Selasa, April 20, 2010
islam
muhkam dan mutasyabih
Telah menjadi kewajiban umat muslim untuk membaca dan mengimani apa yang terkandung di dalam Al-Qur’an, dalam setiap harinya kaum muslimin diwajibakan untuk membaca kitab suci Al-Qur’an.
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada hamba-hamba-Nya agar Al-Qur’an menjadi pemberi peringatan bagi alam semesta. Allah Swt menggariskan bagi makhluk-Nya akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas keterangannya dan jelas ciri-cirinya. Itu semua merupakan karunia-Nya kepada umat manusia, di mana Allah menetapkan dalam ajaran umat Islam kepada manusia untuk menyelamatkan akidah dan memperbanyak pahala serta menjauhi laranganNya. Untuk itu pemahaman dan pengetahuan Al-Qur'an banyak dipelajari lebih lanjut dan merinci yang pada akhirnya melahirkan suatu cabang ilmu yang disebut "Ulumul Qur'an".
Salah satu persoalan dari ‘Ulumul Qur’an yang masih sering terdengar ialah mengenai perselisihan menyangkut masalah ayat-ayat yang muhkam dan ayat-ayat yang mutasyabih. Telaah dan perdebatan di seputar masalah ini telah banyak mengisi lembaran khazanah keilmuan Islam, terutama menyangkut penafsiran Al-Qur’an.
Ulama-ulama salaf tidak mau menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Mereka hanya mengimani dan mengamalkan apa yang Allah maksud di dalam Al-Quran. Sedangkan dikalangan ulama muta’akhirin berani menafsirkan maupun menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat. Entah apa alasan kongkrit kedua golongan ulama salaf yang tidak menafsirkan ayat-ayat mutasyabih dan ulama khalaf yang mencoba menafsirkan ayat-ayat mutasyabih.
Telah banyak pendapat dari para ulama mengenai masalah muhkam dan mutasyabih, untuk itu di dalam makalah ini, penulis akan mengetengahkan dan menguraikan mengenai muhkam dan mutasyabih.
A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH
Pada dasarnya seseorang bisa saja mengatakan, bahwa semua ayat Al-Qur'an adalah muhkam apabila yang dimaksudkan adalah keindahan. Karena semua ayat Al-Qur'an itu tersusun dengan rapi. Tetapi, seseorang pun bisa mengakatakan bahwa semua ayat Al-Qur'an adalah mutasyabih, jika yang dimaksudkan adalah kesamaan tingkatan i'jaz (mukjizat yang tak tertandingi) dalam kefasihan bahasa. Sehingga karena kesamaan itu, menurut Dr. Shubhiy, sulit untuk ditangkap kelebihan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Menurut etimologi muhkam artinya suatu ungkapan yang maksud makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Muhkam diambil dari kata ihkâm, artinya kekokohan, kesempurnaan. Bisa bermakna, menolak dari kerusakan.Muhkam adalah ayat-ayat yang (dalâlah) maksud petunjuknya jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan kekeliruan pemahaman.
Mutasyabih adalah ungkapan yang maksud makna lahirnya samar. mutasyabih diambil dari kata tasyâbaha – yatasyâbahu, artinya keserupaan dan kesamaan, terkadang menimbulkan kesamaran antara dua hal. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang makna lahirnya bukanlah yang dimaksudkannya. Oleh karena itu makna hakikinya dicoba dijelaskan dengan penakwilan. Bagi seorang muslim yang keimanannya kokoh, wajib mengimani dan tidak wajib mengamalkannya. Dan tidak ada yang mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihât melainkan Allah Swt.
Muhkam yang jamaknya adalah muhkamat ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih yang jamaknya adalah mutasyabihat ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah Swt.
Menurut istilah, para ulama berbeda-beda dalam memberikan pengertian muhkam dan mutasyabih, yakni sebagai berikut:
a) Ulama golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengatakan, lafal muhkam adalah lafal yang diketahui makna maksudnya, baik karena memang sudah jelas artinya maupun karena dengan ditakwilkan. Sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang pengetahuan artinya hanya dimonopoli Allah Swt. Manusia tidak ada yang bias mengetahuinya. Contohnya, terjadinya hari kiamat, keluarnya Dajjal, arti huruf-huruf Muqaththa’ah.
b) Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasakh (dihapuskan hukumnya). Sedang lafal mutasyabih adalah lafal yang samar maksud petunjuknya, sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia atau pun tidak tercantum dalam dalil-dalil nash (teks dalil-dalil). Sebab, lafal mutasyabih termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
c) Mayoritas ulama golongan ahlul fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang tidak bisa ditakwilkan kecuali satu arah atau segi saja. Sedangkan lafal mutasyabih adalah artinya dapat ditakwilkan dalam beberapah arah atau segi, karena masih sama. Misalnya, seperti masalah surga, neraka, dan sebagainya.
d) Imam Ibnu Hanbal dan pengikut-pengikutnya mengatakan, lafal muhkam adalah lafal yang bisa berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa membutuhkan keterangan yang lain. Sedang lafal yang tidak bisa berdiri sendiri adalah lafal mutasyabih, yang membutuhkan penjelasan arti maksudnya, karena adanya bermacam-macam takwilan terhadap lafal tersebut. Contohnya seperti lafal yang bermakna ganda (lafal musytarak), lafal yang asing (gharib), lafal yang berarti lain (lafal majaz), dan sebagainya.
e) Imamul Haramain, bahwa lafal muhkam ialah lafal yang tepat susunan, dan tertibnya secara biasa, sehingga mudah dipahami arti dan maksudnya sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang makna maksudnya tidak terjangkau oleh ilmu bahasa manusia, kecuali jika disertai dengan adanya tanda-tanda atau isyaratyang menjelaskannya. Contohnya seperti lafal yang musytarak, mutlak, khafi (samara), dan sebagainya.
f) Imam Ath-Thibi mengatakan, lafal muhlam ialah lafal yang jelas maknanya, sehingga tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan arti. Sebab, lafal muhkam itu diambil dari lafal ihkam (Ma’khuudzul Ihkami) yang berarti baik atau bagus. Contohnya seperti yang dhahir, lafal yang tegas, dan sebagainya. Sedangkan lafal yang mutasyabih ialah sebaliknya, yakni yang sulit dipahami, sehingga mengakibatkan kemusykilan atau kesukaran. Contohnya seperti lafal musytarak, mutlak, dan sebagainya.
g) Imam Fakhruddin Ar-Razi berpendapat lafal muhkam ialah lafal yang petunjuknya kepada sesuatu makna itu kuat, seperti lafal yang nash, atau yang jelas, dan sebagainya. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang petunjuknya tidak kuat, seperti lafal yang global, yang musykil, yang ditakwili, dan sebagainya.
h) Ikrimah dan Qatadah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang isi maknanya dapat diamalkan, karena sudah jelas dan tegas, seperti umumnya lafal Al-Quran. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang isi maknanya tidak perlu diamalkan, melainkan cukup diimani eksistensinya saja.
i) Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak wajah.
Jadi, jika semua definisi muhkam tersebut dirangkum, maka pengertian muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah Swt.
Pengertian Muhkam dan Mutasyabih Secara Khusus:
Muhkam dan mutasyabih terjadi banyak perbedaan pendapat. Yang terpenting di antaranya sebagai berikut:
1. Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya Allah-lah yang mengetahui akan maksudnya.
2. Muhkam adalah ayat yang dapat diketahui secara langsung, sedangkan mutashabih baru dapat diketahui dengan memerlukan penjelasan ayat-ayat lain.
