Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga saat ini. Rasulullah saw diutus oleh Allah untuk berdakwah membawa ajaran yang benar. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah, banyak orang-orang yang ikut berperan serta dalam perjuangan dakwah beliau, tak terkecuali para wanita. Kaum wanita tak diragukan lagi memiliki kedudukan khusus dalam tatanan masyarakat Islam. Kedudukan itu amat mulia tidak mengurangi hak-hak mereka juga tidak menjadikan nilai kemanusiaannya rapuh. Wanita muslimah di tengah masyarakatnya ditempatkan dalam posisi yg amat mulia. Islam memandang wanita lewat kesadaran terhadap tabi’atnya hakekat risalahnya serta pemahaman terhadap konsekwensi logis dari spesial kodrat yg dianugerahkan Allah Ta’ala kepadanya. Karena itu wanita dalam masyarakat Islam memiliki peranan yg sangat penting tetapi sesuai dgn bingkai yg telah digariskan oleh Islam. Dalam kata lain peranan itu tidak bertentangan dgn kodratnya sebagi wanita yg dalam susunan biologis dan nilai-nilai kejiwaannya berbeda dgn laki-laki.
Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal, beliau digantikan oleh para khalifah untuk melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Ada 4 khalifah yaitu, Abu Bakar as Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali ibn Abu Thalib. Dimasa itu, perempuan juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu para khalifah dalam menyebarkan agama Islam.
A. Peranan perempuan pada masa Rasulullah SAW
Pada masa rasulullah ada beberapa perempuan yang sangat berperan dalam perkembangan Islam. Sejarah Islam mencatat nama-nama besar muslimah yang mempunyai peran luar biasa dibidangnya masing-masing.
1. Khodijah binti Khuwailid (istri pertama Rasulullah SAW)
Khadijah adalah orang pertama yang menyatakan iman atas kerasulan Muhammad SAW suaminya, milyuner yang rela mengorbankan harta bendanya untuk dakwah Islam, istri yang setia dalam suka maupun duka serta mendukung penuh perjuangan suami. Seperti diketahui bahwa Khadijah adalah penasehat utamanya Nabi yang selalu memberikan advokasi, setiap kali Nabi menghadapi situasi krisis. Karena itu, Khadijah dianggap sebagai patronnya Nabi. Melalui kemampuan lobinya, upaya kelompok elite mekkah untuk mengganjal perjuangan Nabi di kota itu selalu dapat digagalkan. Selain itu, sejarah mencatat bahwa Khadijah telah memberi andil yang sangat besar dalam membangun dakwah Rasulullah saw. Contohnya: Saat pertama kali Rasulullah menerima wahyu di Gua Hira, beliau merasakan sesuatu yang tidak biasanya beliau rasakan. Beliau seketika pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Saat tiba di rumah, Khadijah yang setia menyambut beliau dan menenangkan perasaan beliau dengan ucapannya, “Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Demi Allah, sama sekali Allah tidak akan pernah membuatmu merasa kesakitan. Sungguh engkau seorang yang senantiasa menyambung sanak kerabat, mengemban amanat, menolong orang yang kehilangan, menjamu tamu dan menolong orang yang sedang kesusahan.”
Mendengar ucapan Khadijah, seketika hati Nabi menjadi tenang. Sebagai istri, Khadijah telah mengambil sikap cerdas, yaitu memberikan dukungan total terhadap dakwah sang suami. Khadijah bukan hanya menjadi pelipur lara di kala duka, dia juga menyokong dakwah Nabi dengan seluruh tenaga, harta, dan pikiran, tanpa pernah merasa lelah.
2. Fatimah bin khattab
Wanita pada zaman Rasulullah juga berperan mengislamkan orang yang masih kafir, sebagaimana yang dilakukan oleh Fathimah binti Khathab. Suatu ketika, Umar yang waktu itu masih kafir berniat untuk membunuh Rasulullah. Namun di tengah jalan, ada orang yang memberitahukan bahwa saudarinya yang bernama Fathimah binti Khathab telah masuk Islam.
