Nuzulul qur'an

Pengertian Nuzulul Qur’an
Secara etimologis, kata Nuzul memiliki beberapa pengertian. Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu’uh, turun dan jatuhnya sesuatu. Sedang menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti al-inhidar min ‘ulw ila asfal,meluncur atau turun daria atsas kebawah. Nuzul dalam pengertian ini dapat di jumpai dalam QS al Baqarah ayat 22.
Kata nuzul, bisa juga berarti singgah atau tiba di tempat tertentu. Pengertian ini, sebagaimana dikatan al-Zamakhsari dalam kitabnya asas al-Balaghah, menganggap pengertian sebagai makna hakiki.
Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan dalam penuturanya yang lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu daria atas kebawah. Lebuh dari itu, Nuzul berarti bergeraknya sesuatu dri dari atas kebawah. Pengertian tersebut tidak tepat atau tidak lazim bagi pengertian Nuzulul qur’an.
D. Bukti Turunnya Al-Qur’an secara bertahap
Sejarah sendiri telah membuktikan bahwa Nabi Muhammad menerima wahyu tidak secara sekaligus, tetapi secara berangsur-angsurdalam jangka waktu lebuih dari 20 tahun. Di samping itu, bukti turunnya al-Qur’an secara bertahab adalah adanya ayat pertama dan terakhir yag diturunkan.
E. Hikmah al-qur’an turun bertahap
Diantara hikmah diturunkannya al-qur’an secara bertahap:
1. Meneguhkan hati Rasulullah saw. Dalam melaksanakan tugasnya, kendati ia menghadapi hambatan dan tantangan (QS. Al-Furqon: 32-33). Disamping itu dapat juga menghibur hati beliau pada saat menghadapi kesulitan, kesedihan atau perlawanan dari orag-orang kafir (QS. Al-Ahqof:5), dan sebaginya.
2. Untuk memudahkan nabi saw. Dalam menghafal lafad al-Qur’an, mengingat al-Qur’an bukan sya’ir atau prosa, tetapi kalam Allah yang sanagat berbobot isi maknanya, sehingga memerlukan hafalan dan kajian secara kusus.
3. Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan segala isinya oleh umat islam.
4. Di antara ayat-ayat al-Qur’an, menurut ulama’ ada yang nasikh dan ada yang mansukh , sesuai dengan kemaslahatan. Hal ini tidak akan jelas jika al-Qur’an di Nuzulkan secara sekaligus.
5. Untuk meneguhkan dan menghibur hati umat islam yang hidup semasa semasa dengan nabi.
6. Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk meninggalkan sikap mental atau tradisi-tradisi jahiliyah yang negatif secara berangsur-angsur.
7. Al-Qur’an yang di Nuzulkan berulangkali, sebenarnya mengandung kemukjizatan tersendiri. Bahkan hal itu dapat membangkitkan rasa optimisme pada diri Nabi, sebab setiap persoalan yang dihadapi dapat dicarika jalan keluarnya dari penjelasan al-Qur’an
8. Untuk membuktikan bahwa al-Qur’an benar-benar kalam Allah, bukan kalam Muhammad. Jadi, al-Qur’an secara berangsur-angsur ini utuk menepis anggapan tersebut.
Sejarah Turunnya Al-Qur'an
Al-Qur’an adalah sebagai qalamullah yaitu kumpulan firman-firman Allah. Al-Qur’an juga dapat diartikan sebagai sebuah kitab suci yang berisikan pedoman bagi kehidupan umat islam di seluruh dunia. Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan.

Sejarah lahirnya Al-Qur’an mengalami tiga fase, yaitu:
1. Proses turunnya Al-Qur’an
2. Proses dibukukannya Al-Qur’an
3. Sistematika Ak-Qur’an

1. Proses Turunnya Al-Qur’an
Secara sekaligus, Al-Q ur’an dipustakakan di tempat yang tidak akan dapat dijangkau oleh makhluk Allah lainnya, yaitu di Lauh Mahfud (Kepustakkaan Allah). Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Proses turunnya Al-Qur’an melalui tiga cara, yaitu sebagai berikut:

a. Qalam Madlul
Turunnya ayat suci Al-Qur’an secara langsung ditirunkan kepada nabi Muhammad SAW. yang disebut mukzizat

b. Qalam Dal
Pada saat qalam Allah ditrunkan kepada Nabi Muhammad SAW., terdengan gemerincing secara ghaib. Tahap qalam dal ini dianggap sulit atau berat oleh Nabi Muhammad SAW. Setelah Nabi Muhammmad SAW., menerima qalam Allah, tubuh Nabi Muhammad mengeluarkan keringat dan bercahaya. Dan apabila beliau menerima qalam dal dengan keadaan menaiki hewan, maka hewan tersebut akan bersujud dengan sendirinya.

c. Melalui Perantara Malaikat Jibril
Dengan cara ini Malaikat Jibril menyampaikan qalam Allah kepada Nabi Muhammad dengan menjelma wujud makhaluk tertentu maupun berupa cahaya tergantung dengan situasi dan kondisinya.


2. Proses dibukukannya Al-Qur’an
Latar belakang dibukukannya Al-Qur’an adalah karena banyaknya para Suhada yang hafal Al-Qur’an dikarenakan meninggal dunia dalam perang. Lantas Umar bin Khotob mengusulkan kepada Abu Bakar untuk menghimpun tulisan-tulisan Al-Qur’an yang pernah diterima oleh Nabi Muhammad SAW., dan kemudian Zaid bin Tsabit diangkat menjadi ketua panitia dalam menghimpun dan menulis Al-Qur’an.

Pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khotob, ayat-ayat Al-Qur’an (Wahyu) itu berupa lembaran-lembaran. Maka untuk mengamankan dan menjaga kesuiannya dan agar tidak berceceran, Al-Qur’an diperbolehkan untuk dibakar dan abunya dikuburkan.

Pada masa Usman bin Afan, Al-Qur’an telah berhasil dicetak sebanyak lima buah, dan disimpan serta disebarkan kepada:
a. Muskhap Imam (Madinah)
b. Perpustakaan Mekkah
c. Kota Siria
d. Kota Kuffah
e. Kota Bazrah
Semua kota yang mendapat Al-Qur’an pertama kalinya merupakan kholifah dan untuk dipelajari dan disebarkan dengan syarat tidak ada yang dirubah.

3. Sistematika Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut kesepakatan disusun dengan diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Rincian AL-Qur’an terdiri dari:
- 30 juz
- 114 surat
- 6666 ayat