Para ulama memberikan contoh ayat-ayat muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Seperti halal dan haram, kewajiban dan larangan, janji dan ancaman.
Sementara ayat-ayat mutasyabih, mereka mencontohkan dengan nama-nama Allah dan sifat-Nya, seperti:
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْض (البقرة: 255)
“Kursi-Nya meliputi langit dan bumi”.
اَلرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (طه: 5)
“Yang Maha Pengasih, yang bersemanyam di atas ‘Arsy”.
تَجْرِى بِأَعْيُنِنَا جَزَاءًا لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (القمر: 14)
“(bahteranya nabi Nuh as) berlayar dengan pantauan mata Kami. (seperti itulah musibah yang Kami turunkan) sebagai balasan bagi orang yang ingkar”.
إِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ إِنَّمَايُبَايِعُوْنَ اللهَ, يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيْهِمْ (الفتح: 10)
“Sesungguhnya orang-orang yang membai’at-mu ya Rasul, mereka-lah yang berikrar menerima (bahwa Tuhan mereka) adalah Allah. Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka”.
وَلاَتَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (القصص: 88)
“dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa kecuali (wajah) Allah”.
Macam-Macam Ayat Mutasyabihat:
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah Swt, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.
2. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak, mengkayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.
3. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah Swt dan orang-orang yang rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.
B. SIKAP PARA ULAMA MENGENAI AYAT YANG MUHKAM DAN MUTASYABIH
Para ulama juga berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihatannya. Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran itu muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran.
Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
• Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1 surah Hud: “suatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapih”.
• Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”
• Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama, sebenarnya semua pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga benar cara istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-masing.
Sikap para ulama terhadap ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah). Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin.
Para ulama juga membagi-bagi ayat mutasyabih dari segi mengetahui maknanya:
1. Makna kandungannya mustahil diketahui manusia seperti, sifat Allah, hari kiamat, dan lain-lain.
2. Melalui penelitian, seperti ayat-ayat yang kandungannya bersifat umum atau samar dari readksi yang singkat.
3. Ayat-ayat mutasybih, dapat diketahui oleh sebagian ulama melalui penyucian diri.
C. HIKMAH ADANYA AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
Secara tegas dapat dikatakan, bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan mutasyabihat ialah karena Allah Swt menjadikannya demikian itu. Allah Swt memisahkan atau membedakan antara ayat –ayat yang muhkam dari yang mutasyabih dan menjadikan ayat muhkamat sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat.
Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat muhkam ialah sebagaimana yang terdapat di dalam surat Ali Imran ayat 7 : "Dia (Allah)-lah yang menurunkan al-kitab (al-Quran) kepadamu. Di antara isinya terdapat ayat-ayat muhkamât, itulah pokok-pokok isi al-Quran, dan yang lain terdapat juga ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihât untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat mutashabihât, semuanya itu dari sisi Tuhan kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. Sedangkan sebab adanya ayat-ayat yang mutasybihat karena adanya maksud syarak ayat-ayatnya sehingga sulit difahami oleh ummat manusia, tanpa dikatakan dengan arti yang lain, disebabkan karena biasa ditakwilkan bermacam-macam dan petunjuk pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal-hal yang diketahui oleh Allah Swt saja.
Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat:
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan "Wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab", sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata "rabbana la tuzighqulubana". Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah Swt, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah Swt.
5. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Mahabesarnya Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di dalam Al-Qur’an.
Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
Begitu juga dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah Swt, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Al-Qur’an diturunkan Allah kepada hamba-hamba-Nya agar Al-Qur’an menjadi pemberi peringatan bagi alam semesta. Allah Swt menggariskan bagi makhluk-Nya akidah yang benar dan prinsip-prinsip yang lurus dalam ayat-ayat yang tegas keterangannya dan jelas ciri-cirinya. Itu semua merupakan karunia-Nya kepada umat manusia, di mana Allah menetapkan dalam ajaran umat Islam kepada manusia untuk menyelamatkan akidah dan memperbanyak pahala serta menjauhi laranganNya. Untuk itu pemahaman dan pengetahuan Al-Qur'an banyak dipelajari lebih lanjut dan merinci yang pada akhirnya melahirkan suatu cabang ilmu yang disebut "Ulumul Qur'an".
Salah satu persoalan dari ‘Ulumul Qur’an yang masih sering terdengar ialah mengenai perselisihan menyangkut masalah ayat-ayat yang muhkam dan ayat-ayat yang mutasyabih. Telaah dan perdebatan di seputar masalah ini telah banyak mengisi lembaran khazanah keilmuan Islam, terutama menyangkut penafsiran Al-Qur’an.
Ulama-ulama salaf tidak mau menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat. Mereka hanya mengimani dan mengamalkan apa yang Allah maksud di dalam Al-Quran. Sedangkan dikalangan ulama muta’akhirin berani menafsirkan maupun menakwilkan ayat-ayat mutasyabihat. Entah apa alasan kongkrit kedua golongan ulama salaf yang tidak menafsirkan ayat-ayat mutasyabih dan ulama khalaf yang mencoba menafsirkan ayat-ayat mutasyabih.
Telah banyak pendapat dari para ulama mengenai masalah muhkam dan mutasyabih, untuk itu di dalam makalah ini, penulis akan mengetengahkan dan menguraikan mengenai muhkam dan mutasyabih.
A. PENGERTIAN MUHKAM DAN MUTASYABIH
Pada dasarnya seseorang bisa saja mengatakan, bahwa semua ayat Al-Qur'an adalah muhkam apabila yang dimaksudkan adalah keindahan. Karena semua ayat Al-Qur'an itu tersusun dengan rapi. Tetapi, seseorang pun bisa mengakatakan bahwa semua ayat Al-Qur'an adalah mutasyabih, jika yang dimaksudkan adalah kesamaan tingkatan i'jaz (mukjizat yang tak tertandingi) dalam kefasihan bahasa. Sehingga karena kesamaan itu, menurut Dr. Shubhiy, sulit untuk ditangkap kelebihan antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Menurut etimologi muhkam artinya suatu ungkapan yang maksud makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Muhkam diambil dari kata ihkâm, artinya kekokohan, kesempurnaan. Bisa bermakna, menolak dari kerusakan.Muhkam adalah ayat-ayat yang (dalâlah) maksud petunjuknya jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan kekeliruan pemahaman.
Mutasyabih adalah ungkapan yang maksud makna lahirnya samar. mutasyabih diambil dari kata tasyâbaha – yatasyâbahu, artinya keserupaan dan kesamaan, terkadang menimbulkan kesamaran antara dua hal. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang makna lahirnya bukanlah yang dimaksudkannya. Oleh karena itu makna hakikinya dicoba dijelaskan dengan penakwilan. Bagi seorang muslim yang keimanannya kokoh, wajib mengimani dan tidak wajib mengamalkannya. Dan tidak ada yang mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihât melainkan Allah Swt.
Muhkam yang jamaknya adalah muhkamat ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih yang jamaknya adalah mutasyabihat ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah Swt.
