaan
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “biasa” adalah “ 1). Lazim atau umum; 2). Seperti sedia kala; 3). Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.”. dengan adnya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan art proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu/ seseorang menjadi terbiasa.
Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan islam, dapat dikatakan bahwa pembisaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didk berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama islam.

b. Metode keteladanan
Keteladanan dalah hal-hal yang dapay ditiru ata dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik.
Metode keteladanan tentunya didasarka pada Al-Qur’an dan Hadist. Dalam Al-Qur’an “keteladanan diistilahkan dengan kata uswah.
Allah berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 21:


Artinya:
“Dan sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan (bertemu dengan) Allah dan hari kemudian dan yang mengingat Allah sebanyak-banyaknya”. (Q.S al_Ahzab:21)

Ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah mengutus nabi Muhammad Saw. ke permukaan bumi ini adalah sebagai contoh atau suri teladan yang baik bagi umatnya.
Metode keteladanan sebagai suatu mmetode digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan ddengan memberi contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka dapat berkembang dan memiliki akhlak yang baik dan benar.

c. Metode pemberian ganjaran dan hukuman
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, bahwa “ganjaran” adalah “1. Hadiah (sebagai pembalas jasa); 2. Hukuman; Balasan. Dari defenisi ini dapat dipahami bahwa “ganjaran” dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun balasan yang buruk. Sedangkan “hukuman” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: “1. Siksa dan sebagainya yang dikenakan kepada orang-orang yang melanggar undang-unang dsb; 2. Keputusan yang dijatuhkan oleh hakim; 3. Hasil atau akibat menghukum.”
Sementara itu dalam bahasa Arab, dalam bahasa Arab “ganjaran” diistilahkan dengan “tsawab” yang berarti “pahala, upah dan balasan”. Sedangkan “hukuman” dalam bahasa Arab diistilahkan dengan “iqab” yang berarti balasan.
Jadi, metode pemberian ganjaran dan hukuman yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 148:


Artinya”
“Maka Allah Swt. berikan ganjaran kepada mereka di dunia dan di akhirat dengan ganjaran yang baik, dan Allah swt. cinta kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S.Ali Imran:148)
Rasulullah Saw. bersabda:




Artinya:
“Suruhlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah bila ia membangkang (meninggalkan shalat) jika mereka telah berusia 10 tahun serta pisahkan tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud).

d. Metode ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah ialah cara penyampaian sebuah materipelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau halayak ramai atau menerangkan materi pelajaran kepada anak didik dengan penuturan kata-kata atau lisan.

e. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab ialah penyampaian peljaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Atau suatu metode di dalm pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab, begitupun sebaliknya.
Allah berfirman dalam surah An-Nahl ayat 43

Artinya:
“...bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui”. (Q.S. An-Nahl: 43)

f. Metode diskusi
Metode diskusi adalah salah satu alternatif metode/ cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa.

g. Metode pemberian tugas
Adapun pengertian dari metode pemberian tugas adalah cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan sejumlah tugas kepada murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk mempertanggug jawabkannya

h. Metode eksperimen
Ramayulis, dalam bukunya “Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam” mendefenisikan, bahwa metode eksperimen adalah suatu metode mengajar yang melibatkan murid untuk melakukan percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu. Berbeda dengan Departemen Agama, memberikan defenisi bahwa metode eksperimen adalah praktek pengajaran yang melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan masalah atau topik seperti shalat, puasa, haji, dan lain-lain.

i. Metode demonstrasi
Yang dimaksud dengan metode demontstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses tertentu kepada siswa.

j. Metode kerja kelompok
Metode kerja kelompok adalah suatu cara menyajikan materi pelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong royong.



DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat pers, 2002.
http///E:/IPI/Metode%20Pendidikan%20Islam%20%C2%AB%20Farhansyaddad%20weblog.htm

Motivasi Belajar

Secara psikologis ada beberapa hal yang menjadi landasan seseorang meraih kesuseannya dalam belajar. Khususnya para pelajar di STAIN Parepare, dorongan dari dalam hati adalah salah satu hal yang paling sering miliki dalam mencapai tujuan yang mereka inginkan. Diakui ada berbagai jenis manusia yang berkarateristik berbeda oleh sebab itupula motivasi yang dimilki setiap orang pun berbeda satu sama lain.
Ada berbagai persoalan yang harus dipecahkan , kenapa dalam satu waktu ada orang yang bekerja sebagai petani, dan ibu-ibu rumah tangga yang santai, ada pemuda yang terbuai dengan lamunan. Mengapa mereka rela melakukan perbuatan-perbuatan itu? Apa yang mempengaruhi jiwa mereka sehingga terlahir perilaku yang berbeda-beda? Dari sudut pandang psikologis, pertanyaan-pertanyaan diatas sangatlah erat kaitannya dengan istilah motivasi.
Melihat pentingnya motivasi dalam keberhasilan belajar, kami tertarik untuk menyusun sebuah makalah dengan judul “Motivasi Belajar”.


