Pengertian Amsal Al-Qur’an
Amsal Al-Qur’an terdiri dari dua kata yakni amsal dan Al-Qur’an. Amsal berasal dari مثل – يمثل – الامثال(masa-yamsilu-amsal) yang berarti sama, serupa, atau perumpamaan. Amsal juga berarti العبر ة artinya contoh atau teladan, dan amsal juga bermakna الشبهة yang berarti kesamaan atau penyempurnaan. Adapun definisi amsal adalah : menonjolkan sesuatu makna yang abstrak dalam bentuk indrawi agar menjadi indah dan menarik.
Kata masal digunakan pula untuk menunjukkan arti “keadaan” dan “kisah yang menakjubkan”. Dengan pengertian inilah ditafsirkan kata-kata “masal” dalam sejumlah besar ayat. Misalnya firman Allah :
مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ ءَاسِنٍ
Artinya : (Apakah) masal syurga yang didalamnya ada sungai-sungai dasar liar yang tiada berubah rasa dan baunya…(Muhammad (47): 15). Maksudnya : kisah dan sifat syurga yang sangat menakjubkan.
Ibnu Qayyim mendefinisikan amsal Al-Qur’an dengan menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan yang indrawi (konkret mahsus), atau mendekatkan salah satu dari dua maksud dengan yang lain dan menganggap salah satu sebagai yang lain. Menurut pendapat lain: amsal Al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkat dan menarik yang mengena dalam jiwa baik dalam tasybih maupun majaz mursal. Dari beberapa pengertian di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa amsal Al-Qur’an adalah suatu perumpamaan atau ungkapan-ungkapan dengan gaya bahasa yang indah yang diberikan oleh Allah swt melalui Al-Qur’an berupa ungkapan singkat, jelas dan padat untuk dijadikan sebagai ibarat teladan yang baik dalam rangka meningkatkan iman kita kepada Allah swt.
Macam-Macam Amsal dalam Al-Qur’an
Dalam memahami macam-macam amsal, ulama telah berusaha untuk mengklasifikasikannya sehingga amsal dapat dibagi tiga macam, amsal musarraha, amsal kaminah dan amsal mursalam
1. Amsal Musharah
Amsal musharah ialah yang didalamnya dengan lafaz amsal atau sesuatu yang menunjukkan tasybih. Amsal seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an diantaranya :Firman Allah mengenai orang munafik
“Perumpamaan (masal) mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat, sampai dengan sesungguhnya Allah atas segala sesuatu.”
Mengenai masal mereka yang berkenaan dengan air (maai) Allah menyerupakan mereka dengan keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu dan ia meletakkan jari jemari untuk menyumbat telinga bahwa Al-Qur’an dengan salah peringatan, perintah larangan dan khitabnya bagi mereka tidak ubahnya dengan petir yang turun sambar menyambar.
2. Amsal Kaminah
Amsal kaminah ialah ayat didalamya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tamsil, tetapi menunjukkan makna-makna yang indah, menarik dalam kepadanya redaksinya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Perumpamaan yang tersirat pada amsal kaminah bersifat pada makna dan penuh pesona bahasa, sehingga dapat memberikan perumpamaan yang lebih tepat pada sasaran yang diperbandingkan dan kesannya pun akan lebih mudah diserap.
Adapun contoh mengenai hal ini diantaranya ayat-ayat ilahi yang bertendensikan pada pembentukan cara hidup dalam batas-batas kewajaran misalnya:
Contohnya QS al Baqarah (2) : 68
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ
Terjemahnya : Sapi betina yang ada tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu ……
3. Amsal Mursalat
Mursalat berarti ungkapan lepas yang tidak terkait dengan lafadz tasybih, tetapi ayat-ayat itu digunakan seperti penggunaannya peribahasa.
Secara selintas, ciri utamanya adalah sama dengan ciri utama peribahasa, ungkapan atau kalimatnya ringkas; berisikan perbandingan, perumpamaan, nasehat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku.
Terdapat beberapa contoh :
قُلْ كُلٌّ يَعْمَلُ عَلَى شَاكِلَتِهِ~…… (الاسراء (17) : 84)
Katakanlah ! Tiap orang berkarya sesuai profesinya….
أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
Bukankah subuh itu sudah dekat
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.,…..
لا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ
Tidak sama yang buruk dengan yang baik
Manfaat Amsal dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang bisa dijadikan petunjuk mengenai apa manfaat dan kegunaan amsal itu, diantaranya al Hasyr (59) : 21, supaya manusia berpikir, al Ankabut (29) : 43, orang-orang yang berilmu menggunakan akal untuk menganalisisnya, dan az Zumar (39) : 27, supaya manusia berzikir. Ada kesamaan yang bisa terlihat dalam ketiga ayat tersebut, yaitu bahwa amsal itu untuk manusia. Kemudian terlihat pula tiga fungsi jiwa manusia yang terkait dengan amsal itu, yatafakkar, ya’kil, dan yatadzakkar. Ini menunjukkan saat tertentu.
Al Qattan menunjukkan beberapa manfaat amsal Al-Qur’an dimaksudkan untuk memudahkan penggunaannya, yaitu :
a. Menonjolkan sesuatu yang ma’qul (abstrak) ke dalam bentuk yang konkret sehingga dapat dirasakan atau mudah dihayati oleh manusia. Misalnya, Allah membuat masal bagi keadaan orang yang memanfaatkan harta dengan riya’ seperti amsal pada QS. Al Baqarah (2) : 264
كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا
b. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
c. Menyingkapkan hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang tidak tampak seakan-akan tampak atau transparansi menjadikan yang gaib seakan dapat langsung disaksikan. Seperti amsal dalam QS. Al Baqarah (2) : 275 :
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ
Terjemahnya : Orang-orang yang makan (mengambil) riba’ tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan (tekanan) penyakit gila.
Kamis, Juni 24, 2010
islam