“ SEJAK AKU MENGENALMU ”
Matahari masih malu-malu menampakkan dirinya seolah membuatku berkhayal. Dinginnya udara pagi melambangkan suasana dinginnya hatiku membayangkan kisah-kisah dulu yang teramat indah membuatku senyum. Kemudian senyum itu perlahan berubah menjadi tetesan air bening yang melewati pipiku ketika membayangkan wajah-wajah temanku yang mengalami kegagalan di penghujung masa SMA. Masa itu yang dikatakan oleh orang-orang adalah masa yang paling indah. Itu memang benar. Begitu banyak kenangan yang aku dapat dari bangku SMA. Canda tawa,suka duka, kenakalan (yang masih di batas kewajaran) malas, kocak, dan prestasi yang kuraih, sampai pada kenangan saat aku mengagumi seseorang.dan sekali lagi itu semua memang indah dan menjadi kenangan yang manis bagiku. Tapi,ada beberapa hal yang membuatku sangat menyesal pada waktu itu yakni ketika menyaksikan tangisan teman-temanku yang mengalami kegagalan dalam UAN. Hal itu sangat menyakitkan bagiku. Namun nasi telah menjadi bubur, semuanya telah terjadi dan tak ada yang mampu merubahnya. Kecuali hari yang kemarin masih bisa kembali lagi. Namun itu sekali lagi tidak mungkin, mustahil. Yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana melangkahkan kaki untuk masa depan. ”Oh, my friends, I missing to you all. Oh, my bestfriends….”,sepatah lagu yang sering kami nyanyikan di dalam kelas, kami anak-anak kelas Bahasa.
“Hei…bengong aja!” Winni datang mengagetkan aku entah dari mana.
“Astagfirullah, kamu membuatku kaget, “jawabku yang masih duduk di kirsi teras rumah dan masih memegangi dada karena masih kaget.
“Eh, btw, kamu mau lanjut di mana?”dWinni duduk di kursi sampingku.
“Insya Allah aku mau lanjut di STAIN Parepare. Kebetulan saya punya keluarga alumni di sana dan sekarang dia sudah mengajar, jawabku.
“Terus-terus apa kelebihan yang ada di STAIN Parepare tersebut?”Winni bertanya dengan penuh semangat. Tampaknya dia tertarik.
“STAIN itu salah satu Sekolah Tinggi Negeri di bawah naaungan pemerintah, terus biayanya juga erjangkau terutama bagi kita yang memiliki ekonomi menengah. Bagaimana?”jawabku meyakinkan.
“Iya deh! Kita coba-coba ambil formulir di sana,”jjawabnnnya yakin. Formulir pendaftaran itupun kami dapatkan dari keluargaku yang alumni STAIN. Jadi, Kami tidak perlu lagi ke Parepare untuk mengambil formulir tersebut.
Beberapa hari kemudian, setelah mengisi formulir dan melengkapi semua syarat-syarat pendaftaran, dengan semangat kami start dari Sidrap menuju Parepare. Matahari memancarkan cahaya dan kehangatannya dengan cukup menyengat kulit. Namun itu tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap melangkahkan kaki menuju pintu gerbang Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.
“Oh, jadi inilah STAIN Parepare yang disebut sebagai Kampus Hijau?”tanyaku dalam hati. Kampus STAIN mmmemeng mendapat julukan sebagai kampus hijau. Mengapa? Aku juga kurang tahu. Mungkin karena kampus ini terletak di pegunungan yang hijau. Di belakang kampus,gunung-gunung berbaris adalah pemandangan yang utama. Lalu di depan kampus nun tidak terlalu jauh di sana tampak lautan biru dihiasi pulau-pulau.