1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald, yang dikutip Oemar Hamalik (2003:158) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dengan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.
Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756).
Beberapa pakar psikologi ada yang membedakan istilah motif dan motivasi, sebagaimana Henry E. Garret dalam general psychology menjelaskan bahwa motive is a need, aspiration, or purpose. Motive initiate behavior. Motivation is a term which refered “set” or drive within organism wich impel to action.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak, pendorong tingkah laku dan pemberi rangsang baik dari dalam diri maupun dari luar yang memunculkan motif yang mengacu pada tingkah laku dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.
Pengertian belajar menurut Morgan, mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (Wisnubrata, 1983:3).Sedangkan menurut Moh. Surya (1981:32), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.
Dari uraian yang tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak, pemberi rangsang dan penggerak tingkah laku baik dari dalam diri maupun dari luar siswa dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai dengan baik.
2. Teori-Teori Motivasi
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian yang menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa. Beriktu beberapa teori dari ahli:
Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.





• Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
• Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
• Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
• Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
• Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Teori Motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
Teori Motivasi Douglas McGregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
 Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
 Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
 Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
 Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.
Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
 karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
 Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
 Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
 Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

Teori Motivasi Vroom (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
• Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
• Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
• Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

Achievement Theory (Teori achievement) Mc Clelland (1961),
Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
• Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
• Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
• Need for Power (dorongan untuk mengatur).

Clayton Alderfer ERG
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.

3. Macam-Macam Motivasi
Menurut Sardiman (2001), macam-macam motivasi yaitu :
a). Motivasi Ekstrinsik dan intrinsik
Macam – macam motivasi menurut Abdul Rahman Saleh, ada beberapa psikolog yang mengatakan motivasi terbagi kedalam dua, yakni:
• Motivasi Intrinsik
Menurut Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.Sejalan dengan pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang. Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.
• Motivasi Ekstrinsik
Menurut A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al (2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh dari luar.
b). Motivasi Jasmaniah dan rohaniah
Motivasi jasmaniah seperti refleks, instink otomatis, nafsu.Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah seperti momen timbulnya alasan, momen pilih, momen putusan, dan momen terbentuknya kemauan.
c). Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
• Motif atau kebutuhan organis meliputi kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.
• Motif-motif darurat meliputi dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, dan untuk memburu
• Motif-motif objektif menyangkutkebutuhan untuk melakkan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.
d). Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
• Motif-motif bawaan. Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir. Sebagai contoh dorongan untuk bekerja, dorongan untuk makan dan minum, dorongan untuk bekerja, dorongan seksual.
• Motif-motif yang dipelajari.Motif ini timbul karena dipelajari. Sebagai contoh, dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.




