PENGARUH FAKTOR PSIKOLOGIS TERHADAP KEMAHIRAN MEMBACA SISWA

Perkembangan dunia pendidikan berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada masyarakat untuk selalu tanggap terhadap isu-isu global, utamanya bagi kalangan siswa. Siswa yang merupakan pelaku utama dalam pendidikan haruslah berusaha ekstra keras untuk menyelaraskan diri dan menyeleksi segala isu dan paradigma yang disodorkan kepadanya, terutama ketika dalam proses belajar mengajar.

Oleh karena itu demi meningkatkan eksistensi siswa di dalam proses belajar mengajar, maka sangatlah diperlukan adanya budaya membaca bagi para pelajar, karena selain mengefektifkan proses belajar mengajar, siswa juga dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu untuk menjawab tantangan hidup pada masa-masa yang akan datang.

Burns, dkk (1996) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus , dan anak-anakyang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca.

Dr. Farida Rahim, M.Ed. (2007) mengemukakan bahwa pada dasarnya membaca tidak hanya sekedar menyuarakan bunyi-bunyi bahasa atau mencari arti kata-kata sulit dalam suatu teks bacaan. Akan tetapi, lebih dari itu, membaca melibatkan pemahaman memahami apa yang dibacanya, apa maksudnya, dan apa implikasinya. Bayangkan jika seorang anak (SD) hanya bisa melafalkan kata-kata tanpa bisa memahami apa maksud dari kata-katanya maka kegiatan yang dilakukannya kurang bermakna.

Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan jutaan koran diterbitkan setiap hari. Ledakan informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-siswanya. Walaupun tidak semua informasi perlu dibaca, tetapi jenis-jenis bacaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan patutnya perlu dibaca.

Walaupun informasi bisa ditemukan dari media lain seperti televisi dan radio, namun peran membaca tak dapat tergantikan sepenuhnya. Membaca tetap memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua informasi bisa didapatkan di televisi dan radio.

Melihat sangat pentingnya kemampuan membaca bagi para siswa , maka memang sangat perlulah kita selalu membudidayakan membaca di sekolah.Tetapi permasalahan yang dihadapi sekarang terutama di Indonesia, realitas membuktikan bahwa masih ada orang yang sudah duduk di bangku SMP ataupun di SMA tetapi belum terlalu mahir dalam membaca. Sebenarnya apa yang menjadikan hal tersebut ? Apakah sistem yang menjadikan hal tersebut ? Ataukah kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya untuk mahir dalam membaca, ataukah adanya faktor psikis yang membuat siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam membaca, faktor kemalasan misalnya.

Benarkah seseorang yang mempunyai sifat pemalas, lebih susah untuk mahir dalam membaca ketimbang orang yang rajin belajar? Atau apakah seseorang yang cenderung memiliki emosi yang labil lebih susah untuk mahir dalam membaca? Itu semua adalah pernyataan yang masih perlu dikaji kebenarannya.

Berkaca pada persoalan ini , maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian mengenai penyebab rendahnya kemampuan membaca seseorang jika ditinjau dari psikologis.

A. MEMBACA
1. Pengertian dan hakikat membaca
Menurut S.J Crawley dan L Mountain (Crawley, 1995) dalam bukunya "Strategies for Guiding Content Reading", mengatakan bahwa membaca adalah suatu proses berfikir yang mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Lebih lanjut Crawley juga membahas mengenai tiga komponen dasar dalam proses membaca yakni proses recording (mengasosiasikan kata-kata atau kalimat dengan bunyi-bunyi yang sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan), decoding (penyandian), dan meaning (pemahaman makna). Sedangkan menurut Wikipedia berbahasa Indonesia Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah dua cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat termasuk hiburan, khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor. Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca. Membaca dapat menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi bagi orang yang membaca.

Membaca merupakan salah satu fungsi tertinggi otak manusia. Secara teoritis, membaca adalah suatu proses rumit yang melibatkan aktivitas auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan), untuk memperoleh makna dari simbol berupa huruf atau kata. Aktivitas membaca meliputi 2 proses, yaitu proses membaca teknis dan proses memahami bacaan. Proses membaca teknis adalah suatu proses pemahaman hubungan antara huruf dan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Proses ini disebut sebagai pengenalan kata. Misalnya anak mengucapkan, baik dalam hati maupun bersuara, seperti kata "adik minum", yang tercetak merupakan proses membaca teknis. Proses memahami bacaan merupakan kemampuan siswa untuk menangkap makna kata yang tercetak. Pada waktu melihat tulisan "adik minum", anak tahu bahwa yang minum bukan ayah, atau adik dalam tulisan itu tidak sedang makan. Penguasaan kosakata sangat penting dalam memahami kata-kata dalam bacaan.
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, akan tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,psikolinguistik dan metakognitif. sebagai proses visual membaca merupakan proses menterjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pemahaman kata bisa berupa aktifitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.

