Sebagai suatu
unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan
perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat
digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna atau yang disebut semantik.
Semantic didalam buku John Lyons (1977) dikatakan bahwa semantic itu adalah “the meaning of meaning” atau pengertian
dari sebuah arti.
Pemahaman
mengenai makna adalah hal yang urgen bagi para pelajar bahasa khususnya pelajar
bahasa Inggris. Ada banyak sekali kata hingga kalimat didalam bahasa Inggris
yang bila tidak dianalisis secara semantic maka akan berbeda pemaknaannya.
Contohnya kata “under skin” yang jika
diartikan secara tekstual maka akan bermakna “di bawah kulit” tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah “menyakitkan hati”. Hal inilah yang
banyak menimbulkan misintrepetasi dibanyak pelajar bahasa. Permasalahan ini
juga dialami oleh banyak pelajar bahasa Inggris di STAIN Parepare.
Banyak diantara
pelajar yang cenderung mengartikan bahasa dari segi tekstualnya saja tanpa
memperhatikan segi kontekstual seperti unsur psikologi, situasional dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk kita memperjelas mengenai
hal ini. Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai apa yang disebut mengenai
semantic dan hal-hal yang berhubungan erat dengan apa yang disebut pemaknaan
bahasa.
Semantik
dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa
Yunani Sema (Nomina) ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’.
Istilah tersebut digunakan oleh para ahli bahasa untuk menyebut bagian ilmu
bahasa yang mempelajari tentang makna. Di mana semantik merupakan bagian dari
tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis)
dan semantik.
Menurut
ahli bahasa yakni Ferdinan de Saussure (1966), tanda lingustik terdiri dari
beberapa komponen yang terdiri di antaranya :
a) Komponen
yang menggantikan, yang berwujud bunyi bahasa.
b) Komponen
yang diartikan atau makna dari komponen pertama.
Maka
dari kedua pernyataan komponen yaitu tanda atau lambang, dan sedangkan yang
ditandai atau dilambangkan adaah sesuatu yang berada di luar bahasa, atau yang
lazim disebut sebagai referent/ acuan / hal yang ditunjuk.
Maka
dapat disimpulkan bahwa ilmu semantik yaitu ilmu yang mempelajari tentang
hubungan makna atau arti dalam suatu kata yang digunakan dalam pembicaraan
keseharian.
Kata
dan hubungannya
Kata
berhubungan dengan bahasa dan filosofi, di mana semua orang dapat mengerti tapi
biasanya akan terdapata kesulitan dalam memahaminya. Karena ini biasanya terdapat
eksistensi kata merujuk pada definisi dari apa makna dari kata tersebut.
Sebagai
contohnya; pemegang buku dan macis api kayu. Meskipun kita tahu bahwa untuk
memberi makna terhadap kata tersebut. Terlebih dahulu yang harus diperhatikan
yakni mengartikan kata buku dan juga
maknanya sesuai dengan makna yang sebenarnya. Namun akan terdapat kesulitan karena pada dasarnya
untuk memberikan makna, ini karena harus berdasarkan pada intuisi dari
perubahan makna tersebut.
Meskipun
secara spesifik perubahan yang ditimbulkan dari arti kata mengikut
pengertiannya kadang memberikan kesalahfahaman terhadap kata yang digunakan.
Akan tetapi ketika dengan komunikasi yang jelas dengan menggunakan bunyi dan
tanda pada kata tersebut, maka tidak akan ada permasalahn dalam komunikasi
karena akan mudah untuk difahami. Ini karena ketika seseorang itu mampu memahami dan
mengetahui tentang semantik. Selain itu juga, seseorang itu akan mampu
mengatasi kesalahfahaan ketika dalam konunikasi karena ia memiliki ide dari
kata yang dihasilkannya
Misalkan,
pengucapan pada kata matahari dan anak. Dari kedua kata tersebut, kita dapat
melihat beberapa perbedaan yakni dari segi makna tapi dalam penyebutannya sama. Maka dari kata tersebut,
dapat dilihat hubungan yang di sebut dengan “homophony”.