Menurut istilah, para ulama berbeda-beda dalam memberikan pengertian muhkam dan mutasyabih, yakni sebagai berikut:
a) Ulama golongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah mengatakan, lafal muhkam adalah lafal yang diketahui makna maksudnya, baik karena memang sudah jelas artinya maupun karena dengan ditakwilkan. Sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang pengetahuan artinya hanya dimonopoli Allah Swt. Manusia tidak ada yang bias mengetahuinya. Contohnya, terjadinya hari kiamat, keluarnya Dajjal, arti huruf-huruf Muqaththa’ah.
b) Ulama golongan Hanafiyah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang jelas petunjuknya, dan tidak mungkin telah dinasakh (dihapuskan hukumnya). Sedang lafal mutasyabih adalah lafal yang samar maksud petunjuknya, sehingga tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia atau pun tidak tercantum dalam dalil-dalil nash (teks dalil-dalil). Sebab, lafal mutasyabih termasuk hal-hal yang diketahui Allah saja artinya. Contohnya seperti hal-hal yang ghaib.
c) Mayoritas ulama golongan ahlul fiqh yang berasal dari pendapat sahabat Ibnu Abbas mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang tidak bisa ditakwilkan kecuali satu arah atau segi saja. Sedangkan lafal mutasyabih adalah artinya dapat ditakwilkan dalam beberapah arah atau segi, karena masih sama. Misalnya, seperti masalah surga, neraka, dan sebagainya.
d) Imam Ibnu Hanbal dan pengikut-pengikutnya mengatakan, lafal muhkam adalah lafal yang bisa berdiri sendiri atau telah jelas dengan sendirinya tanpa membutuhkan keterangan yang lain. Sedang lafal yang tidak bisa berdiri sendiri adalah lafal mutasyabih, yang membutuhkan penjelasan arti maksudnya, karena adanya bermacam-macam takwilan terhadap lafal tersebut. Contohnya seperti lafal yang bermakna ganda (lafal musytarak), lafal yang asing (gharib), lafal yang berarti lain (lafal majaz), dan sebagainya.
e) Imamul Haramain, bahwa lafal muhkam ialah lafal yang tepat susunan, dan tertibnya secara biasa, sehingga mudah dipahami arti dan maksudnya sedangkan lafal mutasyabih adalah lafal yang makna maksudnya tidak terjangkau oleh ilmu bahasa manusia, kecuali jika disertai dengan adanya tanda-tanda atau isyaratyang menjelaskannya. Contohnya seperti lafal yang musytarak, mutlak, khafi (samara), dan sebagainya.
f) Imam Ath-Thibi mengatakan, lafal muhlam ialah lafal yang jelas maknanya, sehingga tidak mengakibatkan kemusykilan atau kesulitan arti. Sebab, lafal muhkam itu diambil dari lafal ihkam (Ma’khuudzul Ihkami) yang berarti baik atau bagus. Contohnya seperti yang dhahir, lafal yang tegas, dan sebagainya. Sedangkan lafal yang mutasyabih ialah sebaliknya, yakni yang sulit dipahami, sehingga mengakibatkan kemusykilan atau kesukaran. Contohnya seperti lafal musytarak, mutlak, dan sebagainya.
g) Imam Fakhruddin Ar-Razi berpendapat lafal muhkam ialah lafal yang petunjuknya kepada sesuatu makna itu kuat, seperti lafal yang nash, atau yang jelas, dan sebagainya. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang petunjuknya tidak kuat, seperti lafal yang global, yang musykil, yang ditakwili, dan sebagainya.
h) Ikrimah dan Qatadah mengatakan, lafal muhkam ialah lafal yang isi maknanya dapat diamalkan, karena sudah jelas dan tegas, seperti umumnya lafal Al-Quran. Sedangkan lafal mutasyabih ialah lafal yang isi maknanya tidak perlu diamalkan, melainkan cukup diimani eksistensinya saja.
i) Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak wajah.
Jadi, jika semua definisi muhkam tersebut dirangkum, maka pengertian muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia karena bisa ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan cukup diyakini adanya saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah Swt.
Pengertian Muhkam dan Mutasyabih Secara Khusus:
Muhkam dan mutasyabih terjadi banyak perbedaan pendapat. Yang terpenting di antaranya sebagai berikut:
1. Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya Allah-lah yang mengetahui akan maksudnya.
2. Muhkam adalah ayat yang dapat diketahui secara langsung, sedangkan mutashabih baru dapat diketahui dengan memerlukan penjelasan ayat-ayat lain.
Para ulama memberikan contoh ayat-ayat muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Seperti halal dan haram, kewajiban dan larangan, janji dan ancaman.
Sementara ayat-ayat mutasyabih, mereka mencontohkan dengan nama-nama Allah dan sifat-Nya, seperti:
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْض (البقرة: 255)
“Kursi-Nya meliputi langit dan bumi”.
اَلرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى (طه: 5)
“Yang Maha Pengasih, yang bersemanyam di atas ‘Arsy”.
تَجْرِى بِأَعْيُنِنَا جَزَاءًا لِمَنْ كَانَ كُفِرَ (القمر: 14)
“(bahteranya nabi Nuh as) berlayar dengan pantauan mata Kami. (seperti itulah musibah yang Kami turunkan) sebagai balasan bagi orang yang ingkar”.
إِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ إِنَّمَايُبَايِعُوْنَ اللهَ, يَدُ اللهِ فَوْقَ أَيْدِيْهِمْ (الفتح: 10)
“Sesungguhnya orang-orang yang membai’at-mu ya Rasul, mereka-lah yang berikrar menerima (bahwa Tuhan mereka) adalah Allah. Tangan Allah diatas tangan-tangan mereka”.
وَلاَتَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ لاَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ كُلُّ شَيْئٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ (القصص: 88)
“dan jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain Allah. Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Segala sesuatu pasti binasa kecuali (wajah) Allah”.
Macam-Macam Ayat Mutasyabihat:
1. Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah Swt, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.
2. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contohnya, seperti merinci yang mujmal, menentukan yang musytarak, mengkayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dan sebagainya.
3. Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah Swt dan orang-orang yang rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.
B. SIKAP PARA ULAMA MENGENAI AYAT YANG MUHKAM DAN MUTASYABIH
Para ulama juga berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihatannya. Sebab dalam Al-Quran ada ayat-ayat yang menerangkan bahwa semua Al-Quran itu muhkam, seperti surah Hud ayat 1, dan ada pula ayat-ayat yang menjelaskan bahwa semuanya mutasyabih, seperti ayat 23 surah Az-Zumar. Sebagaimana ada juga ayat-ayat yang menjelaskan ada sebagian Al-Quran yang muhkam dan sebagian lain mutasyabih, seperti ayat 7 surah Ali Imran.
Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
• Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1 surah Hud: “suatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapih”.
• Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar : “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”
• Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
Jika dilihat sepintas, seolah-olah hanya pendapat ketiga yang benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an. Tetapi jika diamati secara seksama, sebenarnya semua pendapat itu benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam Al-Qur’an itu. Sebab ketiga itu ada dalilnya dalam Al-Qur’an, dan semuanya juga benar cara istidhal masing-masing. Yang berbeda hanya orientasi pendapat masing-masing.
Sikap para ulama terhadap ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih
1. Madzhab Salaf, yaitu para ulama yang mempercayai dan mengimani ayat-ayat mutasyabih dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah sendiri (tafwidh ilallah). Mereka menyucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an. Di antara ulama yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Imam Malik yang berasal dari ulama mutaqaddimin.
2. Madzhab Khalaf, yaitu para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin.
Para ulama juga membagi-bagi ayat mutasyabih dari segi mengetahui maknanya:
1. Makna kandungannya mustahil diketahui manusia seperti, sifat Allah, hari kiamat, dan lain-lain.
2. Melalui penelitian, seperti ayat-ayat yang kandungannya bersifat umum atau samar dari readksi yang singkat.
3. Ayat-ayat mutasybih, dapat diketahui oleh sebagian ulama melalui penyucian diri.
C. HIKMAH ADANYA AYAT-AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH
Secara tegas dapat dikatakan, bahwa sebab adanya ayat muhkamah dan mutasyabihat ialah karena Allah Swt menjadikannya demikian itu. Allah Swt memisahkan atau membedakan antara ayat –ayat yang muhkam dari yang mutasyabih dan menjadikan ayat muhkamat sebagai bandingan ayat yang mutasyabihat.