2. Tekhnik dan komponen membaca
P.C. Burns (Burns, 1996) dalam bukunya yang berjudul "Teaching Reading in Today's Elementary Schools", mengemukakan bahwa komponen kegiatan membaca terdiri atas proses dan produk. Dalam bukunya Burns juga memaparkan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar.

Menurut Makhrif, seorang blogger berkebangsaan Malaysia dalam situsnya mahirkb.tripod.com mengemukakan bahwa Seseorang pelajar umumnya terpaksa banyak membaca. Dalam konteks sekolah, pelajar digalakkan mendapatkan pengetahuan dari berbagai sumber. Mereka membaca untuk berbagai tujuan. Ada waktunya mereka perlu membaca secara meluas atau ekstensif. Ada waktunya pula mereka perlu membaca secara intensif atau mendalam. Untuk menjadi seorang pembaca yang berkesan, pelajar perlu menguasai dan mengamalkan beberapa teknik membaca. Oleh itu guru perlu membimbing para pelajar menguasai teknik-teknik tersebut yang dimulai dari tingkat sekolah dasar. Dalam konteks sekolah, pelajar membaca untuk berbagai tujuan-tujuan seperti yang berikut; untuk mendapatkan pengetahuan atau fakta berkaitan dengan sesuatu tema atau persoalan untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang suatu tema atau masalah untuk memahami suatu masalah untuk mengumpulkan berbagai pendapat berkaitan dengan suatu persoalan. Secara umumnya seseorang perlu menguasai dua teknik membaca, yaitu; membaca seksama (intensif) dan membaca kritis (ekstensif). Untuk membaca intensif seseorang dapat menggunakan teknik skimming dan scanning, sedangkan membaca kritis seseorang dapat menggunakan teknik seperti KWLH dan SQ3R. Teknik Membaca KWLH adalah singkatan dari; K (know) Apa yang telah diketahui (sebelum membaca) W (want) Apa yang hendak diketahui (sebelum membaca) L (learned). Apa yang telah diketahui (setelah membaca) H (how) Bagaimana untuk mendapat pengetahuan tambahan yang berkaitan (untuk membaca seterusnya). Tekhnik KWLH adalah suatu teknik membaca kritis di mana pembaca perlu mengingat terlebih dahulu apa yang telah diketahui; membayangkan atau menentukan apa yang ingin diketahui; melakukan pembacaan (bahan yang telah dipilih) untuk mengetahui apa yang telah diperoleh dari membaca yang baru saja dilakukan; kemudian menentukan lagi yang perlu diperoleh. Teknik membaca akan memudahkan pelajar mengaitkan pengetahuan yang tersedia dengan apa yang telah dibaca kemudian menentukan apa yang telah diperoleh dari hasil membacanya, lalu menentukan lagi bahan yang perlu dibaca setelahnya untuk mendapatkan pengetahuan tambahan. Dalam konteks pengajaran, pelajar dibiasakan menggunakan teknik KWLH. Know (K) Apa yang sudah diketahui, Want (W) Apa yang hendak diketahui, Learned (L) Apa yang telah dipelajari/diperoleh. How (H) Bagaimana memperoleh pengetahuan tambahan. Teknik Membaca SQ3R ialah teknik membaca kritis yang telah diperkenalkan oleh Robinson (1961), merupakan sistem membaca yang memerlukan seseorang mempersoalkan kesesuaian pengetahuan yang terdapat dalam suatu bahan yang dibaca dengan materi yang perlu diselesaikan.
SQ3R adalah singkatan bagi; S (survey), Q (question), R (read), R (recite), R (review). Survey (meninjau) adalah langkah membaca untuk mendapatkan gambaran keseluruhan tentang apa yang terkandung di dalam bacaan. Ini dilakukan dengan meneliti tema bacaan, ide-ide pokok, gambar-gambar atau ilustrasi, grafik, membaca daftar pustaka, dan indeks. Di sini juga pelajar sebenarnya menggunakan teknik membaca intensif yaitu skimming dan scanning.