Dengan geram Umar segera menuju ke rumah saudarinya, Fathimah. Saat itu, di rumahnya Fathimah binti Khattab sedang duduk-duduk bersama suaminya sembari membaca Al-Qur`an Tiba-tiba Umar mengetuk pintu. Suami Fathimah menyembunyikan mushaf yang dibaca. Fathimah lalu membukakan pintu, sementara Umar masuk dan langsung memukul suami Fathimah. Fathimah dengan tegas berkata, “Tahukah engkau, bahwa kebenaran ada bukan pada agamamu.” Umar langsung menampar Fathimah hingga tersungkur jatuh ke tanah. Setelah itu Fathimah mengulangi ucapannya.
Pada waktu itu tangan Fathimah memegang lembaran Al-Qur’an. Umar memerintahkan Fathimah agar menyerahkan lembaran itu kepadanya. Fathimah dengan tegas berkata, “Wahai saudaraku, engkau tidak suci karena engkau penyembah berhala. Lembaran ini hanya boleh disentuh oleh orang yang suci.” Fathimah lalu meminta Umar untuk mandi. Setelah mandi, Fathimah menyerahkan lembaran itu. Dalam hatinya dia berharap agar saudaranya itu bisa mendapat hidayah Islam.
Umar memegang lembaran itu dan membaca surat Thaha yang tertulis pada lembaran itu. Dengan izin Allah, hati Umar akhirnya terbuka menerima Islam lewat tangan saudarinya, Fathimah binti Khathab.
3. Aisyah binti Abi Bakar (istri Rasulullah SAW)
Aisyah tidak hanya mendampingi Nabi dalam berbagai ekspedisi militernya, tetapi juga menjabarkan ajarannya. Aisyah dikenal sebagai seorang transmitter (al-rawiyah) terkemuka ajaran (hadis) Nabi. Dengan modal pengalaman sebagai aktivis lapangan semasa mendampingi Nabi, Aisyah kemudian mampu membentuk kekuatan oposisi untuk menentang rezim yang berkuasa pasca wafatnya Nabi. Terakhir, ketika menjelang detik-detik ajalnya, yang senantiasa setia merawat beliau adalah seorang wanita, dialah Aisyah ra. Dengan telaten Aisyah merawat beliau yang sedang sakit keras hingga akhirnya Rasulullah meninggal di pangkuan wanita yang mulia tersebut.
4. Asy-Syifa (ummu Sulaiman)
Asy-syifa merupakan seorang guru wanita pertama dalam Islam (salah satu muridnya adalah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah SAW), penasehat Kholifah Umar bin Khottob.
5. Rufaidah
Rufaidah adalah seorang pendiri rumah sakit dan Palang Merah pertama zaman Nabi Muhammad SAW.
6. Shafiyyah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah).
Salah seorang perempuan yang ikut langsung terjun ke medan peperangan melindungi Rasulullah dari serangan musuh adalah Shafiyyah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah). Pada waktu Perang Uhud, saat itu pasukan muslim kocar-kacir akibat tidak patuhnya regu pemanah terhadap instruksi Rasulullah. Ketika pasukan Muslim mulai melarikan diri, berdirilah Shafiyah sambil mengibas-ngibaskan tombak hendak memukulkan tombah itu ke wajah orang-orang yang lari dari medan pertempuran, seraya berkata, “Apakah kalian akan melarikan diri dan meninggalkan Rasulullah?” Dengan perkataannya ini, akhirnya para prajurit yang sedianya akan melarikan diri, kemudian berbalik dan berjuang bersama Rasulullah sampai titik darah penghabisan.