Menurut kebanyakan ulama, sebab adanya ayat muhkam ialah sebagaimana yang terdapat di dalam surat Ali Imran ayat 7 : "Dia (Allah)-lah yang menurunkan al-kitab (al-Quran) kepadamu. Di antara isinya terdapat ayat-ayat muhkamât, itulah pokok-pokok isi al-Quran, dan yang lain terdapat juga ayat-ayat mutasyabihat. Adapun orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihât untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya. Padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat mutashabihât, semuanya itu dari sisi Tuhan kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. Sedangkan sebab adanya ayat-ayat yang mutasybihat karena adanya maksud syarak ayat-ayatnya sehingga sulit difahami oleh ummat manusia, tanpa dikatakan dengan arti yang lain, disebabkan karena biasa ditakwilkan bermacam-macam dan petunjuk pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal-hal yang diketahui oleh Allah Swt saja.
Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat:
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.
Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan "Wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab", sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata "rabbana la tuzighqulubana". Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni.
3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah Swt, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah Swt.
5. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.
Dengan adanya ayat-ayat muhkam dan ayat-ayat mutasyabih, mengajak manusia berpikir dan merenungkan betapa Mahabesarnya Allah SWT. Dengan ayat-ayat Al-Qur’an, manusia diajak untuk berpikir dan merenungkan apa yang dimaksud Allah yang tersirat dan termaktub di dalam Al-Qur’an.
Maka adanya ayat-ayat muhkamat, dapat memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya. Serta mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
Begitu juga dengan adanya ayat-ayat mutasyabihat, membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah Swt, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Rabu, April 14, 2010
JOIN INTO TOUR COMPANY
As we know, many people are need to entertainment. They like to shopping, adventure, eating and etc. but, it’s wastes your money and very wasteful. Therefore, the best way to do it your hobby and make some money to do it is join in a tour company, to take are people where want to rafting, climbing, hiking, shopping, eating, surfing, travelling and etc.
A tour company is a retail business, that sells tour related products and services to customers, on behalf of suppliers, such as airlines, car rentals, cruise lines, hotels, railways, sightseeing tours and package holidays that combine several products. In addition to dealing with ordinary tourists, most tour company have a separate department devoted to making tour arrangements for business tourist and some tour company specialize in commercial and business tour only. There are also tour company that serve as general sales agents for foreign tour companies, allowing them to have offices in countries other than where their headquarters are located.
There will always be a need for good tour agents, and individuals with good people skills who have a facility for attention to detail may want to consider entering this interesting field. In order to do well, a person needs to approach the challenge with open eyes in terms of knowing what the job entails and how to properly prepare for a successful career in tour company.
Tour agents help customers navigate through the often laborious process of making the best possible tour arrangements in terms of convenience and cost. In doing so, they need to sort through vast amounts of information with an informed perspective that the average tourer may not possess. They need to be able to offer good advice on destinations and the best ways to get there. They are also expected to know about things to see and do, weather conditions, tour advisories, and currency exchange rates. Once an optimal itinerary is decided upon, the agent's primary function for his/her client becomes the booking of arrangements for hotel reservations, transportation, car or bus rentals and tours. But the agent's job for that client is not necessarily over after the trip is booked. In the event of itinerary changes in the middle of the trip, the tour agent will be called upon to intercede on the tourer’s behalf to make adjustments or alternate booking arrangements.
Many people reason to join in the tour company but the generally of them is think for their future and for their hobby.
JOIN INTO TOUR COMPANY
The practice way to do, to registers or to find the best tour company is browsing in internet. In there you can find any site that give you some information about the best tour company and the requirements to join in there. This some of site about tour company, like ; www.ehow.com, www.asta.org, www.mahalo.com.
The best way to join tour company is have many requirements, and this is step should one follow to become a tour agent, there are:
1. Obtain a high school diploma. The minimum qualification for those interested in becoming a tour agent is a high school diploma or equivalent. Most company prefer applicants who have advanced educational credentials, but a high school education is needed at the very least.
2. Become knowledgeable about tour. Tour agents need to be well-versed about various destinations. They need to become familiar with
things like weather conditions, attractions, local customs and events. One way to start learning is by subscribing to a wide variety of tour magazines and researching current tour trends online.
3. Get additional related education. Continuing education is critical because the abundance of tour information readily available through websites has resulted in a more informed consumer who expects his/her tour agent to be an expert. The best course of action is to obtain training at a postsecondary vocational school, college, or university. A few colleges offer bachelor’s or master’s degrees in tour and tourism. Some of the larger tour company require their agents to have a liberal arts or business degree. Tour agent courses are also offered in public adult education programs, online, and in community colleges.
4. Tour as much as possible. Nothing beats personal tour experience as a basis for acquiring knowledge about a city or foreign country. Advice to customers based on personal experiences is always listened to and given great weight.
5. Register with your state if applicable. Check with the state's Department of Commerce for any registration or certification requirements for tour agents. Not all states require tour agents to register, but state requirements should be checked upon before working there.
According in other source, the steps and qualification to become a tour agent are:
1.Graduate High School
The minimum qualification for being a tour agent is a high school diploma. Technically, that means you could get a job at a tour company without tour education sertificate. However, few company will hire someone unless they have a few of the additional qualifications.
2.Educate Yourself
Technically, this step is not required. Learning various skills, however, will help you either land a job as a tour agent or open your own company.
a. Learn a foreign language.
b. Expand your knowledge of various tour destinations. Tour agents need to be well-versed about various destinations' weather conditions, attractions, local customs and events.
c. Take a computer or a web design course. Much of a tour agent's business in conducted online.
3.Join to Tour Company Courses
There are numerous courses advertised that can help you become a tour agent. Your best bet is to take a tour or tourism course at a community college.
a. The American Society of Tour Agents (ASTA) offers a list of member tour schools.
b. A list of online and local colleges that offer tour and tourism courses.
c. Even if there is not a school in your area, many of them have online courses you can take.
4. Get a Job
At this point, there are three ways you can go about becoming a tour agent. You can get a job at a tour company or join a host company. While you could also open your own tour company, this is such a complicated process that it is not advisable to do so until you have gained experience as a tour agent.
To sign up in tour company is have many sequence, you must attend any test, before and after the test interview, there are ; Foreign language test, Interpersonal Communications, Mathematics of Business, Principles of Selling, Physical Geography, Global Health Awareness, World Regional Geography, Introduction to Business, Writing Skills, Rhetoric & Composition; Microsoft Word, Access, Excel, PowerPoint; Effective Stress Management.
Most tour company are looking for people with experience, which you cannot get until one hires you. Becoming a tour agent is a terrific way to interact with a wide variety of people, while at the same time learning a great deal about other places around the world and how to coordinating tour to and from these places. A love of tour and an enthusiasm for advising people about it are important traits for an agent to have. If a person can supplement these traits with excellent communication and computer skills, he/she is well on the way to great success in the field. The material in this article can help put such a person on the road to a very rewarding career as a tour agent.
Tour agents are the primary source of bookings for most of the major cruise lines. In addition, many resorts and specialty tour groups use tour agents to promote tour packages to their clients. In these cases, the agent will promote the packages using telemarketing, direct mail, and the Internet. They may also conduct presentations to social groups and arrange company-sponsored trips for businesses. In fact, many tour agents specialize in specific destinations or in selling to particular demographic groups.