4. Motivasi Belajar Dalam Perspektif Islam
Islam menganggap bahwa agama tidak akan mendapat tempat yang baik apabila orang-orang Islam tidak mempunyai pengetahuan yang matang dan fikiran yang sehat. Oleh karena itu pengetahuan bagi Islam bagaikan ruh (nyawa) bagi manusia.
Dalam belajar (menuntut ilmu), Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana sabdanya, yang berarti:
“Dari Anas ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim ” (HR. Baihaqi)
Menuntut ilmu itu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan yang beriman kepada Allah, dan orang Islam yang menuntut ilmu berarti ia telah mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, karena Allah memerintahkan kepada setiap mukmin untuk menuntut ilmu. Tanpa ada pembedaan, agama Islam menganjurkan setiap lelaki dan perempuan belajar serta menggunakan ilmu yang dimilikinya, juga untuk mengembangkan dan menyebarkan ilmunya. Islam tidak saja membatasi pada anjuran supaya belajar, bahkan menghendaki supaya seseorang ituterus menerus melakukan pembahasan, research dan studi. Nabi bersabda:
“Seseorang itu dapat dianggap seorang yang alim dan berilmu, selama ia masih terus belajar, apabila ia menyangka bahwa ia sudah serba tahu, maka ia sesungguhnya seorang jahil”.
Kalau diperhatikan dengan seksama, dalam al-Hadits akan dijumpai berbagai ungkapan yang menunjukkan dorongan kepada setiap orang muslim dan mukmin untuk selalu rajin belajar. Beberapa ungkapan yang dapat menjadi motivasi belajar, antara lain:
• Perbandingan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Perbedaan antara keduanya, di antaranya sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadits:
“Dari Abu Umamah ra: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Kelebihan orang yang berilmu dari orang yang beribadah (tanpa ilmu) itu seperti seperti kelebihan saya dari orang yang paling rendah dari para shahabatku”. (HR. At-Tarmidzi, hadits Hasan). Maksudnya bahwa tidak sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.
• Mendorong orang menuntut ilmu dengan janji pemberian beberapa derajat bagi orang-orang yang berilmu dan beriman. Di antara derajat yang diperoleh orang yang berilmu itu ialah mereka termasuk pewaris para Nabi. Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Darda’, katanya Rasulullah saw bersabda:
“Ulama itu pewaris para Nabi”. (HR. Abu Dawud, at-Tarmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
• Orang yang beriman dan berilmu itu termasuk orang terdekat kepada derajat para Nabi.
Dasarnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: Rasulullah saw bersabda:
“Manusia yang paling dekat kepada derajat kenabian itu ialah orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang berjihad. Adapun orang-orang yang berilmu, maka mereka itu memberi petunjuk kepada manusia berdasarkan apa yang dibawa oleh para Rasul. Sedangkan orang-orang yang berjihad itu berjuang dengan pedang-pedang mereka untuk membela apa yang dibawa oleh para Rasul itu”.
Status sosial yang sangat terhormat bagi orang-orang yang berilmu itu menjadi motivasi yang kuat bagi orang-orang yang beriman untuk terus menuntut ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat kelak.
• Menuntut ilmu itu mengandung nilai jihad yang tinggi.
Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Mu’adz yang bersambung sanadnya hingga Rasulullah saw, beliau bersabda:
“Pelajarilah ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah takut kepada Allah.Menuntutnya adalah ibadah; mengulang-ulangnya adalah tasbih; pembahasannya adalah jihad; mengajarkannya kepada orang yang tidak tahu menjadi sedeqah; memberikannya kepada ahlinya adalah pendekatan diri kepada Allah. Ilmu itu teman sewaktu sendirian, dan sahabat sewaktu kesepian, …”. (HR. Ibnu Hibban & Mu’adz)
• Ilmu yang bermanfaat itu termasuk salah satu (dari tiga) amalan yang terus berguna hingga mati.
Dasarnya hadits berikut ini:
“Dari Abu Hurairah ra, katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Apabila manusia sudah mati, maka putuslah pahala amalnya selain dari tiga yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak yang shaleh yang mendo’akan”. (HR. Muslim)
Selain beberapa point motivasi belajar yang telah dipaparkan tersebut, perlu ditekankan kembali bahwa di antara ajaran Islam yang mengajak masyarakat untuk melahirkan berbagai pemikiran dan karya ilmiah ialah memasyarakatkan pendidikan dan memberantas kebodohan.
Kemudian di antara ajaran terpenting untuk mewujudkan suasana ilmiah ialah belajar bahasa asing jika dipandang perlu –khususnya bila pemilik bahasa itu mempunyai ilmu yang harus dipelajari, atau memiliki hikmah yang bisa dipetik manfaatnya– sehingga tidak ada jalan lain untuk memanfaatkan kelebihan mereka tanpa memahami bahasa mereka. Islam tidak hanya tidak melarang umatnya mempelajari bahasa asing, bahkan menganjurkan mempelajari berbagai bahasa, karena bahasa merupakan sarana terpenting untuk menyebarkan dakwah ke seluruh dunia.
Demikian beberapa hal mengenai motivasi belajar yang dapat dirangkum berdasarkan penafsiran yang dapat dipahami secara umum dan dianggap bisa mewakili perspektif Islam tentang motivasi dalam menuntut ilmu.
5. Pengukuran Motivasi
Pengukuran motivasi disini maksudnya adalah yang berhubungan dengan efektifitas motivasi dalam mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Motivasi menjadi efektif dan tepat sasaran ketika dilakukan sesuai dengan teori dan ditarafkan pada objek yang tepat. Anak didik memiliki motivasi yang kuat dan jelas, pasi akan tekun dan berhasil dalam belajarnya. Kepastian itu imungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi berikut:
• Penolong untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
• Penentu arah perbuatan yakni kearah yang akan di capai.
• Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan manusia senantias selektif dan tetap terarah kepadatujuan yang ingin dicapai.
Dengan demikian, jika didapati manusia yang dalam sikap dan tingkah lakunya tidak terarah dan tanpa tujuan, dapat dipastikan orang tersebut tidak memiliki motivasi.
