Question (soal atau tanya) dimana memerlukan pelajar mencari suatu masalah yang berkaitan dengan teks. Soal-soal tersebut menunjukkan keinginan pembaca untuk memperoleh pengetahuan dari bahan bacaan tersebut, dan dapat menjadi acuan ketika proses membaca kemudian pelajar akan mencoba mencari jawaban soal-soal tersebut. Read (baca) adalah suatu tingkatan dimana pelajar membaca bahan atau teks secara aktif serta mencoba mendapatkan jawaban terhadap soal-soal yang telah dibuat sebelumnya. Ketika membaca, pelajar mungkin juga akan membuat soal-soal tambahan, berdasarkan perkembangan kefahaman dan keinginannya sepanjang membaca. Pelajar juga mempersoalkan pendapat atau pengetahuan yang didapatinya. Recite (mengingat kembali) Setelah selesai membaca, pelajar coba mengingat kembali apa yang telah dibaca dan meneliti segala Review (menganalisa kembali) merupakan tahap yang terakhir dimana pelajar membaca bagian-bagian buku atau teks secara selektif untuk mendapatkan jawaban-jawaban terhadap soal yang dibuatnya di langkah ketiga.

Teknik skimming dan scanning digunakan untuk membaca bahan yang ringkas seperti suatu petikan maupun bahan bacaan yang lebih panjang seperti buku, jurnal dan majalah. Dalam membaca suatu petikan, kita perlu memperhatikan ide penting setiap teks untuk mendapatkan gambaran umum, Ide- ide khusus sengaja diabaikan. Dalam membaca sebuah buku, fokus kita diberikan kepada bagian tertentu di dalam buku seperti pendahuluan, prakata, isi kandungan, tema utama, rumusan masalah dan indeks rujukan untuk mendapat gambaran umum tentang teks yang dibaca. Scanning ialah pembacaan cepat untuk mendapat pengetahuan yang khusus dan bukan untuk mendapat gambaran keseluruhan dari suatu teks. cara ini dapat menghilangkan bagian-bagian tertentu yang kurang penting. Secara rinci, tujuan
yang ingin dicapai yaitu :Menjelaskan hakikat dan proses membaca; Menjelaskan jenis-jenis
membaca; Menjelaskan langkah-langkah kegiatan membaca; Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan
membaca; Menjelaskan membaca intensif dan ekstensif; Menjelaskan pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.

3. Faktor yang mempengaruhi kegiatan membaca
Menurut Drs.Kholid Al Haras (Haras, 2009) dalam bukunya "Membaca 1", mengemukakan bahwa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Membaca dan pemahaman terhadap teks yang dibaca di antaranya faktor karakteristik materi bacaan dan karakteristik pembaca itu sendiri. Teks bacaan sangat berpengaruh
terhadap pemahaman pembaca, ada teks yang tingkat kesulitannya rendah, sedang, dan tinggi. Oleh karena itu, tingkat keterbacaan teks (readibility) adalah salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih teks. Selain itu kemenarikan dan keotentikan teks juga merupakan syarat untuk memilih teks yang baik.
Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks adalah: IQ minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif.

Lamb dan Arnold Richard (Lamb, 1976) dalam bukunya "Reading Foundations and Introductional Strategies",membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang yakni faktor fisiologis, faktor intelektual, faktor lingkungan dan faktor psikologis.

B. ASPEK-ASPEK DASAR YANG MENDORONG PENINGKATAN KEMAHIRAN MEMBACA DITINJAU DARI SEGI PSIKOLOGIS

Pengertian psikologi berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Dalam kaitannya dengan kemampuan membaca seseorang Ditinjau dari faktor psikologi maka Dr. Farida Rahim (Rahim, 2007) dalam bukunya "Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar", mengemukakan bahwa ada 3 aspek dasar yang mendorong peningkatan kemahiran membaca seseorang yakni:

1. Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes (1997) mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemostrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai kebutuhan.

Tindakan membaca bersumber dari kognitif. Namun, semua aspek kognisi tersebut bersumber dari aspek afektif seperti minat, rasa percaya diri, pengontrolan perasaan negatif, serta penundaan dan kemauan untuk mengambil resiko.