Kepahlawanan Shafiyyah juga bisa dilihat pada saat terjadi Perang Khandaq. Ketika itu para wanita dan anak-anak kaum Muslimin dikumpulkan di sebuah benteng yang dipimpin Hassan bin Tsabit. Tiba-tiba ada seorang yahudi yang mengendap-endap mengelilingi benteng, sementara semua pasukan kaum Muslimin sedang berada di medan perang. Shafiyyah bangkit dan berkata kepada Hassan bin Tsabit, “Sungguh, aku tidak akan merasa tenang jika ia sampai memberitahukan kelemahan kita, maka bangkitlah dan bunuhlah orang Yahudi itu.”
Hassan bin Tsabit berkata, “Wahai Shafiyyah, engkau telah tahu sejak dulu bahwa aku tidak mempunyai kemampuan untuk itu.”
Mendengar ucapan Hassan tersebut, Shafiyyah segera bangkit dan mengambil sebuah kayu yang keras. Dia lalu turun dari benteng untuk mengintai dan mencari kelengahan orang Yahudi tersebut. Pada saat yang tepat, Shafiyyah berhasil memukul bagian belakang kepada Yahudi itu hingga tersungkur. Shafiyyah lalu memukulnya lagi beberapa kali sampai orang Yahudi tersebut mati. Shafiyyah, sebagaimana dikatakan adalah wanita Muslimah pertama yang berhasil membunuh seorang laki-laki.
B. Peranan perempuan pada masa Khulafaur Rasidin
Banyak sosok perempuan yang ikut berperan di masa Khulafaur rasyidin, berjasa terhadap perjuangan Islam, dan memiliki kontribusi yang besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, antara lain adalah : Aisyah, al-Khunasa dan shaykhah shunda.
1. Siti Aisyah (istri Rasulullah SAW)
Aisyah sering menyampaikan gagasan-gagasannya kepada para penguasa dalam urusan kenegaraan. Aisyah juga banyak meriwayatkan hadist. Salah seorang muridnya adalah ‘Urwah bin Zubayr, menyebutkan bahwa Aisyah juga aktif dalam bidang pendalaman keilmuwan yang meliputi kajian hukum, sastra, sejarah. Aisyah terjun dikancah politik pada masa Usman bin Affan yang dengan berani menegur kebijakan Usman (sang kholifah), Pada masa pemerintahan Ali, Aisyah juga terlibat dalam peperangan, ketika terjadi perpecahan politik dalam Islam, yang dikenal dengan perang Jamal. Dikatakan perang jamal karena pada saat itu Aisyah menunggang unta.
2. Al- Khunasa
Nama lengkapnya adalah Thumadir binti Amru ibn al-Syarid as Salamiyah al Mudhriyah. Ia berasal dari keluarga Arab terpandang dan mulia, Al- Khunasa mempunyai dua saudara, Muawiyah dan Shakhr, yang sangat dicintgai dan dibanggakannya karena kedua orang ini dinilai sebagai pemuda Arab yang paling pemberani, tampan dan berperilaku baik. Al-Khunasa terlibat aktif bersama para muslimah lainnya berjuang mengembangkan Islam, dia adalah sosok perempuan yang tegar dan gigih memperjuangkan Islam, juga figur perempuan mulia yang mencintai dan setia terhadap saudaranya, istri dan ibu yang tegas, selalu membiasakan putranya dengan kesabaran, kebajikan, dan keimanan bahkan mendorong anak-anaknya ke medan perang.
2. Shaykhah shunda
Beliau mengajar berbagai disiplin ilmu, mulai dari sastra, statistika sampai puisi.