Selain
dari hubungan tersebut, terdapat juga hubungan lain mengenai kata yakni
synonim. Di mana kata sama dalam penyebutannya tapi dalam pemaknaan ia berbeda.
Sebagai contohnya; sedikit dan kecil yang biasanya dalam pembicaraan itu
mengalami kesalahfahaman di antara pembicara ketika menggunakan kata sedikit
dan kecil. Akan tetapi, ketika pembicara mengutarakan apa yang mereka katakan
pada orang lain, maka ia akan dapat membedakannya sehingga dapat dikatakan
synonim karena memiliki makna yang berbeda-beda.
Sehubungan
dari itu juga, hubungan kata jugak dapat dilihat dari kata antonym yakni
perbedaan pada makna kata. Ini karena, banyak kata berlawanan yang berpasangan
dalam pemaknaan. Sebagai contohnya dalam antonym, panas dan sejuk, hangat dan
sejuk. Masing-masing mempunyai perbedaan. Namun, antonym mempunyai ciri yang
bertentangan yang tidak hanya dari pengelompokan dari kata antonym. Tapi
antonym juga memiliki pengelompokan kata yang saling berkaitan erat misalkan ‘kata
penjual dan pembeli’ yang memiliki hubungan yang sangat erat.
Synonim
dan antonim dapat dilihat dari kasus yang berbeda. Contohnya banyak kelopok
kata seperti golf, pukulan, alat pukul, hubungan
yang sangat dekat. Selain itu juga, kelompokkan kata yang sangat jelas yaitu
dapat dilihat dari pengelompokan warna seperti merah, kuning hijau dan biru. Sebagaimana
setiap hubungan semua kata-kata membutuhkan karakteristik yang lengkap dalam
sebuah pembelajaran tentang makna.
B. Kamus
dan kosa kata
Kamus tidak
memberi makna dari kata. Kamus hanya memberikan contoh pada setiap
menggunaannya. Dalam kamus moderen. Umumnya tidak menetapkan, memilih kata dan
juga menentukan maknanya. Sehingga kalimat yang dikatakan akan mengikut sastra
bahasa. Sehingga kalimat yang telah ada bertujuan untuk menyimpulkan makna.
Pada
dasarnya, kamus dan kosa kata, meliputi perbedaan dari segi sejarah bahasa.
Yakni persamaan (synonym) dan contoh kalimat. Dapat dilihat dari
penggunaan percakapan keseharian, atau
kata lain. Kosa kata (lexicon) disusun melalui isi makna atau isi ejaan.
Lexicon mempunyai hubungan yang logik mengikut item. Contohnya, kata kerja
membeli memerlukan 4 kata kerja yang berhubungan yakni, pembeli, penjual,
sesuatu yang bagus dibeli serta duit digunakan untuk membeli. Akhrinya lexicon
terdapat menggunakan affix, dan idioms yang terdapat dalam kamus.
Sebagai
contohnya dalam penggunaan affix yakni suffix dan free-fix. Di mana menmbahkan
inbuhan pada kata yang bisa mengubah makna dari kata yang terdapat imbuhan.
Be-lajar
Penambahan pada Pe/Be dapat membedakan makna dari kata tersebut yang merupakan
imbuhan dari fee-fix. Sedangkan imbuhan pada suffix yakni:
Mother Mothered
Di mana kata ibu menjadi keibuan
karena terdapat suffix. Di mana kata mother di tambahkan imbuhan ed pada akhir kata sehingga maknanya
berubah. Sedangkan ketika kata di tambahkan suffix dan free-fix akan terdapat
dua makna yakni:
Hilang Kehilangan
Kata hilang yang menandakan
barangnya telah hilang entah di mana ia letakkan sedangkan ketika terdapat
suffix dan free-fix ia menandakan ia telah kehilangan sesuatu yang telah di
ambil oleh orang lain (dicuri).
C. Makna
dalam kalimat
Makna kata
sangat berhubungan dengan kalimat. Dan yang lebih penting dalam hubungannya
dapat dilihat dari beberapa point antaranya; perkiraan. Bertanggungjawab,
penyangkalan, susunan, keganjilan dan persamaan.