Crawley dan Mountain (1995) mengemukakan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi belajar mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa. Menurut Frymier (dalam buku Farida Rahim berjudul "Pengajaran membaca di Sekolah Dasar"), ada lima ciri siswa yang mempunyai motivasi yang bisa diamati guru, yakni:
a. Persepsinya terhadap waktu: siswa menggunakan waktu secara realistis dan efesien; mereka sadar tentang masa sekarang, masa lalu, dan masa yang akan datang.
b. Keterbukaannya pada pengalaman: siswa termotivasi mencari dan terbuka pada pengalaman baru.
c. Konsepsinya tentang diri sendiri: siswa mempunyai konsepsi diri yang lebih jelas dibandingkan dengan siswa yang tidak termotivasi dan merasa seolah-olah dirinya orang penting dan berharga.
d. Nilai-nilai: siswa cenderung menilai hal-hal abstrak dan teoritis.
e. Toleransi dan ambiguitas: siswa lebih tertarik pada hal-hal yang kurang jelas yang belum diketahui, tetapi berharga untuk mereka.

Terkait dengan pendapat Crawley dan Mountain (1995) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang sangat penting bagi kesuksesan belajar ialah motivasi, keinginan, dorongan dan minat yang terus-menerus untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain guru mempunyai tanggung jawab untuk selalu memotivasi siswa agar berhasil menyelasaikan tugas belajar mereka dengan baik.
Sehubungan dengan yang dikemukakan Rubin (1993), Depdiknas (2003) mengemukakan beberapa prinsip motivasi dalam belajar antara lain:
a. kebermaknaan;
b. pengetahuan dan keterampilan prasyarat;
c. model;
d. komunikasi terbuka;
e. keaslian dan tugas yang menantang, latihan yang tepat dan aktif;
f. kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan;
g. keragaman pendekatan;
h. mengembangkan beberapa kempuan;
i. melibatkan sebanyak mungkin indra.

Eanes (1998) menyarankan berbagai kegiatan yang bisa memotivasi siswa membaca. Kegiatan yang dimaksud mencakup sebagai berikut:
a. Menekankan kebersamaan dan kebaruan (novelty).
b. Membuat isi pelajaran relevan dan bermakna melalui kontroversi.
c. Mengajar dengan fokus antarmata pelajaran.
d. Membantu siswa memprediksi dan melatih mereka membuat sendiri pertanyaan tentang bahan bacaan yang dibacanya.
e. Memberikan wewenang kepada siswa dengan memberikan pilihan-pilihan.
f. Memberikan pengalaman belajar yang sukses dan menyenangkan.
g. Memberikan umpan balik positif sesegera mungkin.
h. Memberikan kesempatan belajar mandiri.
i. Meningkatkan tingkat perhatian.
j. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar.

Lebih lanjut menurut Eanes (1998) bahwa kunci motivasi instrinsik sederhana, tetapi tidak mudah mendapatkannya. Cara yang paling penting untuk mendapatkan pengaruh positif pada sikap membaca dan belajar siswa ialah dengan memberikan model membaca yang menyenangkan dan memperlihatkan antusias guru dalam mengajar.

2. Minat
Minat adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.

Frymeir mengidentifikasi tujuh faktor yang mempengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:
a. Pengalaman sebelumnya; siswa tidak akan mengembangkan minatnya terhadap sesuatu jika mereka belum pernah mengalaminya.
b. Konsepsinya tentang diri; siswa akan menolak informasi yang dirasa mengancamnya, sebaliknya siswa akan menerima jika informasi itu dipandang berguna dan membantu meningkatkan dirinya.
c. Nilai-nilai; minat siswa timbul jika sebuah mata pelajaran disajikan oleh orang yang beribawa.
d. Mata pelajaran yang bermakna; informasi yang mudah dipahami oleh anak akan menarik minat mereka.
e. Tingkat keterlibatan tekanan; jika siswa merasa dirinya mempunyai beberapa tingkat pilihan dan kurang tekanan, minat membaca mereka mungkin akan lebih tinggi.
f. Kekompleksitasan materi pelajaran; siswa yang lebih mampu secara intelektual dan fleksibel secara psikologis lebih tertarik kepada hal yang lebih kompleks.

3. Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian diri

Menurut Dr. Farida Rahim, M. Ed (2007) ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu:
a. Stabilitas emosi,
b. Kepercayaan diri, dan
c. Kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih muda pula memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada kemampuan siswa dalam memahami bacaan akan meningkat.

Percaya diri sangat dibutuhkan oleh siswa, bagi yang memiliki rasa kurang percaya diri tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik walaupun tugas tersebut sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru.