“Subhanallah! Benar-benar kampus yang dikelelengi oleh keindahan alam!”kataku dalam hati kagi. Kami terus berjalan sambil melihat-lihat sekitar kampus dari luar dan akhirnya kami sampai di pintu gerbang utama. Sebelum masuk kami melapor kepada satpam kampus. Mereka pun dengan ramah menyambut kami. Satpam itu mengantar kami menuju ruang akademik. Pegawai yang ada di ruangan itu menyambut kami dengan baik sambil sesekali memberikan pertanyaan kepada kami tentang asal sekolah, alamat, alas an memilih STAIN,dll. Kami pun menjawabnya dengan tenang dan dihiasi dengan senyum karena kami merasa dihargai. Setelah selesai mengurus pengembalian formulir, kami diberi tahu panitia penerrima mahasiswa baru untuk kembali pada tanggal yang telah ditentukan untuk mengikuti tes wawancara saja. Sampai akhirnya pengumuman kelulusan dan Alhamdulillah namaku di sana Lulus. Maka langkah selanjutnya adalah membayar SPP. Aku dan temanku memperoleh info bahwa pembayarannya dilakukan di Bank BMNI cabang Parepare,kemudian menemui salah satu staf akademik.
“Duh, bagaimana ini Pak? Kami tidak melihat BNI di sini karena kami orang baru. Bagaimana kalau dibayar cash saja di sini Pak?” tanyaku memohon.
“Dik, ini merupakan prosedur jadi tidak bisa diubah, di sampinh itu juga dapat menjamin keamanan. Adik-adik mengerti kan?” menjelaskan dengan sabar.
“Iya Pak, kami mengerti.” Jawab kami berdua.
Setelah itu kami berangkat naik mobil angkot menuju Bank BNI cabang Parepare. Meskipun khawatir, takut kesasar, tapi akhirnya kami bisa menyelesaikan urusan tersebut kemudian pulang kampung.
Tidak terasa bulan Ramadhan telah tiba, bulan di mana umat muslim berlomba-lomba untuk melekukan amalan-amalan kebaikan dan memohon ampunan kepada Sang Khalik. Awal Ramadhan aku masih bersama keluarga melaksanakan aktifitas di bulan Ramadhan. Tetapi ketika dua minggu sebelum Hari Raya Idul Fitri, aku harus berada di STAIN Parepare untuk mengikuti beberapa kegiatan di antaranya materikulasi yang dibawakan oleh dosen-dosen STAIN, pengisian KRS sebagai bukti bahwa nama kita sudah masuk di akademik. Selain itu kami juga harus mengikuti sosialisasi OSPEK. Dan seterusnya sampai mengikuti kegiatan OSPEK yang ekstra melelahkan selama enam hari dari subuh, pagi, siang, sampai malam. Ditambah lagi dengan penampilan norak nan gila untuk memuaskan hati para panitia. Meskipun OSPEK ini dengan logo tanpa kekerasan,tapi sempat terjadi kekerasan fisik yang dialami oleh sebagian peserta OSPEK. Pada hari ke enam adlah acara penutupan OSPEK.
Hari Senin kami masuk kuliah, meskipun aktifitas kuliah belum benar-benar lancer. Hal itu disebabkan oleh banyak dosen yang mudik dan absen dari akademik belum selesai disusun.
Hari pertama kuliah saya penasaran tentang bagaimana suasananya. Pada saat dosen masuk, kami kelas A-2 sudah siap belajar di tempat masing-masing. Setelah jam kuliah pertama selesai dosen member tugas membuat makalah dan minggu depannya harus selesai dan dipresentasekan. Pada hari berikutnya pun banyak tugas dari dosen lain. Aku merasa stres. Aku berpikir bahwa menjadi mahasiswa itu susah juga. Sampai akhirnya aku bertemu dengan dosen Bahasa Indonesia yang humoris. Otomatis beban stress berkurang karena tertawa. Yang berkesan di hatiku adalah di balik sifat beliau yang suka melucu ternyata beliau juga mengabdi di masyarakat sebagai imam mesjid. Dan yang paling berkesan ketika bertemu beliau adalah saat mendengar pengalaman beliau yang tidak pernah berpacaran semasa remajanya hingga beliau menikah.
“Mudah-mudahan aku bisa mengikuti sifat beliau yang baik itu,” kataku dalam hati.
Kuliah di STAIN membuat saya betah padahal baru kali ini saya meninggalkan keluarga dan kampong halaman demi menuntut ilmu. Meskipun hanya tinggal di asrama yang serba kekurangan. Tapi itu adalah tantangan bagiku, dan aku yakin dengan bersabar semua kekurangan itu akan menuntut ilmu untuk menggapai cita-citaku yakni ingin menjadi guru bahasa Inggris yang professional. Semoga Allah meridhai cita-citaku.Amin.
Rabu, Maret 31, 2010