Perkiraan adalah
merujuk pada suatu situasi yang dapat ditemukan dalam makna kalimat. Sebagai
contohnya, john menyalahkan mary melakukan itu. Dapat dilihat dari kalimat
tersebut bahwa kata menyalahkan itu adalah anak kalimat yang yang merujuk pada
sifat yang kurang senang terhadap apa yang telah terjadi atau kata perkiraan.
Kata berhubungan
dapat dikatakan sebagai makna dari satu kalimat itu terdapat dalam kalimat
lain. Dalam kata lain, kalimat kedua itu mengikut kalimat pertama. Akan tetapi
jika kata penyangkalan itu adalah jika kalimat pertama benar maka kalimat keda akan salah dan juda todak
memiliki pemikiran yang logis dari kalimat pertama.
Sebagai
contohnya; wilkims tidak ingin menjual kebunnya dan wilkims berharap dia
menjual kebunnya. Dapat dilihat dari kalimat pertama ia memiliki kata penyangkalan.
Namun dalam memberikan
makna terhadap suatu kalimat akan terdapat kesulitan lain dalam menganalisis
makna. Ini karena adanya kenyataan bahwa tidak selalu penanda dan referent-nya
memiliki hubungan satu lawan satu. Yang artinya, setiap tandalingustik tidak selalu
hanya memiliki satu makna.
Kadang satu
tanda lingustik memiliki dua acuan atau lebih. Dan sebaliknya, dua tanda
lingustik, dapat memiliki satu acuan yang sama. Hubungan tersebut dapat
digambarkan dengan contoh-contoh berikut :
Bisa
Racun
Dapat
Buku Lembar kertas berjilid
Kitab
a Komponen
makna
Menurut
Katz dan Fodor, komponen makna terdapat dua bagian yakni; kamus dan ketentuan
pembentukan. Kamus menjelaskan tentang keterangan jenis kata dan juga keterangan mengenai makna tentang
perbedaan makna menurut lexical. Sebagai contoh, pada figure 12-1. Di mana Katz
dan Fodor menjelaskan karakteristik sarjana muda (kata benda) pada konsep makna
sehingga makna dapat ditafsirkan sebagai makna ganda, ganjil di mana mempunyai
hubungan dalm mencari makna.
Ketentuan
pengelompokan yakni dilihat pada aspek perbedaan makna bahasa yang bisa
digabungkan mengikut kategori bahasa sehingga dapat menghasilkan makna kalimat.
Misalkan, lelaki itu memukul bola yang berwarna. Maka ketentuan pengelompokan
akan memastikan berwarna itu keterangan dari bola yang di pukul. Sehingga ketentuan
pengelompokan kata akan merubah kata berwarna itu menjadi warna tersendiri yang
lebih mudah dikenali misalkan, merah, kuning, hijau dan sebagainya. Untuk lebih
jelasnya maka pada figure 12-2 ( anjing itu menggigit tulang)
a) Teory
Chomsky
(1971) mengatakan bahwa tatabahasa adalah relevan pada interpresion makna.di
mana dua menduga dan fokus. Fokus merupakan merujuk pada pembicara dan
pendengar. Yang merujuk pada nada suara ketika berbicara. Seperti kalimat
tersebut;
Mary meninggalkan bukunya di ata meja
Mary meninggalkan bukunya di ata meja
Dari
intonasi tersebut sudah tentu akan menghasilkan makna yang berbeda di antara
kalimat. Pada kalimat pertama pendengar akan menduga mary’s meninggalkan
bukunya dan pembicara mengatakn dia meletakkan bukunya di atas meja bukan di
atas kursi. Ini fokus pada informasi yang ditanyakan pada pendengar. Sedangkan
pada kalimat kedua, mary meninggalkan sesuatu di atas meja, dan pembicara
mengatakan dia meninggalkan buku bukan surat kabar atau pen. Dalam kata lain,
nada suara adalah megubah makna.