Glazer dan Searfoss (1988) mengemukakan bahwa siswa perlu menghargai segi-segi positif dalam dirinya, sehingga mereka menjadi yakin, percaya diri, dan bisa melaksanakan tugas dengan baik. Sebaliknya, siswa yang mempunyai harga diri (self esteem) rendah, selalu takut berbuat salah, dia tidak akan berusaha untuk mencoba berulang kali menyelesaikan tugasnya sampai tuntas.

Untuk menyelesaikan tugas apa pun, siswa harus berusaha mencobanya walaupun gagal atau mengalami perubahan. Perubahan tersebut merupakan salah satu bagian dari proses belajar. Siswa yang mempunyai harga diri dan percaya diri, akan mencoba dan mencoba lagi apabila mengalami kegagalan. Siswa yang merasa bahwa belajar adalah tanggung jawabnya sendiri akan memahami bahwa kegagalan adalah bagian proses belajar. Misalnya siswa yang lancar membaca memperlihatkan rasa percaya diri dan harga diri, mempunyai hasrat dan minat membaca, dan akan terus menerus menguasai keterampilan membaca dan menulis.

Terkait dengan pendapat Glazer dan Searfoss (1998), Harris dan Sipay (1980) mengemukakan bahwa siswa yang kurang mampu membaca merasakan bahwa dia tidak mempunyai kemampuan yang memadai, tidak hanya dalam pelajaran membaca, tetapi juga pelajaran yang lainnya. Dari sudut pandang ini, salah satu fungsi membaca adalah membantu siswa mengubah perasaannya tentang kemampuan belajar membacanya dan meningkatkan rasa harga dirinya (self esteem).

Program yang bertujuan untuk mencapai tujuan tersebut menurut Harris dan Sipay (1980) mempunyai empat aspek utama, yakni:
1. Pembaca yang lemah (poor reader) harus dibantu agar dia merasakan bahwa dia disukai, dihargai dan difahami.
2. Pengalamannya tentang keberhasilan mengerjakan tugas harus dirasakannya sebagai suatu kemampuan.
3. Anak-anak yang berusaha dengan semangat harus diberi dorongan untuk mencapainya dengan menggunakan bahan bacaan yang menarik.
4. Siswa bisa dilibatkan dalam menganalisis masalah yang mereka temui dalam membaca, kemudian merencanakan kegiatan-kegiatan membaca, dan menilai kemajuan membaca mereka.

C. TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR BERKAITAN DENGAN PENINGKATAN KEMAHIRAN MEMBACA SISWA

Menurut Burden & Byrd (1999) perencaan bisa membantu guru melakukan hal-hal berikut:
a. Memberikan arah yang hendak dituju, rasa percaya diri, dan rasa aman;
b. Menyusun, mengurutkan, dan mengakrabi isi pelajaran;
c. Mengumpulkan dan mempersiapkan materi pengajaran, serta merencanakan berbagai media yang akan digunakan;
d. Menggunakan berbagai strategi dan kegiatan pengajaran;
e. Mempersiapkan diri untuk berinteraksi dengan siswa selama pengajaran;
f. Menggabungkan teknik memotivasi siswa belajar dalam setiap pelajaran;
g. Mempertimbangkan perbedaan setiap individu ketika memilih tujuan pembelajaran khusus (objective), isi pelajaran, strategi, materi pelajaran, dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan;
i. Menjadi pembuat keputusan yang reflektif tentang kurikulum dan pengajaran;
j. Menyediakan guru-guru pembantu dan tim pengajar dengan suatu perencanaan khusus apabila guru kelas tidak hadir;
k. Memuaskan persyaratan administratif;
l. Menggunakan perencanaan tertulis sebagai sumber perencanaan berikutnya.

Perencanaan pembelajaran diawali dengan penyusunan silabus (Depdiknas, 2003). Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan hasil belajar. Silabus berisikan komponen pokok, yaitu (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi pokok, (5) pengalaman belajar, (6) alokasi waktu, (7) sumber belajar, dan (8) penilaian.

Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar, yaitu:

a. Teori belajar psikologi Behaviouristik
Teori belajar psikologi behaviouristik dikemukakan oleh para "contemporary behaviourists" atau juga disebut "S-R psychologists". Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya.

Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.

b. Teori-teori belajar psikologi kognitif
Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh "reward" dan "reinforcement", tetapi tingkah laku seseorang didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh "insight" untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih daripada bagian-bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.

c. Teori-teori belajar dari psikologis humanistis
Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi yang ada pada diri mereka (Hamachek, 1977).