To do their job, tour agents use a variety of published sources (many of them computer-based) for information on fares, rates, group discounts, tour promotions, hotel quality, and departure/arrival times. Part of their job often entails visiting hotels, resorts, and restaurants themselves to evaluate comfort, cleanliness, and quality as a basis for future recommendations to customers. In today's world, tour agents are confronted by increased competition from tour and airline websites who rely on customers to do their bookings directly. The major advantages a tour agent can claim are the ability to provide customized service, to arrange complex itineraries involving multiple destinations, and to save customers the hassle of researching and booking several components of a trip.
The typical day of a tour agent will consist of a lot of time spent conferring with customers face-to-face; on the phone speaking with airlines, hotels, etc.; at the computer doing research or booking reservations; and behind a desk completing paperwork. Many agents, especially those who are self-employed, will frequently work long hours although the onset of personal computers and advanced telecommunications systems make it possible for a growing number of them to work from home. Another perk of the profession is special tour benefits such as reduced rates for lodging and transportation.
If you already and have all the requirements that have been determined by the tour company, immediately signed up and hope the directors of labor in the tour company where you can register to receive you.
S
III. CONCLUSION
To join in a tour company are not as easy as in imagine, we need a variety of specific requirements that must be in the possession. You must be prepare your self to join in a tour company such as senior high school diploma sertificate, have many experience in travel, have knowledge about the destination, the history of the destination, culture, art, and etc. the most important you must have skill in communicate, become a friendly man. Remake terrible situation to good situation and you have ability in speak foreign language.
For prepare your self to become a good travel agent, this is advice for you. There are:
1. Tour. There is no better way to learn about customs regulations, currency exchange rates and passport and visa requirements than touring yourself.
2. Get a bachelor's degree. Some company prefer their agents to have a college degree.
3. Accept a job as a hotel reservationist or as a ticketing agent to gain experience selling in the industry.
4. Subscribe to tour magazines and research current tour trends online.
5. Write an excellent resume and cover letter.
A tour company is a retail business, that sells tour related products and services to customers, on behalf of suppliers, such as airlines, car rentals, cruise lines, hotels, railways, sightseeing tours and package holidays that combine several products. In addition to dealing with ordinary tourists, most tour company have a separate department devoted to making tour arrangements for business tourist and some tour company specialize in commercial and business tour only. There are also tour company that serve as general sales agents for foreign tour companies, allowing them to have offices in countries other than where their headquarters are located.
There will always be a need for good tour agents, and individuals with good people skills who have a facility for attention to detail may want to consider entering this interesting field. In order to do well, a person needs to approach the challenge with open eyes in terms of knowing what the job entails and how to properly prepare for a successful career in tour company.
Tour agents help customers navigate through the often laborious process of making the best possible tour arrangements in terms of convenience and cost. In doing so, they need to sort through vast amounts of information with an informed perspective that the average tourer may not possess. They need to be able to offer good advice on destinations and the best ways to get there. They are also expected to know about things to see and do, weather conditions, tour advisories, and currency exchange rates. Once an optimal itinerary is decided upon, the agent's primary function for his/her client becomes the booking of arrangements for hotel reservations, transportation, car or bus rentals and tours. But the agent's job for that client is not necessarily over after the trip is booked. In the event of itinerary changes in the middle of the trip, the tour agent will be called upon to intercede on the tourer’s behalf to make adjustments or alternate booking arrangements.
Many people reason to join in the tour company but the generally of them is think for their future and for their hobby.
JOIN INTO TOUR COMPANY
The practice way to do, to registers or to find the best tour company is browsing in internet. In there you can find any site that give you some information about the best tour company and the requirements to join in there. This some of site about tour company, like ; www.ehow.com, www.asta.org, www.mahalo.com.
The best way to join tour company is have many requirements, and this is step should one follow to become a tour agent, there are:
1. Obtain a high school diploma. The minimum qualification for those interested in becoming a tour agent is a high school diploma or equivalent. Most company prefer applicants who have advanced educational credentials, but a high school education is needed at the very least.
2. Become knowledgeable about tour. Tour agents need to be well-versed about various destinations. They need to become familiar with
things like weather conditions, attractions, local customs and events. One way to start learning is by subscribing to a wide variety of tour magazines and researching current tour trends online.
3. Get additional related education. Continuing education is critical because the abundance of tour information readily available through websites has resulted in a more informed consumer who expects his/her tour agent to be an expert. The best course of action is to obtain training at a postsecondary vocational school, college, or university. A few colleges offer bachelor’s or master’s degrees in tour and tourism. Some of the larger tour company require their agents to have a liberal arts or business degree. Tour agent courses are also offered in public adult education programs, online, and in community colleges.
4. Tour as much as possible. Nothing beats personal tour experience as a basis for acquiring knowledge about a city or foreign country. Advice to customers based on personal experiences is always listened to and given great weight.
5. Register with your state if applicable. Check with the state's Department of Commerce for any registration or certification requirements for tour agents. Not all states require tour agents to register, but state requirements should be checked upon before working there.
According in other source, the steps and qualification to become a tour agent are:
1.Graduate High School
The minimum qualification for being a tour agent is a high school diploma. Technically, that means you could get a job at a tour company without tour education sertificate. However, few company will hire someone unless they have a few of the additional qualifications.
2.Educate Yourself
Technically, this step is not required. Learning various skills, however, will help you either land a job as a tour agent or open your own company.
a. Learn a foreign language.
b. Expand your knowledge of various tour destinations. Tour agents need to be well-versed about various destinations' weather conditions, attractions, local customs and events.
c. Take a computer or a web design course. Much of a tour agent's business in conducted online.
3.Join to Tour Company Courses
There are numerous courses advertised that can help you become a tour agent. Your best bet is to take a tour or tourism course at a community college.
a. The American Society of Tour Agents (ASTA) offers a list of member tour schools.
b. A list of online and local colleges that offer tour and tourism courses.
c. Even if there is not a school in your area, many of them have online courses you can take.
4. Get a Job
At this point, there are three ways you can go about becoming a tour agent. You can get a job at a tour company or join a host company. While you could also open your own tour company, this is such a complicated process that it is not advisable to do so until you have gained experience as a tour agent.
To sign up in tour company is have many sequence, you must attend any test, before and after the test interview, there are ; Foreign language test, Interpersonal Communications, Mathematics of Business, Principles of Selling, Physical Geography, Global Health Awareness, World Regional Geography, Introduction to Business, Writing Skills, Rhetoric & Composition; Microsoft Word, Access, Excel, PowerPoint; Effective Stress Management.
Most tour company are looking for people with experience, which you cannot get until one hires you. Becoming a tour agent is a terrific way to interact with a wide variety of people, while at the same time learning a great deal about other places around the world and how to coordinating tour to and from these places. A love of tour and an enthusiasm for advising people about it are important traits for an agent to have. If a person can supplement these traits with excellent communication and computer skills, he/she is well on the way to great success in the field. The material in this article can help put such a person on the road to a very rewarding career as a tour agent.
Tour agents are the primary source of bookings for most of the major cruise lines. In addition, many resorts and specialty tour groups use tour agents to promote tour packages to their clients. In these cases, the agent will promote the packages using telemarketing, direct mail, and the Internet. They may also conduct presentations to social groups and arrange company-sponsored trips for businesses. In fact, many tour agents specialize in specific destinations or in selling to particular demographic groups.
