Bahasa Malimpung merupakan salah satu dari 4 bahasa yang ada
dituturkan Suku Massenrempulu. Friberg dan Friberg (1985) pada mulanya
mengklasifikasi bahasa ini ke dalam sub dialek Bugis Sawitto namun pada
penelitian selanjutnya Friberg dan Laskowske (1989) merubah klasifikasi
tersebut dan memasukkan Bahasa Malimpung sebagai salah satu Bahasa
Massenrempulu.
Menurut Druce dalam bukunya The Lands West of The Lakes
(2009), Bahasa Malimpung merupakan Sub Bahasa Massenrempulu yang paling
dekat/mirip dengan Bahasa Bugis Pinrang (Dialek Sawitto) dibandingkan dengan
Bahasa Massenrempulu lainnya [Bahasa Maiwa, Bahasa Enrekang (Pattinjo) dan
Bahasa Duri]. Secara geografis, bahasa ini dituturkan di wilayah Ajattapareng
meliputi Malimpung, Urung dan sebagian Sulili di Kabupaten Pinrang. Ditambahkan
Druce bahwa penutur bahasa ini sebenarnya berasal dari Kabupaten Enrekang yang
dikarenakan faktor sosial dan ekonomi akhirnya berpindah dan menetap di wilayah
yang sekarang.
Proses asimilasi dari banyaknya rumpun bahasa Sulawesi
Selatan menjadikan bahasa ini kaya akan unsur serapan dari bahasa-bahasa yang
lain atau dengan kata lain memiliki banyak persamaan dengan bahasa-bahasa yang
lain yang ada di Sulawesi Selatan sehingga memiliki keunikan tersendiri
dibanding bahasa-bahasa lain. Pencampuran dari bahasa-bahasa tersebut dapat
dilihat dalam kalimat sebagai kalimat berikut: “Tae’ kussengngi yaku mabbaca
oki’ qur’an, adikku ratu’ mussengngi = saya tidak tahu membaca al-Qur’an, adik
saya yang tahu.” Atau dalam kalimat berikut ini: “cuannara ambo’ goling pole
kalimantang wannni ’ = Hanya bapak sendiri yang pulang dari Kalimantan
kemarin”.
Berikut beberapa kosakata yang ada di dalam bahasa
Malimpung:
1) Saya = Yaku’
2) Kamu = Kita’
3) Perempuan = Taubene
4) Laki-Laki = Taumane
5) Anak-anak = Nana’
6) Cantik/Ganteng = Magaratta’
7) Ibu = Indo’/ amma’
8) Bapak = Ambo’/Bapa’
9) Pergi = Likka
10) Datang = Angka
11) Duduk = Cado’
12) Berdiri = Ttojo
13) Berlari = Lari
14) Berjalan = Kalikka-likka
15) Tertawa = Macawa
16) Diam = Mammakko’
17) Lega = Masannang
18) Sulit/Bersusah hati = Masussa
19) Banyak = Maega
20) Sedikit = Ciddi’
21) Tidak = Taeng
22) Iya = Iye’
23) Jangan = Da’a
24) Besar = Battoa
25) Kecil = Mabiccu’
Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa yang dengan
penutur hanya sekitar 5000 orang ini mulai banyak ditinggalkan dan bahkan
karena kedekatan geografis antara Suku Bugis di daerah Sawitto membuat
terjadinya asimilasi budaya dan bahasa. Membuat penutur Bahasa Malimpung
seperti kehilangan identitas sebagai Penutur Bahasa Massenrempulu dan lebih
cenderung mengidentifikasi diri mereka sebagai Penutur Bahasa Bugis. Hal ini
juga sebagai akibat doktrin Pemerintah Indonesia yang mengakui bahwa di
Sulawesi Selatan hanya terdiri dari 4 suku saja yaitu Mandar, Makassar, Toraja
dan Bugis. Sementara Suku Massenrempulu yang notabenenya juga memiliki bahasa
dan budaya tersendiri selalu digolongkan sebagai sub suku dari Bugis.
Tulisan Non-Ilmiah Yang kebenarannya masih bersifat subjektif, Disadur dari berbagai artikel.