3. Fatimah Binti Muhammad SAW
Fatimah merupakan putri Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah orator ulung, terjun ke dunia politik dengan mencalonkan Ali bin Abi Tholib (suaminya) menjadi kholifah pertama sekalipun hingga akhir hayatnya tidak terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
v Munhanif, Ali. 2002. Mutiara Terpendam Perempuan dalam Literatur Islam Klasik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
v http://moektiaza.wordpress.com/2011/02/24/perkembangan-islam-di-masa-khulafaurrasyidin/
v http://irwanprayitno.info/artikel/1272426157-kartini-dan-emansipasi-muslimah.html
v http://www.oocities.org/tarjikh/Artikel/peran_wanita_dalam_sejarah.html
v 09/04 http://syafiiakrom.wordpress.com/20/18/peranan-wanita-dalam-misi-dakwah-rasulullah/
v http://blog.re.or.id/peranan-wanita-dalam-islam.htm
v Yatim, Dr. Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Setelah Nabi Muhammad SAW meninggal, beliau digantikan oleh para khalifah untuk melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Ada 4 khalifah yaitu, Abu Bakar as Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali ibn Abu Thalib. Dimasa itu, perempuan juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu para khalifah dalam menyebarkan agama Islam.
A. Peranan perempuan pada masa Rasulullah SAW
Pada masa rasulullah ada beberapa perempuan yang sangat berperan dalam perkembangan Islam. Sejarah Islam mencatat nama-nama besar muslimah yang mempunyai peran luar biasa dibidangnya masing-masing.
1. Khodijah binti Khuwailid (istri pertama Rasulullah SAW)
Khadijah adalah orang pertama yang menyatakan iman atas kerasulan Muhammad SAW suaminya, milyuner yang rela mengorbankan harta bendanya untuk dakwah Islam, istri yang setia dalam suka maupun duka serta mendukung penuh perjuangan suami. Seperti diketahui bahwa Khadijah adalah penasehat utamanya Nabi yang selalu memberikan advokasi, setiap kali Nabi menghadapi situasi krisis. Karena itu, Khadijah dianggap sebagai patronnya Nabi. Melalui kemampuan lobinya, upaya kelompok elite mekkah untuk mengganjal perjuangan Nabi di kota itu selalu dapat digagalkan. Selain itu, sejarah mencatat bahwa Khadijah telah memberi andil yang sangat besar dalam membangun dakwah Rasulullah saw. Contohnya: Saat pertama kali Rasulullah menerima wahyu di Gua Hira, beliau merasakan sesuatu yang tidak biasanya beliau rasakan. Beliau seketika pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Saat tiba di rumah, Khadijah yang setia menyambut beliau dan menenangkan perasaan beliau dengan ucapannya, “Tidak akan terjadi apa-apa padamu. Demi Allah, sama sekali Allah tidak akan pernah membuatmu merasa kesakitan. Sungguh engkau seorang yang senantiasa menyambung sanak kerabat, mengemban amanat, menolong orang yang kehilangan, menjamu tamu dan menolong orang yang sedang kesusahan.”
Mendengar ucapan Khadijah, seketika hati Nabi menjadi tenang. Sebagai istri, Khadijah telah mengambil sikap cerdas, yaitu memberikan dukungan total terhadap dakwah sang suami. Khadijah bukan hanya menjadi pelipur lara di kala duka, dia juga menyokong dakwah Nabi dengan seluruh tenaga, harta, dan pikiran, tanpa pernah merasa lelah.
2. Fatimah bin khattab
Wanita pada zaman Rasulullah juga berperan mengislamkan orang yang masih kafir, sebagaimana yang dilakukan oleh Fathimah binti Khathab. Suatu ketika, Umar yang waktu itu masih kafir berniat untuk membunuh Rasulullah. Namun di tengah jalan, ada orang yang memberitahukan bahwa saudarinya yang bernama Fathimah binti Khathab telah masuk Islam.
Dengan geram Umar segera menuju ke rumah saudarinya, Fathimah. Saat itu, di rumahnya Fathimah binti Khattab sedang duduk-duduk bersama suaminya sembari membaca Al-Qur`an Tiba-tiba Umar mengetuk pintu. Suami Fathimah menyembunyikan mushaf yang dibaca. Fathimah lalu membukakan pintu, sementara Umar masuk dan langsung memukul suami Fathimah. Fathimah dengan tegas berkata, “Tahukah engkau, bahwa kebenaran ada bukan pada agamamu.” Umar langsung menampar Fathimah hingga tersungkur jatuh ke tanah. Setelah itu Fathimah mengulangi ucapannya.