To do their job, tour agents use a variety of published sources (many of them computer-based) for information on fares, rates, group discounts, tour promotions, hotel quality, and departure/arrival times. Part of their job often entails visiting hotels, resorts, and restaurants themselves to evaluate comfort, cleanliness, and quality as a basis for future recommendations to customers. In today's world, tour agents are confronted by increased competition from tour and airline websites who rely on customers to do their bookings directly. The major advantages a tour agent can claim are the ability to provide customized service, to arrange complex itineraries involving multiple destinations, and to save customers the hassle of researching and booking several components of a trip.
The typical day of a tour agent will consist of a lot of time spent conferring with customers face-to-face; on the phone speaking with airlines, hotels, etc.; at the computer doing research or booking reservations; and behind a desk completing paperwork. Many agents, especially those who are self-employed, will frequently work long hours although the onset of personal computers and advanced telecommunications systems make it possible for a growing number of them to work from home. Another perk of the profession is special tour benefits such as reduced rates for lodging and transportation.
If you already and have all the requirements that have been determined by the tour company, immediately signed up and hope the directors of labor in the tour company where you can register to receive you.
S
III. CONCLUSION
To join in a tour company are not as easy as in imagine, we need a variety of specific requirements that must be in the possession. You must be prepare your self to join in a tour company such as senior high school diploma sertificate, have many experience in travel, have knowledge about the destination, the history of the destination, culture, art, and etc. the most important you must have skill in communicate, become a friendly man. Remake terrible situation to good situation and you have ability in speak foreign language.
For prepare your self to become a good travel agent, this is advice for you. There are:
1. Tour. There is no better way to learn about customs regulations, currency exchange rates and passport and visa requirements than touring yourself.
2. Get a bachelor's degree. Some company prefer their agents to have a college degree.
3. Accept a job as a hotel reservationist or as a ticketing agent to gain experience selling in the industry.
4. Subscribe to tour magazines and research current tour trends online.
5. Write an excellent resume and cover letter.
Rabu, April 14, 2010
travel agen
Menjadi agen perjalanan adalah cara yang baik untuk melihat dunia, berinteraksi dengan berbagai macam orang, dan belajar banyak tentang koordinasi perjalanan melalui pesawat, kereta api, dan mobil. pekerjaan ini dilengkapi dengan berbagai keunggulan termasuk gratis atau diskon besar-besaran perjalanan ke lokasi eksotik di seluruh dunia. Agen-agen perjalanan yang bekerja untuk perusahaan-perusahaan besar sering didorong untuk melakukan perjalanan ke lokasi baru dan menarik setiap tahun sehingga mereka lebih dapat berkomunikasi dengan klien. Orang yang mencintai layanan pelanggan dan perjalanan mungkin ingin mempertimbangkan untuk menjadi agen perjalanan. Menjadi agen perjalanan juga merupakan cara yang hebat untuk berbagi kasih Anda untuk petualangan dan lokal baru dengan people.Becoming lain agen perjalanan biasanya dimulai dengan bekerja di kantor agen. Kebanyakan kantor memerlukan ijazah sekolah tinggi dan antusiasme untuk perjalanan. Beberapa agen perjalanan mungkin lebih suka orang dengan gelar tinggi dalam sejarah, bisnis, komunikasi, atau hubungan masyarakat. Perjalanan pengalaman adalah membantu, walaupun tidak diperlukan. American Society of Travel Agents menawarkan kursus korespondensi dan perjalanan khusus ditujukan untuk orang-orang yang tertarik untuk menjadi agen perjalanan. Jenis sertifikasi agen perjalanan tidak wajib, tetapi akan melengkapi aplikasi pekerjaan Anda.
Karena sistem komputer yang kompleks berinteraksi dengan agen perjalanan, menunjukkan pengetahuan komputer adalah sebuah keuntungan yang kuat pada aplikasi pekerjaan. Beberapa sekolah kejuruan dan junior college menawarkan program khusus di jenis perangkat lunak yang digunakan di agen perjalanan, dan mahasiswa hadir dengan sertifikat penyelesaian jika mereka berhasil menyelesaikan kursus. Menjadi agen perjalanan membutuhkan semakin banyak keterampilan komputer dari mengetik cepat ke manajemen database.
Beberapa agen perjalanan spesialis dalam jenis tertentu dari perjalanan seperti ekowisata, laut kapal pesiar, atau perjalanan ke daerah tertentu. Jika Anda ingin bekerja untuk sebuah agen perjalanan khusus, bersiaplah untuk menunjukkan pengetahuan luas wilayah industri perjalanan. Pengetahuan tentang bahasa asing dan keterampilan yang kuat geografi juga sangat berguna untuk agen perjalanan, yang mungkin menemukan diri mereka bernegosiasi dengan orang-orang di negara-negara lain. Cina, Perancis, Inggris, dan Spanyol adalah semua bahasa yang baik untuk belajar bagi orang-orang tertarik untuk menjadi agen perjalanan.
Hal ini juga penting untuk dapat berpikir cepat dan mendamaikan informasi dari banyak sumber. Sebagian besar dari kerumitan di perjalanan modern ditemukan dalam mengkoordinasikan berbagai metode transportasi, menginap di hotel, dan bermacam-macam barang lain dari perjalanan. Jika Anda mampu bekerja dalam lingkungan yang serba cepat dengan banyak masukan sensorik, menjadi agen perjalanan mungkin merupakan pilihan karir yang baik untuk Anda. Bersiaplah untuk menghabiskan banyak waktu di telepon, meneliti dokumen, dan mengatur jadwal untuk klien Anda. Merancang perjalanan seumur hidup untuk klien dapat menghasilkan arahan dan bisnis yang berulang, dan penting untuk memastikan bahwa setiap pelanggan penting dengan Anda.
Jika Anda menarik untuk menjadi agen perjalanan Anda sendiri, berbagai organisasi termasuk American Society of Travel Agents menawarkan program untuk membantu Anda dalam memulai agen perjalanan Anda sendiri. Perlu diketahui bahwa pengalaman terbatas dalam industri perjalanan dapat menghalangi Anda, dan Anda mungkin ingin mempertimbangkan bekerja untuk sebuah agen di komisi selama satu tahun atau lebih, sampai Anda siap untuk menyerang Anda sendiri.
Rabu, April 07, 2010
islam
Sejarah ulumul qur'an
1. PENGERTIAN ULUMUL QURAN
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Jadi, yang dimaksud dengan u`luumul qu`ran ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul."sebab-sebab turunnya al-qur`an", pengumpulan dan penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah,An-Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur`an.
Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir) karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur`an .
2. OBJEK PEMBAHASAN ULUMUL QURAN
Objek Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar :
a. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an ,
meliputi : sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan karangannya di bidang ulumul quran di setiap zaman dan tempat.
b. Pengetahuan tentang Al-Quran .
Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama al-Quran, Wahyu, Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan Madinah, Asbabun Nuzul, dst.
c. Metodologi Penafsiran Al-Quran
Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-adabnya, Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Quran, Muhkam & Mutasyabih, Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.
3. SEJARAH & PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN :
Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul quran.
A. ULUMUL QURAN pada MASA RASULULLAH SAW
Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.
Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal :60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata 'kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.'"
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga kemurnian AlQuran.
Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim)
B. ULUMUL QURAN MASA KHALIFAH
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul quran mulai berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut :
a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit
b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
c. kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.
C. ULUMUL QURAN MASA SAHABAT & TABI'IN
a. Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya.
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW , hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah:
1. Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )
2. Ibnu Masud,
3. Ibnu Abbas,
4. Ubai bin Kaab,
5. Zaid bin sabit,
6. Abu Musa al-Asy'ari dan
7. Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti merupakan sudah tafsir Quran yang sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global.
b. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya
Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka , masing-masing sebagai berikut :
1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, 'iKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.
2. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka'b al Qurazi.
3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as Sadusi.
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan imu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.
D. MASA PEMBUKUAN (TADWIN)
Perkembangan selanjutnya dalam ulumul quran adalah masa pembukuan ulumul Quran , yang juga melewati beberapa perkembangan sebagai berikut :
a. Pembukuan Tafsir Al-Quran menurut riwayat dari Hadits, Sahabat & Tabi'in
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan ( tadwin ) yang dumulai dengan pembukuan hadist denga segala babnya yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in.
Diantara mereka yang terkenal adalah, Yazid bin Harun as Sulami, ( wafat 117 H ), Syu'bah bin Hajjaj ( wafat 160 H ), Waqi' bin Jarrah ( wafat 197 H ), Sufyan bin 'uyainah ( wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112 H ).
Mereka semua adalah para ahli hadis. Sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ketangan kita.
b. Pembukuan Tafsir berdasarkan susunan Ayat
Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukil ( dipindahkan ) melalui penerimaan ( dari muluit kemulut ) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian hadis, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran at Tafsir bil Ma'sur ( berdasarkan riwayat ), lalu diikuti oleh at Tafsir bir Ra'yi ( berdasarkan penalaran ).
c. Munculnya Pembahasan Cabang-cabang Ulumul Quran selain Tafsir
Disamping ilmu tafsir lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir, diantaranya :
1. Ulama abad ke-3 Hijri
? Ali bin al Madini ( wafat 234 H ) guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbabun nuzul
? Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam ( wafat 224 H ) menulis tentang Nasikh Mansukh dan qira'at.
? Ibn Qutaibah ( wafat 276 H ) menyusun tentang problematika Quran ( musykilatul quran ).
2. Ulama Abad Ke-4 Hijri
? Muhammad bin Khalaf bin Marzaban ( wafat 309 H ) menyusun al- Hawi fa 'Ulumil Qur'an.
? Abu muhammad bin Qasim al Anbari ( wafat 751 H ) juga menulis tentang ilmu-ilmu qur'an.
? Abu Bakar As Sijistani ( wafat 330 H ) menyusun Garibul Qur'an.
? Muhammad bin Ali bin al-Adfawi ( wafat 388 H ) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.
3. Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya
? Abu Bakar al Baqalani ( wafat 403 H ) menyusun I'jazul Qur'an,
? Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi ( wafat 430 H )menulis mengenai I'rabul Qur'an.
? Al Mawardi ( wafat 450 H ) menegenai tamsil-tamsil dalam Qur'an ( 'Amsalul Qur'an ).
? Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang majaz dalam Qur'an.
? 'Alamuddin Askhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu Qira'at ( cara membaca Qur'an ) dan Aqsamul Qur'an.
d. Mulai pembukuan secara khusus Ulumul Quran dengan mengumpulkan cabang-cabangnya.
Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-quran dengan berbagai pembahasannya di tulis secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul kitab tersendiri. Kemudian, mulailah masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang lengkap, yang dikenal kemudian dengan Ulumul Qur'an. Di antara ulama-ulama yang menyusun secara khusus ulumul quran adalah sebagai berikut :
1. Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang pertama yang membukukan 'Ulumul Qur'an, ilmu-ilmu Qur'an.
2. Ibnul Jauzi ( wafat 597 H ) mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul fununul Afnan fi 'Aja'ibi 'ulumil Qur'an.
3. Badruddin az-Zarkasyi ( wafat 794 H ) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al-Burhan fii ulumilQur`an .
4. Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas Al-Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi`ul u`luum min mawaaqi`innujuum.
5. Jalaluddin As-Suyuti ( wafat 911 H ) juga kemudian menyusun sebuah kitab yang terkenal Al-Itqaan fii u`luumil qur`an.
Catatan : kitab Al-Burhan ( Zarkasyi) dan Al-Itqon ( As-Suyuti) hingga hari ini masih dikenal sebagai referensi induk / terlengkap dalam masalah Ulumul Qur'an. Tidak ada peneliti tentang ulumul quran, kecuali pasti akan banyak menyandarkan tulisannya pada kedua kitab tersebut.
E. ULUMUL QUR'AN MASA MODERN / KONTEMPORER
Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul quran pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Quran secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali membali menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul quran dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik terdahulu.
1. Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya :
a. Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,
b. Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh Sayyid Qutb,
c. Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib,
d. Masalatu tarjamatil qur`an Musthafa Sabri,
e. An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan
f. Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.
2. Kitab yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis, diantaranya :
a. Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii u`luumil qur`an.
b. Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil qur`an yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir dengan spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,
c. Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii u`lumil qur`an.
d. Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang disampaikan kepada mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.
e. Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.
Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an, dan kata ini kini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.
Catatan : Kitab Mabahitsul Quran yang ditulis Manna'ul Qattan ini juga termasuk kitab ulumul quran kontemporer yang banyak mendapat sambutan di universitas-universitas di Timur Tengah dan Dunia Islam pada umumnya. Kitab ini juga dijadikan modul untuk perkuliahan Ulumul Quran semester 1 di Universitas International Afrika, Khartoum Sudan, sebagai Mata Kuliah Umum untuk semua mahasiswa di berbagai jurusannya.
Kata u`lum jamak dari kata i`lmu. i`lmu berarti al-fahmu wal idraak (faham dan menguasai). Kemudian arti kata ini berubah menjadi permasalahan yang beraneka ragam yang disusun secara ilmiah.
Jadi, yang dimaksud dengan u`luumul qu`ran ialah ilmu yang membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi asbaabu nuzuul."sebab-sebab turunnya al-qur`an", pengumpulan dan penertiban Qur`an, pengetahuan tentang surah-surah Mekah dan Madinah,An-Nasikh wal mansukh, Al-Muhkam wal Mutasyaabih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Qur`an.
Terkadang ilmu ini dinamakan juga ushuulu tafsir (dasar-dasar tafsir) karena yang dibahas berkaitan dengan beberapa masalah yang harus diketahui oleh seorang Mufassir sebagai sandaran dalam menafsirkan Qur`an .
2. OBJEK PEMBAHASAN ULUMUL QURAN
Objek Pembahasan Ulumul Qur'an dibagi menjadi tiga bagian besar :
a. Sejarah & Perkembangan Ulumul Qur'an ,
meliputi : sejarah rintisan ulumul quran di masa Rasulullah SAW, Sahabat, Tabi'in, dan perkembangan selanjutnya lengkap dengan nama-nama ulama dan karangannya di bidang ulumul quran di setiap zaman dan tempat.
b. Pengetahuan tentang Al-Quran .
Meliputi : Makna Quran, Karakteristik Al-Quran, Nama-nama al-Quran, Wahyu, Turunnya Al-Quran, Ayat Mekkah dan Madinah, Asbabun Nuzul, dst.
c. Metodologi Penafsiran Al-Quran
Meliputi : Pengertian Tafsir & Takwil, Syarat-syarat Mufassir dan Adab-adabnya, Sejarah & Perkembangan ilmu tafsir, Kaidah-kaidah dalam penafsiran Al-Quran, Muhkam & Mutasyabih, Aam & Khoos, Nasikh wa Mansukh, dst.
3. SEJARAH & PERKEMBANGAN ULUMUL QURAN :
Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul quran.
A. ULUMUL QURAN pada MASA RASULULLAH SAW
Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Quran langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.
Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal :60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata 'kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.'"
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga kemurnian AlQuran.
Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan aku selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia akan menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim)
B. ULUMUL QURAN MASA KHALIFAH
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul quran mulai berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana berikut :
a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran yg pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit
b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil Qur'an.
c. kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.
C. ULUMUL QURAN MASA SAHABAT & TABI'IN
a. Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya.
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW , hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu para tabi'in.
Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah:
1. Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )
2. Ibnu Masud,
3. Ibnu Abbas,
4. Ubai bin Kaab,
5. Zaid bin sabit,
6. Abu Musa al-Asy'ari dan
7. Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari mereka tidak berarti merupakan sudah tafsir Quran yang sempurna. Tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih samar dan penjelasan apa yang masih global.
b. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya
Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka , masing-masing sebagai berikut :
1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, 'iKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.
2. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka'b al Qurazi.
3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as Sadusi.
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan imu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.
D. MASA PEMBUKUAN (TADWIN)
Perkembangan selanjutnya dalam ulumul quran adalah masa pembukuan ulumul Quran , yang juga melewati beberapa perkembangan sebagai berikut :
a. Pembukuan Tafsir Al-Quran menurut riwayat dari Hadits, Sahabat & Tabi'in
Pada abad kedua hijri tiba masa pembukuan ( tadwin ) yang dumulai dengan pembukuan hadist denga segala babnya yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Qur'an yang diriwayatkan dari Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in.
Diantara mereka yang terkenal adalah, Yazid bin Harun as Sulami, ( wafat 117 H ), Syu'bah bin Hajjaj ( wafat 160 H ), Waqi' bin Jarrah ( wafat 197 H ), Sufyan bin 'uyainah ( wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam ( wafat 112 H ).
Mereka semua adalah para ahli hadis. Sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ketangan kita.
b. Pembukuan Tafsir berdasarkan susunan Ayat
Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun tafsir Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka ada Ibn Jarir at Tabari ( wafat 310 H ).
Demikianlah tafsir pada mulanya dinukil ( dipindahkan ) melalui penerimaan ( dari muluit kemulut ) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah satu bagian hadis, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses kelahiran at Tafsir bil Ma'sur ( berdasarkan riwayat ), lalu diikuti oleh at Tafsir bir Ra'yi ( berdasarkan penalaran ).
c. Munculnya Pembahasan Cabang-cabang Ulumul Quran selain Tafsir
Disamping ilmu tafsir lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok pembahasan tertentu yang berhubungan dengan quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh seorang mufasir, diantaranya :
1. Ulama abad ke-3 Hijri
? Ali bin al Madini ( wafat 234 H ) guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbabun nuzul
? Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam ( wafat 224 H ) menulis tentang Nasikh Mansukh dan qira'at.
? Ibn Qutaibah ( wafat 276 H ) menyusun tentang problematika Quran ( musykilatul quran ).
2. Ulama Abad Ke-4 Hijri
? Muhammad bin Khalaf bin Marzaban ( wafat 309 H ) menyusun al- Hawi fa 'Ulumil Qur'an.
? Abu muhammad bin Qasim al Anbari ( wafat 751 H ) juga menulis tentang ilmu-ilmu qur'an.
? Abu Bakar As Sijistani ( wafat 330 H ) menyusun Garibul Qur'an.
? Muhammad bin Ali bin al-Adfawi ( wafat 388 H ) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.
3. Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya
? Abu Bakar al Baqalani ( wafat 403 H ) menyusun I'jazul Qur'an,
? Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi ( wafat 430 H )menulis mengenai I'rabul Qur'an.
? Al Mawardi ( wafat 450 H ) menegenai tamsil-tamsil dalam Qur'an ( 'Amsalul Qur'an ).
? Al Izz bin Abdussalam ( wafat 660 H ) tentang majaz dalam Qur'an.
? 'Alamuddin Askhawi ( wafat 643 H ) menulis mengenai ilmu Qira'at ( cara membaca Qur'an ) dan Aqsamul Qur'an.
d. Mulai pembukuan secara khusus Ulumul Quran dengan mengumpulkan cabang-cabangnya.
Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-quran dengan berbagai pembahasannya di tulis secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul kitab tersendiri. Kemudian, mulailah masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang lengkap, yang dikenal kemudian dengan Ulumul Qur'an. Di antara ulama-ulama yang menyusun secara khusus ulumul quran adalah sebagai berikut :
1. Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang pertama yang membukukan 'Ulumul Qur'an, ilmu-ilmu Qur'an.
2. Ibnul Jauzi ( wafat 597 H ) mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul fununul Afnan fi 'Aja'ibi 'ulumil Qur'an.
3. Badruddin az-Zarkasyi ( wafat 794 H ) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al-Burhan fii ulumilQur`an .
4. Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas Al-Burhan di dalam kitabnya Mawaaqi`ul u`luum min mawaaqi`innujuum.
5. Jalaluddin As-Suyuti ( wafat 911 H ) juga kemudian menyusun sebuah kitab yang terkenal Al-Itqaan fii u`luumil qur`an.
Catatan : kitab Al-Burhan ( Zarkasyi) dan Al-Itqon ( As-Suyuti) hingga hari ini masih dikenal sebagai referensi induk / terlengkap dalam masalah Ulumul Qur'an. Tidak ada peneliti tentang ulumul quran, kecuali pasti akan banyak menyandarkan tulisannya pada kedua kitab tersebut.
E. ULUMUL QUR'AN MASA MODERN / KONTEMPORER
Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ulumul quran pada masa kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Quran secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali membali menyusun atau menyatukan cabang-cabang ulumul quran dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik terdahulu.
1. Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran atau pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya :
a. Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i,
b. Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil qur`an oleh Sayyid Qutb,
c. Tarjamatul qur`an oleh syaikh Muhammad Musthafa Al-Maraghi yang salah satu pembahasannya ditulis oleh Muhibuddin al-hatib,
d. Masalatu tarjamatil qur`an Musthafa Sabri,
e. An-naba`ul adziim oleh DR Muhammad Abdullah Daraz dan
f. Muqaddimah tafsir Mahaasilu ta`wil oleh Jamaluddin Al-qasimi.
2. Kitab yang membahas secara umum ulumul quran dengan sistematis, diantaranya :
a. Syaikh Thahir Al-jazaairy menyusun sebuah kitab dengan judul At-tibyaan fii u`luumil qur`an.
b. Syaikh Muhammad Ali Salamah menulis pula Manhajul furqan fii u`luumil qur`an yang berisi pembahasan yang sudah ditentukan untuk fakultas ushuluddin di Mesir dengan spesialisasi da`wah dan bimbingan masyarakat dan diikuti oleh muridnya,
c. Muhammad Abdul a`dzim az-zarqani yang menyusun Manaahilul i`rfaan fii u`lumil qur`an.
d. Syaikh Ahmad Ali menulis muzakkiraat u`lumil qur`an yang disampaikan kepada mahasiswanya di fakultas ushuluddin jurusan dakwah dan bimbingan masyarakat.
e. Kitab Mahaabisu fii u`lumil qur`an oleh DR Subhi As-Shalih.
Pembahasan tersebut dikenal dengan sebutan u`luumul qur`an, dan kata ini kini telah menjadi istilah atau nama khusus bagi ilmu-ilmu tersebut.
Catatan : Kitab Mabahitsul Quran yang ditulis Manna'ul Qattan ini juga termasuk kitab ulumul quran kontemporer yang banyak mendapat sambutan di universitas-universitas di Timur Tengah dan Dunia Islam pada umumnya. Kitab ini juga dijadikan modul untuk perkuliahan Ulumul Quran semester 1 di Universitas International Afrika, Khartoum Sudan, sebagai Mata Kuliah Umum untuk semua mahasiswa di berbagai jurusannya.