Daftar Pustaka

• Al-gazali, Muhammad. 1993. Akhlak Seorang Muslim. (terjemahan: Moh. Rifa’i). Semarang: Wicaksana.
• http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/
• http://:images.sitizubaidah53.multiply.multiplycontent.com/
• http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/05/27/macam-macam-motivasi/
• http://supiani.staff.gunadarma.ac.id/
• Rahman, Saleh Abdul. 2004. Psikologi “Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam”. Jakarta: Prenada Media Group.

The differences between Buginese and Javanese.

Every culture has difference procedures of marriage. There are so many requirements and ritual that is really different from one culture with another. It is also happen between Buginese and Javanese. Contradicting both of these culture will find a great number of differences.

The first difference between marriage procedures in Buginese and Javanese is about the dowry and requirements. In generally, the bride parents in Buginese require high dowry or precious jewellery for the groom. Aiming of this culture is for showing the social status of two families who will unify in marriage. Thus, most of the groom applicant often has trouble with dui' menre' (dowry). In different case, procedure of marriage in Javanese doesn't require high dowry or precious jewellery. However, most of Javanese parents has high requirements for their son or daughter-in-law, they are bibit, bebet, and bobot that require the groom candidate have good behaviour, he or she is from good family and social status and also they have more knowledge about religion.

Moreover, contradicting between marriage procedure in Buginese and Javanese will deal in how difficult the procedures. Believe or not, marriage procedures in Javanese is one of the complex procedures in Indonesia. There are great number of rituals in Javanese that become important thing in marriage ceremony, they are started from babat, pinangan, siraman, ngerik, midodareni, peningretan, nyantri, ijab qabul, panggih ritual that consist of several rituals, balangan suruh, wijidadi, tampa kaya, dhahar kembul, mertui and it's closed by sungkeman. The complex procedures in Javanese is a little bit difference with marriage procedures in Buginese. The marriage procedures in Buginese is easier and more simple than the other marriage procedures in Indonesia. Indeed, in the ancient of Bugis, there are large number of procedures that become requirement in a marriage. However, as time does sail those several ritual are reduced for efficiency the time. Therefore, the marriage procedures in Buginese right now are only consist of mammanu-manu', madduta, mappettu' ada, mappacci, mappendre', ijab qabul and the reception.

In addition, both of these cultures have different in the process of 'ijab qabul. The process of 'ijab qabul in Javanese forbide the bride to following this process. She should say in the bedroom and wait until the process end. While the process of 'ijab qabul in Buginese require the bride and groom to sit together in a place 'till the process end. Therefore, different process of 'ijab qabul is one of the difference between Buginese and Javanese.

In brief, both of Javanese and Buginese have several differences in marriage procedures. However, we should notice that the meaning of marriage in every culture and every world is for unifying both of two families. Therefore, the several differences between Javanese and Buginesd aren't obstacle case for both of these cultures but it's a mark that Indonesian culture is very various and rich.

English Bugis


Tulisan ini bukanlah tulisan ilmiah atau memenuhi syarat penulisan karya ilmiah yang baik, tetapi saya hanya mencoba memaparkan sebuah realitas atau paling tidak suatu gambaran mengenai suatu keadaan lingkungan sekitar pembelajar bahasa.

Language Interference, gejala kekacauan dan pencampur adukkan antara bahasa satu dengan bahasa yang lain, umumnya terjadi pada seorang bilingual sub-ordinat dimana seorang yang mengetahui dwi-bahasa menggunakan dua sistem atau lebih secara terpisah dan biasanya masih terdapat proses penerjemahan. Menurut Weinreich, apabila dua atau lebih bahasa bertemu karena digunakan oleh penutur dari komunitas bahasa yang sama, maka akan terjadi bahwa komponen-komponen tertentu dapat tertransfer dari bahasa yang satu, yakni bahasa sumber ke bahasa sasaran akibatnya terjadi pungutan bahasa. Proses terjadinya interfensi sejalan dengan proses terjadinya difusi kebudayaan yang meliputi tingkat phonology, tata bahasa maupun leksikon. Paul Ohoiwutun membedakan 3 dimensi kejadian yakni: pertama, dimensi tingkah laku berbahasa dari individu-individu di tengah masyarakat; kedua, dimensi sistem bahasa dari kedua bahasa atau lebih yang berbaur; dan yang ketiga, dimensi pembelajaran bahasa yang umumnya menjadi suatu fenomena bagi para pembelajar bahasa yang mempelajari bahasa asing.