Pada waktu itu tangan Fathimah memegang lembaran Al-Qur’an. Umar memerintahkan Fathimah agar menyerahkan lembaran itu kepadanya. Fathimah dengan tegas berkata, “Wahai saudaraku, engkau tidak suci karena engkau penyembah berhala. Lembaran ini hanya boleh disentuh oleh orang yang suci.” Fathimah lalu meminta Umar untuk mandi. Setelah mandi, Fathimah menyerahkan lembaran itu. Dalam hatinya dia berharap agar saudaranya itu bisa mendapat hidayah Islam.
Umar memegang lembaran itu dan membaca surat Thaha yang tertulis pada lembaran itu. Dengan izin Allah, hati Umar akhirnya terbuka menerima Islam lewat tangan saudarinya, Fathimah binti Khathab.
3. Aisyah binti Abi Bakar (istri Rasulullah SAW)
Aisyah tidak hanya mendampingi Nabi dalam berbagai ekspedisi militernya, tetapi juga menjabarkan ajarannya. Aisyah dikenal sebagai seorang transmitter (al-rawiyah) terkemuka ajaran (hadis) Nabi. Dengan modal pengalaman sebagai aktivis lapangan semasa mendampingi Nabi, Aisyah kemudian mampu membentuk kekuatan oposisi untuk menentang rezim yang berkuasa pasca wafatnya Nabi. Terakhir, ketika menjelang detik-detik ajalnya, yang senantiasa setia merawat beliau adalah seorang wanita, dialah Aisyah ra. Dengan telaten Aisyah merawat beliau yang sedang sakit keras hingga akhirnya Rasulullah meninggal di pangkuan wanita yang mulia tersebut.
4. Asy-Syifa (ummu Sulaiman)
Asy-syifa merupakan seorang guru wanita pertama dalam Islam (salah satu muridnya adalah Hafshah binti Umar, istri Rasulullah SAW), penasehat Kholifah Umar bin Khottob.
5. Rufaidah
Rufaidah adalah seorang pendiri rumah sakit dan Palang Merah pertama zaman Nabi Muhammad SAW.
6. Shafiyyah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah).
Salah seorang perempuan yang ikut langsung terjun ke medan peperangan melindungi Rasulullah dari serangan musuh adalah Shafiyyah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah). Pada waktu Perang Uhud, saat itu pasukan muslim kocar-kacir akibat tidak patuhnya regu pemanah terhadap instruksi Rasulullah. Ketika pasukan Muslim mulai melarikan diri, berdirilah Shafiyah sambil mengibas-ngibaskan tombak hendak memukulkan tombah itu ke wajah orang-orang yang lari dari medan pertempuran, seraya berkata, “Apakah kalian akan melarikan diri dan meninggalkan Rasulullah?” Dengan perkataannya ini, akhirnya para prajurit yang sedianya akan melarikan diri, kemudian berbalik dan berjuang bersama Rasulullah sampai titik darah penghabisan.
Kepahlawanan Shafiyyah juga bisa dilihat pada saat terjadi Perang Khandaq. Ketika itu para wanita dan anak-anak kaum Muslimin dikumpulkan di sebuah benteng yang dipimpin Hassan bin Tsabit. Tiba-tiba ada seorang yahudi yang mengendap-endap mengelilingi benteng, sementara semua pasukan kaum Muslimin sedang berada di medan perang. Shafiyyah bangkit dan berkata kepada Hassan bin Tsabit, “Sungguh, aku tidak akan merasa tenang jika ia sampai memberitahukan kelemahan kita, maka bangkitlah dan bunuhlah orang Yahudi itu.”