Umumnya para pelajar ini mencampurkan kata-kata yang sulit/belum mereka ketahui dengan kata-kata umum dalam bahasa sasaran, misalnya saja para pelajar bahasa Inggris, seringkali menyebutkan beberapa kalimat berbahasa Inggris kemudian dilanjutkan atau diselingi dengan bahasa Indonesia: "I want to buy some GANTUNGAN HIAS in the market", "i SEMPAT met him yesterday", "You have to bring the TANDU", dan lain sebagainya.

Fenomena yang lebih kompleks, terjadi pada masyarakat kedaerahaan, pencampurannya pun jauh lebih ruwet dari pencampuran dua bahasa saja. Nah, Hal inilah yang membuat saya begitu tertarik untuk mengamati teman-teman seperjuangannya saya di Mahad Jamiah Bahasa Inggris STAIN Parepare (I Love U all). Kekhasan logat, aksen bahkan dalam konsep bahasa Bugis tidak pernah dilepaskan meskipun tengah menggunakan bahasa Inggris. Bahasa Bugis memang kaya akan berbagai imbuhan yang dipakai dalam percakapan misalnya saja: -mi, je', -mo, -ta, -ko, -ki, -ka ,-ji atau mispronunciation antara kata n, ng, dan m juga antara kata p, d, t dan k. Penggunaan berbagai imbuhan dan error pronunciation ini bagi masyarakat Bugis telah bercampur aduk dengan bahasa Indonesia baku yang kemudian pada akhirnya melahirkan bahasa Indonesia versi Bugis. Beberapa contoh kalimat berikut ini mungkin dapat menggambarkannya: "dimanaKI?", "JanganMI repot-repot!", "ItuMO saja!", "kalau bisa datangKI sekarang", "Jangan(g)", "A(m)kat MI cucianTA!" dan masih banyak kalimat-kalimat lainnya yang sangat berpotensi ditambahkan imbuhan.

Penggunaan bahasa Indonesia versi Bugis telah dipakai secara meluas diberbagai daerah yang notabenenya berbahasa Bugis seperti di Parepare, Bone, Sengkang, Sidendreng Rappang, Pinrang dan berbagai daerah lainnya yang mayoritas pemakainya adalah remaja dan anak-anak. Pengaruhnya pun mau tidak mau, sering terjadi di dalam pergaulan, penulisan (misalnya SMS), bahkan sering juga didapatkan dalam Proses Belajar Mengajar. Kebiasaan menggunakan bahasa Indonesia seperti ini membuat sebahagian para mahasiswa-mahasiswi pelajar bahasa Inggris di Mahad Jamiah (dan juga saya pastinya, wkwkwk...!) kesulitan untuk beradaptasi dengan logat, aksen dan dialek dalam bahasa Inggris, hingga muncullah beberapa kata yang mungkin para pelajar bahasa Inggris lain di seluruh dunia maupun di Indonesia yang non-Bugis menganggapnya agak unik dan lucu diantaranya: "why KO JE'?", "one MO sister (baca: wanG mo siste:r), "honeymoon (baca: hanimuM)", "gymnastic (baca: jimnastiP), "Don't do That! (baca: DonK du dat!). Bahkan salah seorang teman saya dalam buku vocabulary-nya menulis kata berikut ini: jolly alon (seharusnya: jolly along), complaing about (seharusnya: complaint about), don't fuct with me (seharusnya: don't fuck with me), dll.

Demikianlah sedikit ulasan subjektif saya mengenai salah satu problem para pembelajar bahasa Inggris di Mahad Jamiah Parepare, tentunya ini bukanlah suatu bentuk cemohan ataupun penghinaan terlebih dari itu saya sangat mengapresiasi teman-teman yang begitu mencintai budaya dan adat kita sebagai bangsa Indonesia. Jika ada yang kurang setuju ataupun kurang nyaman dengan tulisan saya ini "harap maafkanKA DI'...!"