Hassan bin Tsabit berkata, “Wahai Shafiyyah, engkau telah tahu sejak dulu bahwa aku tidak mempunyai kemampuan untuk itu.”
Mendengar ucapan Hassan tersebut, Shafiyyah segera bangkit dan mengambil sebuah kayu yang keras. Dia lalu turun dari benteng untuk mengintai dan mencari kelengahan orang Yahudi tersebut. Pada saat yang tepat, Shafiyyah berhasil memukul bagian belakang kepada Yahudi itu hingga tersungkur. Shafiyyah lalu memukulnya lagi beberapa kali sampai orang Yahudi tersebut mati. Shafiyyah, sebagaimana dikatakan adalah wanita Muslimah pertama yang berhasil membunuh seorang laki-laki.
B. Peranan perempuan pada masa Khulafaur Rasidin
Banyak sosok perempuan yang ikut berperan di masa Khulafaur rasyidin, berjasa terhadap perjuangan Islam, dan memiliki kontribusi yang besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, antara lain adalah : Aisyah, al-Khunasa dan shaykhah shunda.
1. Siti Aisyah (istri Rasulullah SAW)
Aisyah sering menyampaikan gagasan-gagasannya kepada para penguasa dalam urusan kenegaraan. Aisyah juga banyak meriwayatkan hadist. Salah seorang muridnya adalah ‘Urwah bin Zubayr, menyebutkan bahwa Aisyah juga aktif dalam bidang pendalaman keilmuwan yang meliputi kajian hukum, sastra, sejarah. Aisyah terjun dikancah politik pada masa Usman bin Affan yang dengan berani menegur kebijakan Usman (sang kholifah), Pada masa pemerintahan Ali, Aisyah juga terlibat dalam peperangan, ketika terjadi perpecahan politik dalam Islam, yang dikenal dengan perang Jamal. Dikatakan perang jamal karena pada saat itu Aisyah menunggang unta.
2. Al- Khunasa
Nama lengkapnya adalah Thumadir binti Amru ibn al-Syarid as Salamiyah al Mudhriyah. Ia berasal dari keluarga Arab terpandang dan mulia, Al- Khunasa mempunyai dua saudara, Muawiyah dan Shakhr, yang sangat dicintgai dan dibanggakannya karena kedua orang ini dinilai sebagai pemuda Arab yang paling pemberani, tampan dan berperilaku baik. Al-Khunasa terlibat aktif bersama para muslimah lainnya berjuang mengembangkan Islam, dia adalah sosok perempuan yang tegar dan gigih memperjuangkan Islam, juga figur perempuan mulia yang mencintai dan setia terhadap saudaranya, istri dan ibu yang tegas, selalu membiasakan putranya dengan kesabaran, kebajikan, dan keimanan bahkan mendorong anak-anaknya ke medan perang.
2. Shaykhah shunda
Beliau mengajar berbagai disiplin ilmu, mulai dari sastra, statistika sampai puisi.
3. Fatimah Binti Muhammad SAW
Fatimah merupakan putri Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah orator ulung, terjun ke dunia politik dengan mencalonkan Ali bin Abi Tholib (suaminya) menjadi kholifah pertama sekalipun hingga akhir hayatnya tidak terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
v Munhanif, Ali. 2002. Mutiara Terpendam Perempuan dalam Literatur Islam Klasik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
v http://moektiaza.wordpress.com/2011/02/24/perkembangan-islam-di-masa-khulafaurrasyidin/
v http://irwanprayitno.info/artikel/1272426157-kartini-dan-emansipasi-muslimah.html
v http://www.oocities.org/tarjikh/Artikel/peran_wanita_dalam_sejarah.html
v 09/04 http://syafiiakrom.wordpress.com/20/18/peranan-wanita-dalam-misi-dakwah-rasulullah/
v http://blog.re.or.id/peranan-wanita-dalam-islam.htm
v Yatim, Dr. Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada